0.15 𝒘𝒆 𝒂𝒓𝒆 𝒋𝒖𝒔𝒕 𝒇𝒓𝒊𝒆𝒏𝒅𝒔

14.8K 2.1K 144
                                    

[ 𝗽 𝗶 𝘁  𝗮  𝗽 𝗮 𝘁 ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 𝗽 𝗶 𝘁  𝗮  𝗽 𝗮 𝘁 ]

Rasanya sudah lama aku tidak bertemu dengan Jaemin. Meski baru saja semalam kami saling bertukar pesan, Jaemin terasa selangkah lebih jauh dari pada apa yang ku ekspetasikan selama ini. Mungkin juga karena salahku sendiri yang terasa apatis pada Jaemin namun jika benar-benar merasakan posisiku, words just don't comes that easy. Nggak semua hal bisa diceritakan dengan gampang.

Setelah menyelesaikan seluruh jam mata kuliah untuk hari ini, akhirnya aku berdiri tepat di depan rumah Jaemin. Aku meneguk saliva takut. Seperti mau berjumpa dengan orang penting rasanya.

"Permi— Eh Tante!" Seruku girang saat baru saja ingin mengetuk pintu bercat putih rumah Jaemin.

Tante Seulgi, mamanya Jaemin, tersenyum ramah padaku lalu memelukku. Jadi hubunganku dan keluarga Jaemin memang sedekat itu sampai setiap tahun baru atau liburan panjang saja aku hampir selalu menghabiskan waktu di rumah Jaemin dari pada rumahku sendiri. Karena ya, keluarga Jaemin memang sehangat itu.

"Kamu kemana aja sih! Lama banget nggak main ke rumah, berantem sama Jaemin ya?" Tanya Tante Seulgi sambil mengiringku masuk ke dalam rumah yang hanya ku balas dengan cengiran.

"Nggak kok Tante, kami biasa aja," Ujarku kaku. Nggak sepenuhnya bohong sih, kan aku dan Jaemin memang nggak lagi bertengkar. Cuman diam-diaman saja.

"Yaudah deh, Jaemin nya di kamar tuh kayaknya lagi tidur. Kamu langsung keatas aja ya," Tante Seulgi tersenyum padaku lalu menepuk bahuku dan berlalu.

Aku mengangguk, kemudian aku melangkahkan kaki menaiki anak tangga dan kini berdiri tepat di depan pintu bercat biru muda. Warna kesukaan Jaemin dan diriku.

Tiba-tiba saja aku jadi gugup nggak karuan. Mungkin karena baru kali ini kami diam-diaman lebih dari lima jam, jadi begini deh. Sebelum membuka pintu kamar Jaemin, aku menarik dan menghembuskan nafasku. Supaya nggak kaku-kaku banget deh di depan dia.

Lalu aku membuka pintu kamar Jaemin yang nggak dikunci. Jaemin tengah bergulung dengan selimutnya yang bisa ku pastikan dia pasti tengah tertidur. Pelan-pelan aku mendekat kearahnya lalu menatap wajahnya yang hanya menyembul separuh karena separuhnya lagi tertimbun bantal.

Aku menyengir. Kayaknya enak juga kalau Jaemin nya aku gangguin. Lalu dengan pelan aku mengambil salah satu bantal yang menganggur di sampingnya dan menekan mukanya dengan bantal. Haha!

"Hmphh!" Jaemin dengan cepat bangun dan mendorong bantal yang ku tindih di wajahnya tadi. Lihat deh sekarang mukanya gimana. Kusut banget.

"Dih apaan sih lo! Caper banget," Jaemin mendecak berkali-kali yang cuman aku balas ketawa. Emangnya dia doang yang bisa jail, aku juga kali!

"Enak kan di usilin! Enak kan!" Aku memukul mukanya dengan bantal yang masih ku pegang sambil cekikikan. Muka Jaemin yang sekarang udah nggak layak di pandang, jelek banget. Iya, Jaemin itu jadi jelek kalau lagi kesal.

PIT A PAT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang