Si kupret

5 0 0
                                    

Bayu terbangun dari tidurnya dan melihat ada Sang Mama tercinta yang berada di sampingnya. Ia juga lupa sebelumnya untuk mengabari mamanya dan untungnya oleh salah satu sahabatnya memberitahu.

Karina pun terkejut saat putranya terbangun dan mulai mengelus rambut Bayu lembut. "Bayu kamu udah bangun? Kenapa kok jadi gini?" Risau Karina dengan mata yang berkaca-kaca.

Bayu hanya membalas mengelus tangan Sang Mama dengan lembut. "Maa Bayu nggapapa, maaf ma Bayu selalu bikin mama repot terus." Ujar Bayu dengan tatapan sendu.

"Ngga kok nak, mama yang salah karena gagal njaga kamu." Tatap Karina sendu.

"Lohh mama kok jadi sedih gini? Biasanya mama marah kalo Bayu kaya gini." Kelakar Bayu mencoba mencairkan keadaan.

"Isshh mana ada mama marahin kamu pas lagi kaya gini! Ya kalo pun mama marah itu juga demi kamu karena mama nggamau kehilangan kamu!" Celetuk Karina. "Mama sebenernya marah sama kamu! Karena kangen Dhisa bisa jadi kaya gini. Penting banget kah Dhisa? Sampe-sampe kamu nabrak pohon."

Bayu kembali lesu saat mamanya mulai membicarakan hal yang semestinya tak dibicarakan. "Ya gitu ma, udah ah males Bayu nginget itu lagi."

"Bayuu, Ada yang lebih baik! Ngga cuman dia!" Karina menggantungkan perkataannya. "Cuman kamu aja yang suka keinget-inget Dhisa! Dan padahal ada orang yang lebih baik dari dia."

"Tapi dia yang udah merubah semuanya ma, kalo semisal Dhisa ngga peduli dan nggamau datang di kehidupan Bayu, Bayu ngga bakal jadi kaya gini ma." Ucap Bayu. "Dikenal banyak orang, ngga dibully lagi, ngga dikatain cupu lah apa lah! Semua ini juga berkat Dhisa ma." Jelas Bayu panjang.

Karina hanya menatap pasrah dan kembali mengelus puncak kepala Bayu lembut. "Tapi seenggaknya kalau kamu ingat Dhisa jangan sampe kaya gini! Mbahayain diri kamu sendiri."

Bayu hanya mengangguk mengerti. Karina pun tersenyum tipis. "Mama pulang dulu ya Bayu, dirumah masih ada kerjaan." Ucap Karina. "Kamu jaga diri baik-baik ya." Bayu mengangguk pelan dan membalas senyuman.

Perlahan Karina berjalan menjauh dari Bayu dan membuka knop pintu lalu meninggalkan Bayu sendiri di ruangannya. Karina menampaki Arsen yang masih terduduk di depan ruangan Bayu. Arsen tertidur di tempat duduk.

Karina membangunkan Arsen pelan. "Arsen!" Panggil Karina.

"Ehh iya tante? Ada apa?" Saut Arsen yang masih mengucek mata.

"Kamu ngga jadi sekolah?"

"Emm aaa udah ijin kok tante." Gelagap Arsen.

"Yaudah ya tante mau pulang masih ada kerjaan, kamu masuk jagain Bayu." Ujar Karina dan dianggukin oleh Arsen.

😕😕😕😕😕

Hanif mengejar Lycha yang berjalan sangat cepat. Yang dipikirkan Hanif adalah sekarang Lycha ngambek karena ia tak menceritakan secara gamblang tentang Bayu. Dan cepat-cepat Hanif mencekal tangan Lycha dari belakang dan membuat Lycha terkejut.

Lycha segera menepis tangan Hanif dan lanjut berjalan menuju kelasnya. Ia tak peduli tatapan yang diberikan kepada Lycha.

"Chaa! Chaa! Tunggu dong cha!" Panggil Hanif.

"Chaaa!"

"Lo--" Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Lycha sudah menatap tajam Hanif terlebih dahulu.

"Lo ngapain ngikutin gue?" Heran Lycha.

"Mau nganterin lo ke kelas lah! Emang mau ngapain lagi?"

"Udah lo sana ke kelas lo sendiri aja! Nggausah pake anter-anter segala kaya kiriman paket!" Ketus Lycha.

Wulan yang baru saja ke kantin melihat percekcokan antara laki-laki dan perempuan. Kali ini percekcokan antara Hanif dan Lycha. Wulan yang ingin tahu pun segera mendekati keduanya.

BAYU ANJASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang