0.8 𝒔𝒖𝒓𝒑𝒓𝒊𝒔𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒊

16.9K 2.2K 32
                                    

[ 𝗽 𝗶 𝘁  𝗮  𝗽 𝗮 𝘁 ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 𝗽 𝗶 𝘁  𝗮  𝗽 𝗮 𝘁 ]

Roti isi selai kacang dipadukan dengan susu pisang telah tergeletak di atas meja kantin kampus. Dari jauh, aku bisa melihat Jaemin dengan jaket jeans nya berjalan mendekatiku yang sedari tadi sudah menunggu di salah satu kursi kantin. Aku tersenyum lebar lalu melambaikan tangan cepat.

"Jaemin!"

Sedangkan lelaki yang disapa hanya acuh tak acuh sambil terus memainkan ponselnya. Meskipun pada akhirnya Ia juga duduk berhadapan denganku. "Lah masa masih ngambek sih? Kan kita udah enggak ketemuan seminggu!" Aku mengerucutkan bibir, lalu menyenggol tangan Jaemin yang terus-terusan mengetik sesuatu pada ponselnya.

"Apa sih?!" Jaemin menatapku sebal yang hanya ku balas dengan kekehan. Aku langsung mendorong sekotak roti selai kacang dan susu pisang kearah Jaemin yang hanya menatapku datar. "Ini, aku buatin buat kamu. Jangan ngambek lagi."

Jaemin hanya menatapku lama lalu akhirnya melahap roti isi kacang itu rakus dan melontarkan perkataan yang membuatku kembali tersenyum sumringah. "Ya udah gue maafin. Kali ini aja."

Aku mengganguk cepat lalu menusukan sedotan kecil pada botol susu pisang itu dan meminumnya sebelum aku sodorkan kembali pada Jaemin. "Tuh sama susu pisangnya."

"Idih bekas lo! Ogah!" Jaemin memasang wajah jijiknya disaat melihat botol susu pisang itu. "Halah awas aja kalo di minum." Dan benar, sepersekian detik kemudian sedotan itu sudah menempel sempurna di celah bibir Jaemin. Aku memukul lengan lelaki itu kuat. "Ngapain di minum!"

Jaemin berdecih kemudian. "Ya suka-suka gue lah!" Kami berdua saling beradu mulut sebelum akhirnya seorang gadis datang tegopoh-gopoh dan memukul meja yang sontak membuat beberapa pengunjung menoleh kearahnya, termasuk aku dan Jaemin.

"Eh Yer, kenap—"

"Buruan masuk! Udah jam berapa! Ini kan hari pertama matkul statistika! Gimana sih lo!" pekik Yeri lumayan nyaring, sukses memancing lebih banyak perhatian kearahnya. Aku buru-buru menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.

"Aduh! Baru nyadar!" Dengan tergesa-gesa aku segera menarik tas rajutku dan menepuk bahu Jaemin sekilas, "Duluan!"

"Entar pulang mau gue jemput gak!" teriak Jaemin yang tidak lagi ku hiraukan karena telah kalang kabut lari bersamaan dengan Yeri, teman perempuan pertamaku di hari orientasi kedua.

"Emangnya dosennya galak?!" tanyaku di sela-sela kegiatan lari-larian kami.

"nggak tau. Duh gak usah nanya," balas Yeri yang sudah ngos-ngosan, setelah berlari hampir 150 meter jauhnya. Kini Yeri dan aku telah berdiri di depan kelas. Yeri melirik jam tangannya dan kami sukses telat 15 menit. Doakan saja jika dosennya belum datang. Dengan amat perlahan aku membuka pintu kelas yang diekori oleh Yeri di belakang.

Mataku membelalak. Tubuhku membeku dikala tatapanku bertemu dengan pria tinggi yang berdiri di atas podium, juga tengah menatap kearahku. Tidak ada teguran maupun sapaan. Aku dan pria itu, bahkan seisi kelas hanya terdiam tak bersuara. Merasa suasana yang semakin tidak mengenakan, Yeri berinisiatif untuk menegurku terlebih dahulu.

PIT A PAT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang