[8]. Love in the rain

1.6K 174 12
                                    

Masih dengan inhealer ditangannya, Richan kini tengah berdiri tepat didepan rumah Rosie, pagar tinggi menjadi pembatas antara tempatnya berdiri dan rumah berwarna biru itu.

Richan melirik ponsel yang ada digenggamannya, sedari tadi pesan-pesan yang dia kirimkan belum juga mendapat balasan.

Semilir angin menerbangkan beberapa daun dari pohon besar disekitar sana, kilatan petir dan guntur yang menyertai terjadi diwaktu yang sama, Richan bergidik meratapi pintu gerbang yang masih tertutup rapat.

"Rosie, kamu dimana?"

Richan sedikit merapatkan jaketnya, hingga akhirnya suara deru dari mesin mobil menggema ditelinga, laki-laki berlesung pipi itu seketika menoleh, memperhatikan perempuan yang baru saja berpamitan kepada si pengemudi, sekarang dia sedang berjalan kearahnya.

"Rosie?"

Satu nama yang dilontarkan oleh Richan mampu membuat Rosie terkejut, gadis itu langsung mengalihkan atensinya dari ponsel kearah Richan.

Detak jantungnya seakan berpacu diiringi suara gemuruh yang diciptakan sang pencipta dilangit malam ini, Rosie menengadah, memperhatikan bulir-bulir air hujan yang sedang berlomba menjatuhkan diri kebumi.

Dengan senyum lebar, Richan langsung menghampiri Rosie, tanpa permisi langsung merengkuh gadis yang ada dihadapannya dengan erat. Richan benar-benar merindukan kehangatan ini.

Dekapan itu semakin erat seakan tidak akan pernah lagi dilepaskan, Rosie yang ada didalam dekapan itu benar-benar merasa bingung, kedua tangan yang masih menggantung disisi tubuhnya seakan tidak bisa dia gerakan, ini terlalu tiba-tiba.

Setelah Rosie bersusah payah untuk melupakan Richan, kini sosok itu malah datang, dengan rindu yang berkecamuk didalam dada, air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata Rosie. Semesta memang tidak adil.

Seolah ada batu yang sangat besar menghantam dadanya dengan sangat keras, Rosie menunduk, menikmati rasa sakit, rindu dan air mata yang datang bersamaan. Kenapa disaat hatinya mulai membaik, semua kenangan yang pernah dia lewati bersama Richan kembali terputar berkali-kali hingga membuat kepalanya sakit.

"Rosie, maaf. Maafin aku" Richan mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya memberikan sedikit jarak diantara mereka, masih dengan pelukan yang teramat erat, Richan mendekatkan wajahnya kewajah Rosie, menatap lekat-lekat setiap inci wajah Rosie tanpa terlewat.

Kedua tangan yang semula melingkar dipinggang Rosie kini beralih dikepala, Richan perlahan menghapus jarak hingga tak bersisa, lalu menghela napas berat. "Aku bener-bener minta maaf"

Richan sedikit memiringkan kepalanya, kedua matanya perlahan memejam hendak menyapa bibir yang selama ini dia kagumi, bibir ranum milik Rosie yang bisa membuatnya tergila-gila, bibir yang benar-benar dia rindukan.

Richan kini sudah benar-benar mengikis jarak diantara mereka, sedikit memajukan tubuh Rosie yang kini masih terdiam, kedua mata gadis itu pun ikut memejam menikmati ciuman yang dipimpin oleh Richan, seperkian detik kemudian ciuman itu berubah menjadi sedikit memaksa namun tetap lembut, Richan melakukannya dengan baik.

Lumatan itu cukup berlangsung lama sampai akhirnya Rosie menggeleng, mencoba menyadarkan dirinya dan menjauhkan bibirnya dari lumatan Richan. Gadis bersurai blonde itu menggeleng sembari memegangi bibirnya, dia menatap laki-laki yang ada dihadapannya cukup lama sampai akhirnya bergegas meninggalkan Richan, membuka pagar dan menguncinya kembali.

"Rosie. Tunggu!" Untuk saat ini Richan tidak bisa memakai kekerasan karena dia sudah berjanji akan berubah, berubah menjadi seperti yang Rosie mau.

Namun sekuat apapun Richan mencoba mendekat pada akhirnya Rosie tidak bisa didapatkan, gadis itu langsung menutup pintunya dengan keras dan menguncinya rapat-rapat.

Intricate✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang