Dentingan dari suara jam dinding yang menggantung disudut ruangan terus menggema, mengisi kesunyian didalam tempat persembunyian Richan, pria berlesung pipi itu mengalihkan atensinya pada benda pipih yang tergeletak dilantai.
Disana sudah ada banyak notifikasi pesan masuk dari sang Ayah, sedari tadi Richan hanya terdiam tanpa memperdulikan pesan-pesan itu. Dia masih sibuk memikirkan maksud dari apa yang telah dikatakan oleh Savano kepadanya kemarin.
Sekelebat bayangan Rosie dan Ayahnya seakan muncul, berlomba-lomba untuk memenangkan Richan. Richan menghela napas berat, dia memang sangat ingin memperbaiki hubungannya bersama Rosie, akan tetapi jika dia mengambil dua pilihan itu dalam satu waktu rasanya terdengar agak sedikit rakus dan egois, Richan tidak akan mungkin bisa meninggalkan Rosie demi wanita yang sama sekali tidak dia kenal. Namun Richan juga tidak akan mungkin bisa memutuskan tali yang terjalin antara Ayah dan Anak demi Rosie, bagaimana pun juga Siwon adalah Ayahnya.
Seburuk apapun orang tua, anak tidak berhak untuk mencela apalagi sampai membenci.
Jujur saja, kali ini Richan benar-benar dibuat bingung, pikirannya sudah kalang kabut, tidak bisa memutuskan pilihan mana yang akan dia ambil, hingga ucapan sang ibu dulu kembali melintas entah dari mana asalnya, memberikan Richan setidaknya titik terang untuk semua masalah yang tengah dihadapinya saat ini.
"Ini hidupmu, semua pilihan ada ditanganmu, jangan mau ditindas tapi jangan pula membalas, semua yang terjadi mungkin sudah takdir, dan masa depan, semuanya ada ditanganmu"
Richan menarik napas panjang sebelum akhirnya menghelanya dengan kasar sesekali mengerjap. Tangannya meraih foto kecil yang ada dinakas, meraba setiap inci foto itu dengan perlahan. Foto yang memperlihatkan seorang wanita dan seorang anak laki-laki berusia 4 tahun itu begitu sangat bahagia, terlihat dari senyum lebar yang melekat diwajah keduanya. Richan jadi ikut terbawa suasana, kesepian yang kini menyelimutinya benar-benar terasa mencekik, tidak ada lagi senyuman, tidak ada lagi tawa yang menghiasi hari-harinya sejak kematian ibunya.
Sekarang, dia kembali merasakan sesak yang teramat sangat karena untuk kedua kalinya dia harus kehilangan satu-satunya orang yang begitu berharga, sama seperti ibunya.
Dia. Gadis cantik bersurai blonde yang mampu membuat Richan bertahan untuk hidup hingga saat ini. Gadis yang selalu menyalurkan semangat saat dia tengah dirundung banyak masalah, hanya Rosie, hanya Rosie yang bisa membuat Richan kembali berdiri tegak seperti sedia kala.
Savano benar. Jika dia benar-benar mencintai Rosie maka dia harus berubah, setidaknya berubah untuk dirinya sendiri. Dengan begitu mungkin kebahagiaan yang sempat menghilang akan kembali dengan sendirinya.
"Aku sudah memutuskan. Aku bakal selesaikan masalahku sama ayah, habis itu aku bakal perbaiki kesalahan aku ke kamu Rosie. Tunggu aku sebentar lagi" Ujar Richan.
Pria bertubuh jangkung itu memperhatikan foto Rosie yang masih menjadi wallpaper diponselnya sekilas sebelum akhirnya dia bangkit, meraih jaket yang ada diatas tempat tidur lalu bergegas keluar rumah.
Tujuan Richan malam ini adalah rumah orang tuanya. Dia tidak ingin berharap banyak tapi semoga malam ini semesta ikut turut mendukung pilihannya dan membantunya meluluhkan kerasnya hati sang Ayah.
Semoga saja.
Kendaraan roda empat miliknya sudah melaju dengan kecepatan penuh, membelah jalanan yang mulai renggang, dia melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, jarumnya sudah menunjukkan pukul 8 malam.
Hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk tiba dirumah megah milik keluarganya, Richan mengurangi kecepatan laju mobilnya saat kendaraan roda empat itu sudah berada tidak begitu jauh dari tempat tujuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intricate✔️
Romance[COMPLETED] Rosie sudah menjalani hubungan bersama Richan selama 3 tahun. Selama itu pula Rosie harus bertahan dengan sikap tempramental dari seorang Richan. Awal yang dibalut dengan kesan hangat itu perlahan berubah seiring berjalannya waktu, Richa...