[20]. Happy? Ending

2.8K 182 28
                                    

Keringat sebesar biji jagung sudah memenuhi dahi Rosie, napasnya juga sudah tidak teratur setelah terbangun dari mimpi buruk yang dia dapati semalam.

Rosie mengatur napasnya secara perlahan, mencoba mengeyahkan semua mimpi buruk itu dari kepalanya. Rosie tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa mimpi yang terasa sangat nyata itu adalah mimpi sungguhan. Jujur, pada saat itu Rosie benar-benar bisa merasakan sesak yang teramat sangat ketika melihat tubuh Richan sudah terbalut dengan kain berwarna putih terang.

Bekas air mata itu seakan masih melekat dengan sempurna dikedua pipi tembamnya. Meninggalkan sebuah kisah yang terasa sangat nyata. Kedua matanya menyipit sempurna, sorot matanya beralih ke benda pipih yang entah sejak kapan tergeletak dilantai.

Gadis bersurai hitam itu menghela napas berat, mencubit salah satu tangannya dengan perlahan hanya untuk membuktikan jika saat ini dia benar-benar sudah terbebas dari mimpi buruk yang berhasil membuat paginya terasa begitu sangat gelap.

Potongan-potongan kejadian didalam alam bawah sadar itu pun seakan sudah terekam sempurna diingatan, ketakutan yang mendalam atas apa yang telah Rosie lihat tak bisa mengubris rasa takut yang sesungguhnya.

Gimana kalau semua yang ada didalam mimpi adalah sebuah gambaran yang akan terjadi didunia nyata?

Gimana kalau Richan benar-benar pergi, bahkan sebelum keduanya sempat mengatakan selamat tinggal?

Rosie meraih ponselnya, lalu membaca sederet nama yang sudah tertera dilayar, gadis itu tersenyum kecut setelah membaca isi pesan singkat yang ternyata pengirimnya adalah Alice. Sial. Padahal yang diharapkannya bukanlah Alice, tapi Richan.

Alice Shae: Lo jadi kan pulang hari ini? Gue jemput dibandara ya.

Bukannya membalas, Rosie kembali meletakkan ponsel itu kesembarang arah, tungkai jenjangnya yang semula hanya menjuntai ditepi tempat tidur akhirnya beranjak, melenggang menuju kamar mandi.

15 menit berlalu, setelah bergelut dengan pikiran sendiri, Rosie pun bergegas memasukan beberapa pasang bajunya kedalam koper, Rosie memang sudah memutuskan bahkan dari jauh-jauh hari jika hari ini dia akan kembali ke Indonesia, tak lupa juga memberitahu kepada Richan tapi tampaknya hari ini Rosie tidak berharap Richan datang dan merentangkan tangannya ketika melihatnya tiba dibandara. Sial. karena mimpi buruk semalam kepala Rosie dipenuhi dengan pikiran yang negative.

Cukup lama meyakinkan, meyakinkan kepada diri sendiri bahwa tidak akan ada hal yang menakutkan terjadi, semua itu hanya bermula didalam mimpi dan juga berakhir didalam mimpi.

Setelah berpamitan kepada nenek serta kedua orang tuanya, Rosie bergegas meninggalkan rumah berlantai dua itu dengan langkah pasti, berharap jika kejadian yang dia lihat didalam alam bawah sadar itu tidak akan mengikutinya hingga kedunia nyata.

Rosie akan meninggalkan semua mimpi buruk itu di Melbourne dan kembali memulai kisah baru di Indonesia bersama Richan.

🍊

Kedua tangan gadis bersurai hitam itu terentang dengan lebar, menyambut kedatangan sang adik dengan antusias. Udara di Jakarta hari ini memang cukup dingin dari biasanya, baik Alice maupun Rosie sama-sama merapatkan mantel, menolak untuk mendapatkan sambutan dari semilir angin yang mampu membuat semua penduduk Indonesia menggigil.

Rosie berlari sembari menarik koper berwarna biru langit itu menghampiri kakaknya, berhambur kedalam pelukan Alice dengan dahi berkerut. Bagaimana tidak, ekspresi yang diperlihatkan oleh Alice nampaknya bukan ekspresi yang Rosie harapkan.

Gadis bersurai hitam itu merapikan kembali beberapa helai rambut adiknya yang berantakan karena tersapu angin. Salah satu tangannya juga terulur mengambil alih koper itu dari sisi Rosie. Entah sejak kapan, iris coklat gelap itu memancarkan keseriusan.

Intricate✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang