[ 𝗽 𝗶 𝘁 𝗮 𝗽 𝗮 𝘁 ]
Pagi-pagi yang cerah ini cuman ku habiskan dengan bengong di depan jendela kamar. Masih terbayang di benakku tentang semalam. Diriku dan kemelankonisan yang menggangu. Sial, aku malu.
Sejujurnya aku nggak nyangka aja kalau bakal nangis di depan Kak Jaehyun karena, sumpah— mukaku jelek banget pas nangis. Bukan kayak film-film itu yang nangis tapi hidungnya nggak merah. Bahkan habis nangis, mukaku jadi bengkak. Bukan cuman mata, tapi pipiku juga! Gila!
Tapi hal positifnya, semua yang mengganguku selama seminggu ini benar-benar terasa menghilang. Pindah ke pundak Kak Jaehyun, mungkin? Nggak tahu juga. Intinya saat aku bangun tadi, hal pertama yang ku pikirkan itu Kak Jaehyun.
Meski tak bisa dipungkiri, aku masih merasa bersalah dan tidak karuan jika mengingat Jaemin. Tapi aku berusaha melupakannya, untuk sejenak. Kadang, yang perlu diperhatikan saat punya masalah itu bukan semata-mata solusinya, tapi mental yang dibutuhkan untuk memikirkan sebuah solusi.
Aku menepuk pipi pelan, sebaiknya aku keluar kamar sekarang. Tapi... malu.
Jadi sedari tadi yang ku lakukan cuman memikirkan apa aku harus keluar kamar apa tidak.
Tapi akhirnya aku memutuskan buat keluar. Toh nggak mungkin selamanya sembunyi dari Kak Jaehyun kan?
Meski rasanya gugup sekali untuk keluar. Selain karena aku yang menangis di pundaknya semalam, aku juga baru menyadari kalau aku jatuh cinta, sama Kak Jaehyun. Jadi— aku, takut mau melihat wajah Kak Jaehyun, entah kenapa.
Baru saja aku membuka gagang pintu kamarku dan hendak berjalan keluar, sosok Kak Jaehyun mengagetkanku. Dia berdiri tepat di depan pintu kamarku dengan balutan jas dan rambut yang sudah tertata rapi.
Canggung. Rasanya canggung ingin berbicara dengan Kak Jaehyun setelah mengetahui perasaan yang sudah jelas seperti ini. Aku tersenyum kikuk sambil melambaikan tangan, entah untuk apa.
"M-Morning, Kak!"
Kak Jaehyun tak membalas sapaanku, namun sorot matanya terus menatapku dalam. Sampai-sampai rasanya dia bisa saja menelanjangiku dengan tatapannya.
"... Kenapa, Kak?" Tanyaku kaku. Apa Kak Jaehyun nggak suka dengan tingkah melankonisku semalam? Dia terganggu ya?
Pria itu malah melangkah semakin mendekatiku yang malah membuatku berdebar-debar. Wajahnya mendekatiku sampai aku berdiri membeku, tidak tahu harus bertingkah seperti apa.
"Mau saya peluk?" Bisiknya pelan, sangat pelan.
Debaran ini rasanya mau meletus.
Dengan cepat aku menggeleng, malu!
"NGGAK KAK AKU UDAH NGGAK PA-PA KOK," Jangan tanya kenapa aku malah memekik padanya karena aku juga nggak tahu, refleks.
Kak Jaehyun tersenyum, kali ini lumayan lebar dari pada yang biasanya, "Kalau mau bilang aja, ya. Jangan malu, saya kan suami kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PIT A PAT ✓
Fanfic[ 𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 ; 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝 ] ❝ Saya nggak pernah naruh hati sama kamu, kamunya juga jangan berharap lebih ke saya. ❞ Kak Jaehyun itu ganteng, menjabat sebagai suami yang merangkap jadi dosen pula. Tapi sayangnya kayak...