3 🍶

2.3K 420 24
                                    

평화

Lisa membiarkan ibunya membenahi pakaiannya dan beberapa pelayannya menata rambutnya sedemikian pula. Ini yang Lisa benci dari memasuki Istana, semuanya harus rapi dan indah.

Pakaiannya yang terlalu berat menurutnya ini tidak sesuai dengan dirinya. Walaupun ia masih bisa leluasa bergerak, ia tetap tidak nyaman. Ia tidak biasa dengan sutra melekat pada dirinya.

"Eomeoni, memangnya tidak bisa, ya, aku mengenakan pakaian biasaku yang paling bagus. Mengenakan ini rasanya tidak cocok denganku." Kata Lisa sembari menggerakan badannya.

Ibu Lisa menggeleng dengan kencang, "Tidak bisa. Ini sudah aturannya jika masuk ke Istana. Jangan memalukan nama baik abeonim, mengerti?"

"Ya...," gumam Lisa.

Tidak lama kemudian, Lisa selesai dirias. Gadis itu menatap dirinya di cermin. Bukan Lisa biasanya yang ada di sana, namun Lisa baru yang sebentar lagi akan memulai kehidupannya sebagai putri Jenderal Hwang yang akan menggantikan sang ayah.

Jenderal Hwang memang memiliki seorang putra. Namun, putranya terlalu muda untuk menggantikannya. Walaupun begitu, beliau yakin Lisa dapat menggantikan pekerjaannya. Kekhawatiran tentu ada dalam hati orang tua, tapi negara adalah pengabdiannya. Ia tidak bisa sembarangan meletakkan kepercayaan kepada orang lain. Maka, untuk sementara ia akan memilih putrinya.

"Lisa...," sang ayah menepuk pundak gadis itu.

"Ah, i-iya."

"Nu-i!"

Seorang anak laki berumur sekitar lima belas tahun berlari ke arah Lisa dan memeluk gadis itu erat-erat, "Jangan pergi! Aku akan segera besar dan menggantikanmu. Jika kau masuk ke Istana, nantinya kau akan pulang dengan banyak luka seperti abeonim!"

"Jeongwoo-ya, aku tidak akan mati." Kekeh Lisa. Ia membalas pelukan adiknya itu dengan erat, "Nanti aku tidak akan pulang dengan luka. Aku 'kan lebih kuat dari ayah. Aku juga pintar. Tidak akan ada luka saat pulang nanti."

"Janji?"

Lisa tertawa kecil, "Janji."

Jungkook menyesap tehnya dengan tenang sembari menatap saudaranya yang kini tengah menjalankan bidak caturnya. "Kau yakin dengan langkahmu?" Tanyanya.

"Sangat, Jungkook-ah."

"Orabeoni, sepertinya kau perlu belajar lagi." Jungkook terkekeh sebelum menjalankan bidak caturnya dan mengalahkan sang saudara di depannya.

"Ah, sudahlah! Aku kesal kalah terus! Aku yang lebih dulu belajar bermain catur dan kau terus mengalahkanku! Jangan pernah bermain catur denganku lagi," ujar saudara Jungkook.

Wang Taehyung, kakak kandung Jungkook yang seharusnya menjadi Putra Mahkota. Namun, gaya hidupnya yang suka dengan kebebasan membuatnya menolak menjadi Putra Mahkota dan mengajukan adiknya yang sempurna di segala bidang.

"Kak, jangan seperti itu. Mungkin karena kau sudah lama tidak bermain maka kau kalah dariku." Kata Jungkook.

"Tidak usah menghiburku. Kau lebih terdengar seperti menyindir." Taehyung menatap Jungkook dengan kesal. Kakak Jungkook yang lebih dua tahun ini memang sangat kekanakan.

"Putra Mahkota, Pangeran, maaf menganggu waktu kalian."

Jungkook memberi aba-aba pada pelayannya untuk melanjutkan bicaranya.

"Jenderal Hwang dan putrinya sudah memasuki Istana."

"Baiklah, aku akan segera ke sana." Kata Jungkook.

평화 Pyeonghwa |Lizkook|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang