[16]. Leave to return

1.4K 157 11
                                    

Suara air mendidih didalam teko yang ada diatas kompor berhasil memecahkan keheningan, Richan buru-buru mematikan kompor itu kemudian mengangkat teko berisi air panas dan memindahkannya kedalam termos berukuran kecil.

Saat ini Richan tengah berada didapur, sudah sekitar 20 menit yang lalu sejak Rosie meminta izin untuk pergi kemini market hingga saat ini pun tak ada tanda-tanda bahwa gadis itu kembali.

Richan sengaja memasak air hangat untuk menyeduh teh yang telah disiapkan Dokter Ashley untuk Nani. Tak hanya itu, Richan juga berusaha memasak bubur dengan resep bantuan dari google.

Mengambil langkah besar, Richan sudah siap dengan nampan yang diatasnya sudah ada semangkuk bubur ayam serta segelas teh hangat, laki-laki bertubuh jangkung itu melenggang kembali menemui Nani dikamarnya.

"Permisi Nek" Richan menghantuk-hantukkan genggaman tangannya dipintu kayu berwarna coklat itu dengan mantap hingga seperkian detik kemudian terdengar sahutan dari dalam sana.

"Masuk saja"

Richan menarik senyum lebar, memegang kenop pintu kamar Nani dan membukanya perlahan. "Ini aku bawakan bubur dan teh hangat untuk nenek" Richan meletakkan nampan itu dinakas lalu mengangkat teh hangat dan memberikannya kepada Nani.

Nani menyeruput secangkir teh hangat itu perlahan. "Thank you" ucap Nani sambil mengacungkan dua jarinya yang sudah membentuk heart sign.

Richan tertawa. "Sama-sama nek. Kalau gitu ini buburnya, nenek pasti udah lapar kan?"

Nani mengernyit. "Kamu tidak mau menyuapi nenek?"

Mendengar itu Richan langsung terdiam kemudian terkekeh pelan, mengambil alih mangkuk bubur itu dari nakas. "Iya, aku akan menyuapi nenek"

Nani tersenyum, menepuk bahu lebar milik Richan itu beberapa kali. Richan sendiri tidak pernah menyangka jika pertemuan pertama kali dengan nenek dari Rosie akan berlangsung seperti ini. Dia tidak berekspektasi sampai seperti ini tapi terlepas dari semua itu Richan sangat bahagia karena bisa ikut menerima kehangatan yang diberikan oleh Nani.

Kehilangan ibu diusia yang masih terbilang muda membuat Richan rindu akan kasih sayang seorang ibu, betapa menyakitkannya saat dia harus melihat peti mati yang dibenamkan kedalam tanah, melihat orang yang sangat berharga bagi dirinya hilang ditelan bumi. Seperti tidak percaya bahwa dia akan kembali mendapatkan kehangatan yang sempat hilang beberapa waktu yang telah berlalu.

Sekarang dia baru bisa mempercayai bahwa semesta memberinya kesedihan juga tidak akan lupa memberinya penawar yang dikenal sebagai kebahagiaan. Meskipun kebahagiaan itu bukan dengan cara melihat ibunya hadir kembali dihadapannya, melainkan dengan cara dititipkan kepada orang yang tepat.

Intinya Richan benar-benar bersyukur untuk itu.

"Rosie belum kembali?" Tanya Nani, mulutnya masih sibuk mengunyah sesendok bubur yang baru diberikan oleh Richan.

Richan menggeleng. "Belum, kayaknya bela—"

Belum sempat Richan menyudahi ucapannya, terdengar suara bel yang berbunyi, Nani tersenyum. "Itu pasti Rosie"

Richan langsung bangkit dari tempat duduknya, bergegas keluar dari kamar Dahye menuju pintu utama rumah ini, namun saat dia membuka pintunya, yang dilihatnya pertama kali adalah seorang laki-laki dan perempuan setengah baya dengan koper serta tas jinjing disebelah mereka.

Dahinya berkerut lalu sontak membungkuk, dia bisa mengenali kedua orang itu hanya dengan melihat wajah mereka secara sekilas. Wajah laki-laki itu begitu mirip dengan Rosie dan mata serta hidung perempuan itu juga sangat mirip dengan milik Rosie. Richan sangat yakin bahwa mereka adalah orang tua dari Rosienna Sheakilla.

Intricate✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang