1 🍶

4.4K 463 32
                                    

평화

Ujung pedang yang sangat tajam itu terasa hangat di leher seorang pria yang kini tampak berantakan. Dengan wajahnya yang masih ditutupi dengan kain hitam, ia meronta untuk dilepaskan. Tapi apa daya? Pasukan yang dibawa pemegang pedang lebih banyak dan ia telah ditahan.

"Kurasa tidak sembarangan orang bisa menyelinap ke Istanaku kecuali..., ia orang dalam." Pria yang memegang pedang itu mengarahkan pedangnya ke kain hitam yang menutupi sebagian wajah pria di depannya. Dengan sekali hentakan, kain itu hilang dari wajahnya dan memperlihatkan wajah yang sangat ia kenal.

"Kenapa? Kau terkejut melihatku? Ya! Aku berkomplot dengan samchonmu untuk membunuhmu! Kau merasa terkhianati? Setidaknya itu yang kurasakan ketika kau membuangku dari Istana, Wang Jungkook." Kata pria itu.

Jungkook mengepalkan tangan kirinya. Ia menatap pria di depannya itu dengan emosi yang memuncak, "Aku tidak pernah membuangmu jika kau tidak bekerja sama dengan samchonku untuk menggulingkan Kerajaan!"

"Kau tahu sendiri seperti apa Kerajaan ini! Semua yang ada di sini dipenuhi dengan kemunafikkan. Kau tahu sendiri bagaimana Kaisar menggunakan nama Kerajaan dalam penyuapan terhadap kapal-kapal yang datang dari luar itu. Padahal, seharusnya kau bisa menghentikannya. Sudah waktunya kita mengganti era ini, Putra Mahkota. Jika kau memang pintar, kau akan setuju denganku. Jika kau mem-,"

Jleb!

Pedang Jungkook sudah lebih dulu menusuk dadanya sebelum pria itu menyelesaikan perkataannya. Ia lantas membuang pedangnya dan keluar dari ruangan itu.

Pakaiannya penuh dengan darah dan ia tampak berantakan. Istananya penuh dengan mayat pengkhianat dan pasukan miliknya. Darah mereka bersimbah di mana-mana. Namun, seakan tidak peduli, pria itu terus berjalan meninggalkan kediamannya yang merupakan salah satu terbesar di sekian banyak Istana-istana bagian yang ada di Kerajaannya.

"Brengsek sialan."

Gadis muda dengan balutan pakaian hitam itu terus tertawa kala pria di depannya ini menyatakan cinta padanya. Terlihat gila tapi..., tetap anggun.

Ya, bagaimanapun juga, gadis ini dibesarkan di keluarga bangsawan atau lebih tepatnya orang kepercayaan Kerajaan. Jadi, ia harus bisa menjaga sikap walaupun terkadang ia bisa bar-bar.

"Maaf, ya. Mungkin kau tidak mengenalku dengan baik sehingga kata-kata itu dengan mudahnya meluncur dari mulutmu." Kata gadis itu.

"Tapi, Nona Hwang, yang saya katakan memang benar. Anda cantik, baik hati, anggun, lembut, da-,"

"Ah, jangan dilanjutkan. Intinya, aku tidak bisa menerima pernyataan cintamu. Jika ada apa-apa kau bisa menemuiku di kedai minum ini, tapi, maaf jika harus menerima perasaanmu, aku tidak bisa. Kau adalah teman minum yang baik, Jaehyun." Gadis itu menepuk pundak pria di depannya supaya tidak kecewa.

"Aku tahu, terima kasih atas waktunya." Setelah itu, pria itu pergi dari sana dan meninggalkan Lisa yang masih menggeleng heran.

"Nona Hwang, kasihan pemuda itu. Ia sudah memberanikan untuk menyatakan perasaannya padamu. Kau malah menolak dengan mentah-mentah. Pelangganku akan berkurang jika begini caranya," ujar pemilik kedai minum itu yang sekarang membereskan meja si gadis.

Lisa, nama gadis itu. Ia terkekeh lalu berdiri dari duduknya, "Tenang, aku tidak akan membiarkan kedaimu sepi. Toh, aku maskot kecantikkan kedaimu, bukan?"

Setelahnya, gadis itu meletakkan beberapa perak untuk membayar uang minumnya di meja dan langsung menaiki kudanya. Ia sudah memutuskan untuk kembali ke rumahnya setelah sekian lama kabur dari rumah.

평화 Pyeonghwa |Lizkook|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang