Setelah Bayu dan kawan-kawan ngantin, Bayu berfikir jika ia ingin menenangkan pikirannya sendiri di taman sekolah. Di taman sekolah terdapat buah apel yang sudah matang.
Banyak apel yang sudah kroak di curi oleh murid-murid. Memang suasana taman sekolah sangat silir karena banyak angin sepoi-sepoi datang.
Bayu berjalan mencari tempat yang pas untuk menempatkan tubuhnya duduk. Bayu mendapati seseorang perempuan. Yahh itu Lycha. Yang berjalan dengan tiga buku novel. Buku yang di bawa Lycha ada satu yang terjatuh dan Bayu melihat itu.
"Eh ambil nggak ya? Ambil aja lah." Ucapnya. Bayu pun segera mendekati buku itu dan mengambilnya. Buku yang ia pegang berjudul Mawar Hitam.
Bayu membukanya sekilas dan menutupnya kembali. Segera Bayu mencari keberadaan Lycha dan mengembalikan bukunya. Bayu mendapati keberadaan Lycha di bawah pohon rindang dan sedang duduk santai membaca bukunya.
Bayu menyodorkan buku novel kepunyaan Lycha tepat di depan mata. "Ini buku lo." Lycha mendongakkan kepalanya dan mengambil bukunya.
"Makasih." Balas Lycha dengan senyum simpul dan kembali membaca bukunya.
"Ajak ngomong kek apa gimana! Mbaca mulu, minus nanti!" Timpal Bayu.
"Lo masih mau disini?" Tanya Lycha dengan wajah datar.
"Em gu-"
"Gue duluan." Sahut Lycha angkat kaki meninggalkan Bayu.
"Eh lo mau kemana?" Cegat Bayu sambil menghalang Lycha dengan tubuhnya.
"Kelas. Lo awas bisa ngga?"
"Ngga bisa." Lycha yang berusaha menerobos Bayu namun gagal.
Bayu yang memandangi Lycha dengan teliti. Matanya seperti Bayu kenal. Matanya yang indah, senyumnya tadi yang manis, membuat Bayu mengingat seseorang.
"Lo kelas mana?" Tanya Bayu.
"12 IPA 2."
"Mau gue anterin ke kelas?"
"Bisa sendiri."
"Perasaan, gue aja yang famous ngga dingin-dingin amat. Lo cewe dingin banget kaya kulkas."
"Bukan urusan lo."
"Sini gue anterin!" Tukas Bayu dengan menyambar buku-buku novel milik Lycha agar Lycha menurutinya. Lycha pun hanya menghela nafas pasrah.
"Ehh-eh itu kan Kak Bayu."
"Lah ngapain sama Lycha?" Tanya seorang siswi yang memandangi mereka berdua.
"Udah lo sana pergi aja! Gue bisa sendiri." Ucap Lycha kepada Bayu.
"Lo ngusir?"
"Lo ngga liat? Orang-orang pada ngeliatin kita?"
"Itu tandanya lo harus bersyukur! Yang lain aja pada iri ngga bisa deket-deket gue, lah lo sampe gue anterin ke kelas. Cuek aja!"
"Isshh."
"Nih buku lo." Ucap Bayu dengan menyodorkan buku milik Lycha. Tanpa kata-kata, Lycha langsung mengambil buku dan masuk kelas.
"Sama-sama!" Teriak Bayu dari luar kelas. Lycha hanya mengedikan bahu. Wulan yang mengetahui jika Bayu baru saja mengantarkan Lycha pun langsung segera menginterogasikan.
"Chaa! Chaa! Sumpah demi apa lo tadi dianterin titisan malaikat?" Tanya Wulan. "Trus Bayu juga sampe mbawain buku?"
"Biasa aja."
"Lo pake wejangan apa sampe Bayu mau lo suruh bawain buku?"
"Dia sendiri yang minta! Gue ngga nyuruh sama sekali." Jawab Lycha dingin.
"Wahh! Ini lagi rejeki lo cha!"
✌✌✌✌✌
Sepulang sekolah, Lycha masih ada keperluan. Ia hari ini ingin mampir ke tempat alat-alat olahraga untuk mengambil bola basket. Ia tidak bisa basket, namun ia ber optimis bisa basket.
Lycha yang sudah membawa bola basket. Sedikir ragu untuk memainkannya, karena ia tak terbiasa. Ia ber optimis bisa basket karena Veki.
Satu lemparan bola basket dari Lycha namun sayangnya gagal memasuki ring. Ia mencobanya lagi, dan lagi-lagi ia gagal untuk memasuki bolanya.
Di pinggiran lapangan, terdapat segerobolan Bayu cs yang melihat Lycha gagal terus untuk memasukan bola ke ring. Geng Bayu cs memang saat ini ingin bermain basket.
"Kasian bener dari tadi ngga bisa masukin bola." Ujar Bayu.
"Tolongin kek! Ajarin! Malah di biarin!" Sahut Arsen.
"Iya! Kayanya sampe ntar maghrib, tu anak belum bisa masukin bola ke ring." Timpal Farel.
Bayu pun segera menghampiri Lycha dan berniat untuk mengajarinya cara bermain basket.
"Weee! Hidup Bayu!" Teriak Hanif.
"Bayu pahlawan ku!" Teriak Kevin.
Lycha yang sembari tadi sibuk untuk memasukan bola ke ring. Dan tak menyadari jika sembari tadi Bayu memandanginya dari dekat.
"Huufft hufftt." Lycha yang mulai mengelap keringatnya dan memegangi lututnya.
"Caranya tu gini." Ucap Bayu dengan menyahut bola dari tangan Lycha dan melemparnya ke ring. Alhasil bola yang Bayu lempar memasuki ring.
Lycha yang melihatnya pun langsung membulatkan matanya. Bagaimana bisa ia melakukannya? Padahal sembari tadi Lycha melakukannya belum sama sekali bola itu masuk.
"Bisa?" Tanya Bayu. Lycha hanya menggelengkan kepala.
"Sini gue ajarin. Yang terpenting lo kalo mau nglempar bolanya, jangan pake emosi. Santai aja tapi jangan ngawur." Nasehat Bayu dengan melemparkan bola basket ke ring. Dan lagi-lagi masuk.
"Coba lo?" Tanya Bayu.
"Emm gue belum bisa." Jawab Lycha.
"Coba dulu! Jangan bilang belum bisa! Lo bisa!" Jelas Bayu. Lycha hanya menghela nafas pasrah dan menarik nafasnya.
Lycha mulai melempar bola basket itu dan...bola itu masuk ke dalam ring pemirsah!.
"Itu bisa." Balas Bayu dengan senyum simpul.
"Iya gue bisa! Makasih ya! Makasih!" Timpal Lycha dengan senyum yang mengembang.
"It's okay, lo bisa latihan lagi besok. Udah sore soalnya."
"Iya. Gue duluan." Ucap Lycha meninggalkan Bayu.
Bayu hanya menatap Lycha yang mulai menjauh. "Hati-hati!" Teriak Bayu.
Lycha yang mendengarnya membalikan tubuhnya dan tersenyum. "Makasih!" Bayu pun hanya tersenyum tipis.
"Woyy Bay! Pacaran mulu! Pulang yuk!" Teriak Kevin.
"Oke." Balas Bayu yang berlari mendekat temannya.
"Sialan lo Bay! Ngga jadi basketan dong kita." Ujar Hanif.
"Besok lagi ah elah." Tukas Farel.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYU ANJASMARA
Teen FictionSebuah kisah Bayu dan Melycha yang bertemu saat Bayu pindah sekolah. Pertemuan yang tidak disengaja dan berujung memiliki rasa. Dan diawali oleh sebuah pesawat kertas milik Bayu yang dibuat dari kertas ulangan. Sudah cukup lama Bayu tidak melih...