⚜Chapter 7⚜

2.1K 188 57
                                    

Dengan segera Soobin menutup telfonnya, turun dari kasur lalu sedikit berlari ke arah pintu. Saat ia melihat ke belakang, ia tidak melihat tanda-tanda Jina mengikutinya.

"Sayang.."

"M-maaf.."

"Kenapa?"

Istrinya hanya diam, menggeleng pelan kepalanya kemudian menidurkan diri di kasur―enggan menatap suaminya. Sedangkan sang suami menghela nafasnya dan tanpa berkata apapun ia keluar dari kamar.

Jina merutuki dirinya sendiri kala ia tidak ingin ikut dengan Soobin untuk pulang dan melihat anak mereka. Juga lebih bodohnya ia tidak mengatakan apapun kepada suaminya, seperti sebuah pesan atau kata kata untuk sang anak jika ia tidak ikut pulang.

Tak terasa ia menangis, meremat selimut yang ia pakai dan menahan isakannya di sana, membuat tenggorokannya sedikit sakit karena ada sesuatu yang tidak bisa ia keluarkan. Perasaannya kembali campur aduk, seperti kemarin―tapi kali ini terasa lebih menyakitkan dari sebelumnya.

Sedangkan Soobin bertemu dengan Hoseok di ruang tamu, menyapa nya sebentar kemudian meminta nya untuk mengantarnya ke hotel dan bandara untuk pulang.

"Kenapa cepat sekali?" tanya Hoseok tapi yang lebih muda tidak menjawab.

"Sudah berbicara dengannya?"

Seketika kegiatan Soobin berhenti, tubuhnya membeku dan ia hanya berdiri di hadapan yang lebih tua tanpa mengatakan apapun. Setelahnya menggeleng kepalanya pelan kemudian menghela nafasnya.

"Anakku membutuhkanku. Aku akan kembali saat masalah di rumah sudah selesai." jelasnya.

Hoseok hanya mengangguk, lalu mengambil kunci mobilnya dan keluar bersama yang lebih muda. Baju mereka sedikit basah karena hujan yang makin lebat juga handphone Soobin yang terkena air hujan yang turun.

Mobil melaju cepat, meninggalkan seorang wanita di rumah sendirian yang melihat mereka pergi dari balkon kamarnya.

"Bodoh. Kang Jina bodoh."

• • •

Setelah menelfon sekretarisnya untuk menyiapkan barang-barang mereka dan memesan tiket pulang, Soobin kembali fokus dengan pikirannya. Ia tidak bisa berhenti memikirkan tentang anaknya, ia khawatir, ia takut, ia tidak ingin terjadi hal buruk kepada HwaSoo.

"Di sekolah kamu akan menemukan banyak orang baik. Dimulai dari guru, teman sekelas, juga teman yang berbeda kelas."

Ia mengusak rambutnya pelan, memikirkan apa yang ia katakan kepada anaknya tidak sesuai dengan realita. HwaSoo pasti akan membencinya karena
berbohong lagi.

Singkat cerita mereka sampai di hotel. Soobin mengatakan kepada Hoseok untuk menunggu di bawah dan mengantarkannya lagi ke bandara. Kemudian ia segera naik ke atas dan mendapatkan sekretarisnya sudah siap dengan koper mereka.

Setelahnya mereka check-out lalu keluar dan masuk ke dalam mobil untuk pergi ke bandara. Di jalan, Hansol mengatakan informasi yang ia dapat dari nenek HwaSoo tentang cucu nya.

"Tuan muda pulang dengan keadaan kacau. Tas nya rusak, rambutnya acak-acakan, baju nya basah begitu pula dengan wajah nya."

"Sepertinya tuan muda disiram oleh murid di sekolahnya."

Rahang Soobin mengeras, gigi-gigi nya saling menggesek juga pikirannya semakin mendidih. Ia sudah memberikan kepercayaan 100% kepada guru-guru di sekolah anaknya, tapi setelah mendapat informasi tentang keadaan anaknya yang seperti ini, ia kehilangan semua kepercayaannya.

Mereka tersenyum ke arahnya, mengatakan semuanya akan baik-baik saja bahkan sang kepala sekolah berkata kalau HwaSoo akan mendapat banyak teman di sekolahnya dan mereka akan melindunginya jika ada sesuatu yang terjadi kepada nya.

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang