[ 𝗽 𝗶 𝘁 𝗮 𝗽 𝗮 𝘁 ]
Aku meremas selimutku kuat-kuat.
Entah sudah berapa hari aku tidak lagi berkomunikasi dengan Jaemin. Tidak ada hal yang benar-benar berubah, memang. Tapi rasanya semua tak lagi sama saat Jaemin dan aku tidak saling berbicara.
Apakah kami bertengkar? Apa yang ku lakukan salah? Atau Jaemin yang butuh waktunya sendiri?
Sampai disini, pemahamanku akan Jaemin yang membutuhkan waktunya sendiri sudah ku tuntaskan. Aku mengerti. Tapi memangnya perlu memperlakukanku sampai seperti ini? Maksudku— memutuskan kontak hubungan kami secara tiba-tiba seperti ini? Kelewatan, tidak?
Seperti menginjak ranjau; aku bingung apakah harus melepaskan langkahku atau tetap disitu.
Hari ini adalah hari liburku. Hari yang selalu ku tunggu-tunggu tapi naasnya— tidak untuk sekarang. Libur adalah pilihan buruk bagiku saat sedang sedih. Tidak ada hal yang bisa di lakukan karena memang tidak banyak aktivitas yang menarikku untuk bekerja, melupakan segalanya untuk sesaat.
Tidur? Tidak, mungkin masalah akan ku lupakan sebentar. Tapi saat bangun, perasaan itu justru makin membuatku kacau.
Ponselku berdenting, membuatku cepat-cepat menoleh dan menemukan sebuah notifikasi dari OA Line. Sial, ku pikir apa. Aku ingin membantingnya tapi tidak ku lakukan.
Langit dari tadi pagi sudah mendung. Tapi tidak ada tanda-tanda lebih untuk turun hujan. Ingin sekali sebenarnya untuk berbaring dengan earphone yang mengalun lagu-lagu mellow, tapi tak ku lakukan untuk beberapa alasan.
Serba salah. Kalau dalam suasana hati seperti ini memang rasanya serba salah untuk melakukan apapun. Takut, takut, malah berdampak makin buruk. Akhirnya aku memutuskan untuk nggak melakukan apapun dan diam.
Aku mendengar suara pintu yang terbuka, tapi samar-samar. Ku duga itu suara pintu utama, artinya Kak Jaehyun baru saja pulang. Aku melirik jam di atas nakas, jam tujuh malam. Tidak seperti biasanya.
Kadang saat Kak Jaehyun pulang cepat dari kantornya, aku akan turun untuk sekedar menyapanya dan menyiapkan makan malam. Tapi kali ini aku tidak turun untuk melakukan hal itu, tentu saja karena tidak ada mood untuk berbuat seperti itu. Lagipula aku sudah meletakan ayam bakar sepaket dengan nasi dan sup iga di atas meja makan sejam yang lalu. Di dapur ada microwave, yang ku tahu, Kak Jaehyun pasti akan menghangatkan masakanku yang tak seberapa itu.
Lalu akhirnya rintik-rintik hujan turun, membasahi semua permukaan bumi yang bisa disinggahi. Meninggalkan langit yang jauh berada diatas sana. Kadang aku masih tak mengerti kenapa hujan lebih memilih turun, menemani bumi meski tahu jika ada langit, yang eksistensinya jauh diatas bumi, dalam aspek apapun itu.
Aku beranjak pergi ke sudut kamar sebelah kanan, bersebelahan dengan pintu. Disana ada mini bar, lengkap dengan cangkir, gula, dan kantung teh juga air panas. Aku pernah berkata pada Kak Jaehyun kalau aku sangat suka minum teh dan kalau malam-malam aku sering takut ke dapur sendirian. Dan besoknya, sepaket mini bar ada di kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIT A PAT ✓
Fanfiction[ 𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 ; 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝 ] ❝ Saya nggak pernah naruh hati sama kamu, kamunya juga jangan berharap lebih ke saya. ❞ Kak Jaehyun itu ganteng, menjabat sebagai suami yang merangkap jadi dosen pula. Tapi sayangnya kayak...