19 🍶

1.5K 327 10
                                    

평화

Lisa memejamkan matanya setelah merebahkan tubuhnya di kasur. Ia hendak tidur setelah hari yang menurutnya melelahkan. Namun, ia tidak dapat tidur entah kenapa. Ia berbalik ke kiri dan melihat ke arah pintu ruangannya. Hari bulan bersinar sangat terang sehingga Lisa bisa melihat bayangan pohon di depan ruangannya dengan sangat jelas. Suaranya daun dan pohon yang bergesekkan, suara angin, dan suara jangkrik bergabung menjadi satu.

Gadis itu pikir ia bisa tidur dengan suasana yang seperti ini. Tapi, kenyataannya tidak. Ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke ruangannya. Suara langkah kaki dari lantai kayu terdengar dengan jelas di telinga Lisa.

Kriet... kriet...

Dengan perlahan, Lisa mengambil pedangnya yang ia letakkan tidak jauh dari kasur. Ia menyembunyikan di bawah selimut dengan hati-hati. Setelah melihat bayangan seseorang di depan pintu, ia memejamkan mata dan berpura-pura tidur.

Tidak lama kemudian pintu kamarnya dibuka. Detak jantung Lisa agak tidak karuan karena ia tidak mempersiapkan diri sama sekali untuk ini. Apalagi ketika ia bisa merasakan hawa seseorang di dekatnya. Maka, ketika Lisa mendengar ada suara pedang yang dikeluarkan dari sarungnya, ia langsung membuka matanya. Dengan sigap ia menahan pedang yang tadi akan digunakan untuk menebasnya dengan sarung pedangnya.

Lisa mendecih, tidak cukup waktu baginya untuk mengeluarkan pedangnya dari sarung. Ia juga tidak suka pertarungan di ruangan karena akan membuat ruangan itu hancur. Ia memikirkan cara untuk membawa orang itu keluar dari ruangan.

"Siapa kau?" Tanya Lisa di tengah-tengah erangannya. Orang itu lumayan kuat dan Lisa kesulitan menahan serangannya.

Orang itu mundur saat Lisa mendorong pedangnya. Ia lantas turun dari kasur dan mengeluarkan pedangnya. Ia membuang sarung pedang ke sembarang arah dan menatap nyalang ke orang tadi. Karena gelap dan orang itu mengenakan jubah, ia tidak bisa melihat dengan jelas orang itu.

Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk saling menyerang dan merusak barang-barang yang ada di sana. Entah siapa yang akan datang ke ruangannya setelah ini untuk memeriksa keadaan di ruangan Lisa.

"Di mana kasus di barat?" Jungkook dengan kesal mencari gulungan-gulungan yang berisi data dari kasus yang selama ini belum ia selesaikan.

Jungkook menyibak rambutnya ke belakang. Ia merasa cukup lelah dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Ia tidak menyangka akan sesibuk ini setelah ia memilih untuk mengerjakan semua sendiri lantaran para menteri sudah membujuknya untuk membantu mengerjakannya.

Tiba-tiba saja Jungkook mendengarkan suara ramai-ramai di luar. Ia dengan santai mengambil pedangnya dan keluar dari ruangannya. Di depan ruangannya sudah banyak sekali orang berbaju hitam. Jungkook tersenyum miring saat melihat nyawa para prajurit yang menjaga ruangannya sudah bertebaran.

"Ini ulah kalian? Mengambil nyawa orang semudah ini? Ck, ternyata kalian memang pada dasarnya bengis."

Tanpa berlama-lamaan, Jungkook menebas dan menyayat satu persatu orang-orang tadi. Ia dengan teliti memastikan mereka semua sudah tidak bernyawa sebelum memasukkan pedangnya kembali ke dalam sarungnya.

"Ini terlalu mud-,"

"Kyaaaa!"

Jungkook terkejut mendengar suara teriakkan wanita yang tidak jauh dari ruangannya. Ia lantas berlari ke sana dan melihat dua orang pelayan di depan pintu dengan tatapan ketakutan saat melihat ke suatu ruangan. Jungkook yakin itu ruangan Lisa. Ia melihat ke dalam dan terkejut saat salah satu orang berbaju hitam sedang berada di sana dan bertarung dengan Lisa.

"Bajingan! Apa yang kau lakukan di sini?!"

Orang berbaju hitam itu tampak terkejut dengan kedatangan Jungkook, tapi ia tetap fokus dengan Lisa. Lisa sendiri berusaha melayangkan segala serangan ke orang itu namun tidak ada yang terkena. Ia sempat mengenai bahu orang itu namun orang itu seolah tidak merasakan rasa sakit meski darah mengucur dari bahunya.

Lisa sendiri cukup terkejut saat ada Jungkook di depan ruangannya. Ia berusaha sekuat mungkin supaya orang di depannya itu melarikan diri atau skenario terburuknya ia akan berlari ke arah Jungkook.

"Lisa, cepat keluar dari sana! Kau tidak akan bisa mengalahkannya!" Kata Jungkook. Ia berusaha untuk tidak masuk ke sana dan malah memperburuk semua karena ruangan itu lumayan kecil dan gaya serangan Lisa membutuhkan ruangan yang besar.

"Saya bisa, Putra Mahkota!"

Klang!

Mata Lisa membulat saat melihat tangan orang itu tidak berdarah ketika terkena pedangnya. Malahan tangan gadis itu yang terasa sakit. Ia melihat tangan orang itu dilapisi besi yang lumayan tebal. Dengan kesal Lisa melontarkan pukulan yang keras ke wajah orang itu. Kepala jubah orang itu sudah terbuka dan Lisa berusaha menyesuaikan matanya untuk melihat wajah orang itu, namun ia tidak dapat melihatnya karena gelap dan orang itu sudah kabur terlebih dulu.

"Sialan!" Lisa berusaha mengejar orang itu namun Jungkook sudah menahannya. "Tapi, Putra Mahkota, orang itu-,"

"Aku menyuruhmu untuk tidak mengejarnya. Ini perintah." Kata Jungkook.

Lisa menundukkan kepalanya mendengar amukan Jungkook. Merasa bersalah, Jungkook menghela napas kemudian mengangkat wajah Lisa dengan lembut. "Kau tidak terluka, bukan?" Tanyanya sembari meneliti wajah Lisa.

"T-tidak...,"

"Ia adalah orang yang berbahaya dan sudah sering datang kemari. Aku sudah tahu siapa yang mengirim ia kemari jadi kau tidak perlu melihat wajahnya," ujar Jungkook.

"Baiklah..., tapi kenapa Putra Mahkota kemari? Apa suaranya sangat keras?" Tanya Lisa.

"Di depan ruanganku juga ada penyusup."

Lisa membelalakkan matanya. "Sebenarnya siapa penyusup ini? Kenapa Putra Mahkota terus bilang tahu siapa yang mengirim mereka namun tidak pernah mengatakan siapa orang itu?"

"Kau tidak perlu tahu sekarang."

"Lalu Jaehyun tahu?"

Jungkook tidak menjawab. Ia hanya membalikkan badannya dan berjalan kembali ke ruangannya seolah Lisa tidak menanyakan apa-apa tadinya. Namun, Lisa dengan gigih tetap mengejar Jungkook dan berhenti di depan pria itu.

"Putra Mahkota! Saya juga tangan kanan Anda! Saya bertugas untuk melindungi Anda dari musuh-musuh Anda dan saya perlu tahu siapa mereka! Biarpun saya tidak selama Jaehyun dalam mengenal Anda, tapi saya rasa saya berhak tahu siapa orang itu karena saya juga bertugas untuk melindungi Anda!" Kata Lisa.

Perkataan Lisa barusan membuat Jungkook terdiam, namun tidak lama setelah itu ia maju dan mengikis jarak yang ada di antaranya dengan Lisa. "Kerajaan ini bukanlah sesuatu yang begitu besar. Setiap tembok memiliki mulut dan tidak ada satupun hal kecil yang akan terlewatkan. Jika aku tahu itu, apa kau pikir aku masih tega memberitahumu?"

Lisa terdiam di tempatnya. Ia berusaha memahami perkataan Jungkook yang tidak masuk akal di telinga. Ia hendak mengajukan pertanyaan ke Jungkook, tapi pria itu sudah lebih membuka mulutnya.

"Kau bertugas melindungiku sebagai tangan kananku, tapi aku sebagai Putra Mahkota bertugas menjagamu, rakyatku."

Setelah itu Jungkook pergi dan meninggalkan Lisa yang masih terdiam di tempatnya.

평화

To be continued...

Jangan lupa vomment!

평화 Pyeonghwa |Lizkook|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang