[1]. Without You

4.1K 295 7
                                    

“Kamu milikku, sampai kapan pun hubungan kita tidak akan pernah berakhir”

Dua hari berlalu, setelah memutuskan hubungannya dengan Richan, dunia Rosie perlahan memudar, entah apa yang sedang dirasakannya saat ini, rasa sesak dan bahagia karena terlepas dari kurungan yang menyiksa selama ini seakan menyatu menjadi satu.

Beberapa foto-foto yang berjejer di nakas membuat pikirannya kembali melayang kemasa itu, masa-masa dimana hanya ada kehangatan yang tercipta diantara mereka berdua.

Masih melekat diingatan betapa bahagianya hari itu, hari dimana momen-momen berharga itu berhasil diabadikan dalam sebuah foto yang kini mungkin akan mendatangkan air mata.

Rosienna. Gadis bersurai blonde itu beranjak dari tempat duduknya, atensinya beralih melirik jam dinding yang menggantung, jarumnya sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

Tungkai jenjangnya kembali melangkah, meraih beberapa foto itu dan menyimpannya kedalam laci, gadis itu berniat ingin melupakan kisah yang telah terukir dengan indah bersama Richan tanpa ada hambatan.

Rosie benar-benar tidak ingin mengingat kisah mulai dari senang maupun sedih yang berhasil Richan ukir disetiap harinya, perasaan yang selama ini dirasakannya mau tidak mau harus dia hapuskan bagaimana pun caranya.

Bendungan air mata yang sedari tadi ditahan pun akhirnya lolos juga, menyisakan bekas yang tidak terlihat namun terasa begitu sangat menyakitkan.

Bangunan yang selama ini dijaga dengan baik pada akhirnya runtuh juga dan hanya menyisakan puing-puing tak bertuan.

Setidaknya dengan sedikit bantuan dari sang waktu dapat mengubah rasa menjadi biasa.

Rosie sedikit tersentak kala mendengar suara yang berasal dari benda pipih diatas tempat tidur, salah satu tangannya bergerak meraih benda pipih itu diikuti pergerakan iris coklat gelap miliknya, membaca sederet nama yang tertera dilayar.

Jenny

"Halo?" Sapa Rosie kepada perempuan yang berada diseberang sana, suaranya terdengar sedikit bergetar.

"Hei, Rosie! Samperin gue dong. Gue lagi dirumah sakit nih, dari tadi coba nelpon Kai nggak nyambung-nyambung" ucap Jenny panjang lebar dengan suara lantang yang membuat Rosie sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Apa?! Ngapain lo dirumah sakit? Siapa yang sakit?"

"Sudahlah, nggak usah banyak tanya. Lo kesini dulu, rumah sakit Medika ya! Gue tunggu secepatnya"

"Ta—" Ucapan Rosie menggantung diudara karena Jenny sudah lebih dulu memutuskan sambungan telepon sebelum mendengar jawaban dari Rosie.

Rosie mendengus, lalu kembali beranjak dari tempatnya dan membuka lemari kaca dihadapannya dengan cepat, gadis itu mengeluarkan turtleneck sweater berwarna coklat muda dan mengenakannya tanpa pertimbangan.

Walaupun ada sedikit rasa kesal karena sahabatnya itu selalu merepotkan, tidak menutup kemungkinan jika kekhawatiran itu ada. Bagaimana tidak khawatir jika sahabatmu tiba-tiba menelpon dan mengatakan jika kini dia tengah berada dirumah sakit. Ya walaupun kelihatannya baik-baik saja. Yang ada dipikiran Rosie; Gimana kalau Jenny coba bunuh diri gara-gara telponnya nggak di angkat sama Kai? Ah gue rasa nggak selebay itu.

25 menit berlalu, mobil yang dikendarai oleh Rosie akhirnya tiba di rumah sakit Medika. Baru saja keluar dari dalam kendaraan roda empat itu, Rosie langsung disapa oleh semilir angin yang menerbangkan rambutnya dengan bebas, diikuti udara dingin yang berhembus membuat Rosie sedikit mempercepat langkahnya. Akhir-akhir ini hujan memang sempat menguyur seluruh permukaan kota, mungkin hari ini juga, mungkin juga tidak. Entahlah.

Intricate✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang