0.31 𝒑𝒓𝒆𝒄𝒊𝒐𝒖𝒔 𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈 𝒆𝒗𝒆𝒓

12.3K 1.8K 78
                                    

[ 𝗽 𝗶 𝘁  𝗮  𝗽 𝗮 𝘁 ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 𝗽 𝗶 𝘁 𝗮 𝗽 𝗮 𝘁 ]

"Nak Jae, kamu makan dulu. Kami juga masih bisa jagain Jeanny. Kamu istirahat aja ya?"

"Nggak perlu Ma, saya masih bisa jagain Jea disini."

Suara itu semakin lama semakin mengusikku. Bau obat-obatan juga menyeruak, membuat kepalaku pusing bukan main. Cahaya remang-remang mulai terlihat saat perlahan aku membuka mataku. Jemariku terasa membeku, sangat susah untuk menggerakannya.

Hal pertama yang kulihat adalah pria yang tampil lusuh, duduk di sampingku, menggengam erat tanganku, dan menatapku dengan kedua mata penuh akan pancaran khawatir.

"Je? Jea? Kamu udah bangun?"

Mataku kembali ku tutup. Beberapa detik kemudian, aku kembali membukanya, dan tatapanku tidak seburam yang sebelumnya.

"Anny, Anny, ini Mama. Mama disini, sayang."

Mataku beralih menatap seorang wanita paruh baya yang sangat ku kenali. Tatapannya pun sama; penuh rasa cemas yang tak bisa disembunyikannya.

Kak Jaehyun lalu semakin memegang tanganku erat, "Jea? Kamu masih kenal aku kan?"

Perlahan, aku berusaha keras untuk tersenyum, "... Kak, Mama."

Pandangan Kak Jaehyun yang tadinya penuh kecemasan dan takut, langsung luruh menjadi lembut. Tangan besarnya itu menyentuh rambutku, lalu mengelusnya.

Mama pun langsung memelukku. Sebuah isak tangisan bisa ku dengar keluar dari mulut Mama, "Maaf ya sayang, Mama nggak bisa lindungin kamu pas itu. Mama nggak ada disitu sama kamu. Maafin Mama ya?"

"Anny nggak pa-pa kok.. Mama jangan nangis.." Aku membalas pelukan Mama yang sudah menangis di pelukanku.

Sedangkan Kak Jaehyun, masih memegangi tanganku sambil tersenyum.

"Papa mana Ma?"

Kini Mama melepaskan pelukannya. Setelah lumayan tenang dan menghapus sisa-sisa air matanya, Mama membelai rambutku, "Papa lagi di kantor kepolisian. Berusaha nuntut pelaku kebakaran itu."

Aku terdiam kemudian. Apakah perlu sampai sebegitunya? Maksudku, mungkin itu adalah kebakaran yang tidak disengajai. Apakah perlu aku merepotkan mereka, lagi?

Saat aku berusaha untuk mengubah posisiku menjadi duduk, Kak Jaehyun dengan sigap langsung membantuku untuk bersender di senderan ranjang rumah sakit. Bahkan ia memposisikan bantalku sebagai senderan tambahan agar punggungku lebih nyaman.

PIT A PAT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang