[ 𝗽 𝗶 𝘁 𝗮 𝗽 𝗮 𝘁 ]
"Jadi Mama tadi udah ngomong sama Wedding Organizer-nya. Papanya Jaehyun udah sewa bangunan sekaligus pembuatan undangannya sama catering nya juga udah diurus. Kamu tinggal nunggu aja kok."
Aku merengut tipis. Bagaimana bisa Mama berucap seperti itu ketika akulah yang akan menikah di sini. "Ya tapi kan ini nikah Ma, Nikah! Anny gugup banget tau. Lagian ... Nikah sama orang asing buat Anny itu agak—"
"Mama tau kamu pasti enggak nyaman banget kan nikah sama Jaehyun?" Mama beralih duduk di sampingku, lalu tersenyum menatap wajahku yang bisa kupastikan terlihat lesu.
Tangan mama mengelus puncak kepalaku pelan, "Gimana pun dia masih orang asing yang belum ngetuk hati kamu. Bukan sekedar pacaran tapi kalian menikah loh. Itukan isu besar yang sebenarnya Mama enggak mau terjadi. Tapi Mama harap kamu bisa ngerti Anny, Papa kamu pernah janji buat nikahin kamu sama salah satu anaknya Il Woo."
Mendengar paparan panjang mama, membuatku yang sedari awal masih tidak mau menerima justru terkesiap dikala merasa ada sesuatu yang sedikit janggal di ujung cerita. "Salah satu? Loh bukannya Kak Jaehyun itu anak tunggal?" Mama mengernyit kemudian. "Nak Jaehyun belum kasih tau kamu? Dia punya adik dulu, seusia kamu. Tapi meninggal karena alzheimer."
Aku terpaku. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang membuat hatiku terasa jatuh begitu saja. Sesuatu yang menyakitkan.
"Anny ... pengen sendirian dulu deh Ma." Mama terdiam sejenak lalu mengelus puncak rambutku lagi dan berlalu pergi, meninggalkanku yang masih dalam posisi terduduk di ranjang.
Aku merenung. Semua ini masih terasa tidak nyata dan begitu tiba-tiba. Papa dan Mama memang telah menjelaskan jika tidak ada yang berubah di kehidupanku selain status di ID Card dan kehidupan sosial. Aku masih tetap bisa melanjutkan kuliah dan pergi bermain bersama teman atau melakukan hobiku seperti biasa.
Namun ini sama sekali tidak bisa diterima oleh akal sehat karena ini adalah pernikahan. Sesuatu yang sakral dan aku hanya ingin melakukannya sekali dalam seumur hidup. Aku tak ingin memiliki sesuatu yang sakral seperti ini untuk yang keduakalinya. Tidak karena aku melihat sendiri bagaimana tidak menyenangkannya memiliki keluarga broken home yang sering terjadi di antara teman-teman seusiaku.
"Aish!" Aku mengacak-acak rambut kesal. Pikiran yang berlebihan tidak pernah kunjung melepaskan diriku.
Ponselku berdering, tanpa melihat pada layar terlebih dahulu, aku lantas menyambungkan panggilan. "Halo?" ucapku tanpa berlama-lama.
"Woi! Mau ikut gue gak?"
Aku mengangkat kepalaku yang sebelumnya kubenamkan di antara kedua lutut, "Kemana?"
"Ke ... gatau ke mana. Gue ngajak lo ya gara-gara gue gatau mau ke mana. Lo 'kan biasanya tau tempat jalan-jalan gitu." Aku memutar mata malas mendengar hal itu. "Nggak tau, lagi males mikir."
KAMU SEDANG MEMBACA
PIT A PAT ✓
Fanfic[ 𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 ; 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝 ] ❝ Saya nggak pernah naruh hati sama kamu, kamunya juga jangan berharap lebih ke saya. ❞ Kak Jaehyun itu ganteng, menjabat sebagai suami yang merangkap jadi dosen pula. Tapi sayangnya kayak...