[2]. Emotions with wounds

3K 243 15
                                    

Didalam kamarnya, Rosie yang baru saja selesai bersih-bersih pun duduk didepan kaca rias sembari terus memperhatikan pantulan wajahnya, tangannya juga sibuk menggerakkan hairdryer kesana kemari untuk mengeringkan beberapa bagian rambutnya yang masih basah.

Rosie baru ingat, hari ini dia ada janji bertemu dengan Leon ditoko buku langganan mereka. Bukan tanpa alasan mereka bertemu, Leon sengaja mengajak Rosie bertemu disana untuk membicarakan kelanjutan project novel mereka.

Yap. Leon dan Rosie sudah sangat lama mengenal satu sama lain, mereka juga tergabung disalah satu komunitas para penulis di Jakarta, itulah sebabnya Leon mengajak Rosie untuk mengerjakan project novel bersama.

Lagi pula kemampuan mereka dalam bidang menulis pun tidak bisa diragukan lagi, Leon yang dikenal sebagai penulis berbakat diantara teman-temannya itupun sudah menerbitkan lebih dari 10 buku hasil dari imajinasi yang dia kembangkan sendiri.

Begitu pun dengan Rosie walaupun dia baru mendalami hobinya dalam menulis dan belum sempat menerbitkan buku sendiri tapi Leon yakin kemampuan yang dimiliki oleh Rosie tidak bisa diragukan lagi, terbukti saat satu bulan yang lalu pada lomba menulis puisi yang diadakan oleh salah satu perusahaan percetakan, Rosie mendapatkan juara pertama dan mengalahkan hampir 150 peserta.

Karena itu Leon yakin, jika dia menulis novelnya kali ini bersama dengan Rosie, novel mereka pasti akan laku keras. Tidak hanya didalam negeri tapi juga diluar negeri, begitu harapan mereka.

Rosie merapikan rambutnya lalu memoles wajahnya dengan sedikit make up, dan dengan sentuhan terakhir Rosie memakai lipstick berwarna coral pink dibibirnya.

Setelah itu Rosie beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekati lemari sepatu dan mengambil ankle boots heels kemudian memakainya.

Dengan mengenakan dress over blouse dan ankle boots heels berwarna senada, Rosie menuruni anak tangga satu persatu menuju lantai dasar kemudian keluar dari rumahnya.







Butuh waktu sekitar 20 menit hingga akhirnya Rosie tiba ditoko buku, gadis bersurai blonde itu sedikit merapikan rambutnya. Sorot matanya mengobservasi tempat itu mencari keberadaan Leon.

Rosie sedikit memicingkan matanya saat menangkap sosok yang dicarinya tengah duduk disalah satu kursi yang ada disudut toko buku tepat didekat jendela, tangannya sibuk memindahkan halaman perhalaman dari buku yang dia baca.

Dengan langkah kecil, Rosie perlahan mendekat sampai lelaki itu tidak sadar jika Rosie sudah berada dihadapannya.

"Kak Leon, halo" Rosie melambai kearah Leon, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman.

Leon menengadah, mengalihkan atensinya kearah gadis yang ada dihadapannya itu lalu ikut melemparkan senyum tipis.

"Oh, halo Rosie. Ayo duduk, aku lagi baca beberapa buku buat referensi" Ucap Leon.

Rosie mengangguk, iris coklat gelap miliknya melirik beberapa tumpuk buku yang ada dihadapan mereka, tampaknya Leon sudah lama berada disini.

"Maaf ya kak, aku terlambat. Tadi air dirumahku mati jadi aku harus nungguin orang buat benerin dulu" Jelas Rosie, tangannya ikut terulur meraih salah satu benda tebal dari tumpukan buku yang telah dipilih Leon.

Leon tersenyum. "Nggak apa-apa. Lagian aku juga baru sebentar disini"

Rosie mengangguk samar. "Oke. Kalau gitu kita harus mulai darimana?"

"Kamu baru aja sampai, kenapa harus buru-buru? Duduk dulu dengan nyaman. Aku mau selesaikan satu buku ini dulu, habis itu baru kita diskusi tentang ide yang kamu usulin semalam" Laki-laki berdarah China itu meraih goodie bag yang ada disebelahnya lalu mengeluarkan satu kaleng minuman dan memberikannya kepada Rosie.

Intricate✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang