Part 12

146 4 0
                                    

Tak terasa waktu bergulir dengan cepat, kelas duabelas telah usai menghadapi ujian kini OSIS di sibukkan dengan persiapan wisuda dan pensi jika kemarin setiap kelas di wajibkan ikut, pensi kali ini harus melewati seleksi dari dewan guru dahulu itu karena penampilan kami akan di saksikan walimurid dan juga tamu undangan. Tak cuma itu ujian akhir semester juga akan segera di laksanakan jadi waktu dan tenaga harus di bagi dengan apik agar badan tak tumbang.

Tentang hubungan ku dan kak Andra kami hanya simbiosis mutualisme. Jika kami bertemu layaknya orang pacaran, jika tak bertemu ya tak ada yang saling mencari. Jika dia mencariku artinya dia butuh aku begitu pula sebaliknya. Terdengar aneh tapi kami sama-sama nyaman. Tapi kedepannya aku tak tau seperti apa.

Di pensi ini aku ikut dens kali ini aku bergabung dengan genk Gia. Kami latihan sepulang sekolah jika aku dan Gia tidak ada rapat OSIS, dan hasil nya kami lolos dan bisa tampil di pensi wisuda. Ku dengar band kak Andra juga lolos mereka membawakan 2 lagu sekaligus. Hari ini sepulang sekolah dia mengajakku latihan band.

Setelah bel berbunyi aku turun menuju parkiran kak Andra menungguku disana,aku sudah bilang pada Gia aku di antar kak Andra pulang. Sedera aku naik ke motor nya, di pacu kuda besi miliknya ke arah studio. Dia mencoba menyanyikan beberapa lagu, salah satunya lagu dari stinky "Mungkinkah" aku ambil mic dan ikut bernyanyi bersama nya.

Hari sudah sore aku pulang di antar kak Andra. Dia pamit langsung pulang takut keburu malam. Aku langsung mandi,lalu sholat asar. Kemudian berangkat mengaji sampai lepas magrib baru pulang, setelah itu baru aku belajar. Getar hp mengganggu konsentrasiku, ku lihat nama om Faisal tertera di layar,tumben batinku. Aku lekas menekan tombol hijau.
"Halo Assalamu'alaikum" ucapku
"Wa'alaikum salam, Nara om mau sampaikan hal pebting"
"Hal penting apa om? Mau aku panggilkan mama?"
"Om mau bicara sama kamu dulu setelah itu baru mama"
"Iya ada apa om?"
"Ra kamu pengen kuliah nggak?" aku mengernyit kan dahi bingung, kenapa mendadak bertanya hal ini padaku
"Ya pengen Om"
"Mau ndak om pindah ke sekolah kesehatan?"
"Om nara masih kelas satu masih 2 tahun lagi lulusnya"
"Om tau kamu masih kelas satu, maksudnya kamu pindah ke SMK Kesehatan, nanti kalau kuliah biar dasarnya sudah pahan tinggal pendalaman saja." bagaimana om ku bisa tau aku ingin jadi tenaga medis.
"Emang ada om jurusan kesehatan? Nara baru denger."
"Ada, om salah satu pegang yayasan dan donatur nya, kalau kamu mau kamu bisa pindah, soal biaya nggak usah di pikirin om yang nanggung sampai kamu lulus kuliah"
Aku melongo, sampai kuliah, itu artinya beban mama akan berkurang, mama bisa fokus membiayai Juan dan nenek Rosa yang sering sakit.
"Tapi om, pelajarannya kan beda sama SMA,kalau aku pindah apa aku tidak tertinggal dengan yang lainnya?"
"Kamu ngulang dari awal saja, lagian usiamu masih 15 tahun. Kamu sekolahnya terlalu muda dulu,nggak ketuaan kalau ngulang lagi. Gimana kamu mau nggak?"
"Nara pikir dulu deh om. Om mau bicara sama mama?"
"Iya, tolong kasih ke mama mu ya"
"tunggu sebentar ya om"
Ku cari mama di dapur,begitu ketemu ku serahkan hp ku ke mama. Aku kembali ke kamar untuk belajar. Namun aku tak bisa konsentrasi, kata-kata om Faisal mengganggu pikiranku. Dilema sedang melandaku saat ini, aku bingung ku terima atau ku tolak. Nanti aku fikirkan lagi, ku slesaikan dulu ujian akhir semester, dan coba ku minta pendapat sahabatku setelah liburan ke Jogja. Ya sekolahku mengadakan kunjungan ke UGM dan wisata ke Jogja setelah menggelar wisuda, namun hanya kelas sepuluh dan sebelas saja.

--------------
"Aku harus pilih yang mana Gi? Aku bertanya pada Gia tentang tawaran om Faisal. Di samping Gia ada Dimas juga yang sedang menyimak curhatku. Ya aku memutuskan memberi tau Gia lebih dahulu. Dia sudah ku anggap saudaraku sendiri.

"Ra, hati lo cenderung kamana?" Tanya Dimas.

"Aku bingung Dim, satu sisi aku nggak mau pindah, tapi di sisi lain aku ingin meringankan beban mamaku. Kamu tau kan nenekku sering kluar masuk rumah sakit." jawabku dengan lesu.

Gia memandangku dengan tatapan sendu. Dia genggam tanganku.
"Apapun keputusan mu aku dukung Ra, jika kamu pilih pindah tak apa sekarang kita pisah, nanti kita sukses sama-sama?" aku menatapnya sejenak, aku tersenyum dan mengangguk.

"Biarkan waktu yang memberiku jawaban Gi, mama juga menyerahkan semua padaku. Setelah liburan ke Jogja aku akan memberi keputusan pada Om Faisal. Jangan kasih tau yang lain, aku nggak mau mereka terbebani. Bentar lagi kita UAS Gi, Dim. Aku mohon simpan ini dulu ya." Mohon ku pada Gia dan Dimas, mereka berdua saling tatap kemudian mengangguk sebagai jawaban.

Oh Tuhan terima kasih kau telah berikan sahabat yang sanhat mengerti aku. Ya Allah buat mereka selalu bahagia.



Typo beterbaran
kasih tanda ya gaes
Jangan lupa vote dan komennya

Mawar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang