[9]. Misunderstand

1.6K 166 17
                                    

Setelah kedatangan Richan dirumah Rosie 6 hari yang lalu nampaknya membawa perubahan didalam hubungannya bersama dengan Rosie, ditambah lagi dengan kehadiran sang kakak diantara mereka membuat Rosie mau tidak mau membuka pintu lebar-lebar saat laki-laki bertubuh jangkung itu datang kerumahnya.

Alice memang sengaja untuk tinggal beberapa waktu dirumah Rosie, walaupun begitu Rosie sama sekali tidak bisa mengatakan tentang apa yang terjadi pada hubungannya bersama Richan kepada Alice.

Mungkin akan sangat memalukan, begitu pikirnya. Mereka sudah sama-sama dewasa namun hubungan mereka sama persis seperti anak sekolah menengah yang masih labil, mengambil keputusan tanpa berpikir panjang.

Munculnya Richan kembali mengisi hari-harinya membuat Rosie bimbang, disatu sisi ingin melupakan namun disisi lain tidak rela meninggalkan sesuatu yang mungkin sangat berharga. Kalimat yang dilontarkan Alice waktu itu pun berhasil membuatnya pusing dan tidak bisa memilih.

Memilih untuk meninggalkan atau tetap menetap kembali lagi bersama luka yang akan digores kembali oleh Richan. Janji-janji manis Richan pun kembali terputar berulang-ulang seperti cd rusak, Rosie tidak yakin jika Richan bisa berubah, sorot mata yang menelisik mencari jawaban akan kejujuran atau kebohongan itu pun tidak bisa Rosie temui.

Tapi sekali lagi. Sekeras apapun Rosie menolak nampaknya semesta sudah mengatur rencana dengan baik, mendekatkan kembali apa yang sudah jauh dan memperbaiki kembali apa yang telah hancur.

Rosie tidak bisa menentang jika takdir berkuasa, Rosie sadar, dia hanya manusia biasa yang hanya bisa berjalan sesuai takdir yang telah ditentukan.

Jika sudah seperti ini, Rosie harus lebih berani melangkah karena luka lama itu sudah kembali, tidak tahu maksud apa yang ada dibaliknya, memberikan luka baru atau mengobati luka lama, tapi kini mau tidak mau Rosie harus menerimanya dengan lapang dada.

Rosie saat ini tengah memasak nasi goreng kimchi sedangkan sang kakak duduk menunggu diruang keluarga. Sedang sibuk membuka bungkus mie ramen itu atensi Rosie beralih pada benda pipih yang tergeletak dimeja makan, dia membersihkan tangannya lalu melenggang meraih ponsel yang terus mengeluarkan suara.

Dahinya berkerut kala melihat nomor yang tidak dikenal tertera dilayar, perlahan menekan icon telepon berwarna hijau dan mengusapnya kekanan.

"Halo?" Sapa Rosie pelan.

"Ini Rosie?"  Pertanyaan dari seberang sana membuat dahi Rosie berkerut lagi.

"Ini saya, Dion. Masih ingat nggak?"

"Oh. Pak Dokter" Ujar Rosie antusias. "Sudah lama banget nggak ketemu" Sambung Rosie lagi.

"Iya sudah lama banget. Hari ini ada waktu nggak? Saya mau traktir kamu makan. Mau nggak?" Ajak Dion pada Rosie.

"Apa? Kenapa tiba-tiba?"

"Mau aja, kalau nggak keberatan saya sudah mau sampai kerumah kamu"

Penuturan itu membuat Rosie kalang kabut, dia bahkan belum mandi dan masih memakai piyama. "Sekarang? Apa nggak kepagian?"

"Ini sudah jam 11, ayolah, saya lagi nggak punya teman buat diajak makan-makan" Suara itu terdengar memelas hingga tak bisa membuat Rosie menolak ajakan secara tiba-tiba itu.

Rosie mengangguk walaupun tak bisa dilihat oleh Dion. "Ya sudah— aku siap-siap dulu"

"Saya bakal sampai dalam waktu 30 menit lagi, sampai jumpa!" Dion memutuskan sambungan teleponnya sebelum Rosie membalas ucapannya.

Gadis bersurai blonde itu langsung mematikan kompor dan bergegas menemui kakaknya. Alice yang melihat itu pun melayangkan tatapan penuh tanya.

"Kak. Lo bisa nggak gantiin gue buat masak? Gue lagi buru-buru nih" Rosie menyerahkan spatula kepada Alice, tanpa permisi berlari menaiki anak tangga ke kamarnya.

Intricate✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang