Part 16

162 5 0
                                    

"Aku kecewa" suara kak Andra memecahkan keheningan. Dia menarik nafas dalam dan melanjutkan perkataannya.
"Butuh waktu lama untukku meyakinkan diriku sendiri bagaimana perasaanku padamu. Dan di saat aku sudah yakin pil pahit harus ku telan mentah mentah"
"aku jatuh hati padamu Kinara, namun aku harus kecewa"

Mataku memanas dan berkaca-kaca, aku bahagia dengan ungkapannya tapi aku jg sakit saat dia melontarkan kata kecewa, tidakkah dia ingin mendengar penjelasanku lebih dulu?

Aku menghela nafas sejenak.
"Aku tak tau harus bagaimana menjelaskannya. Semua ini hanya kebetulan, ini pasti sulit di percaya. Semuanya yang terjadi itu tidak seperti yang ada di foto,hah aku tidak bisa berkata kata, menjelaskan pun rasanya percuma jika sudah tidak ada kepercayaan lagi untukku" aku ingin menjelaskan tapi sulit bagiku merangkai kata yang bisa membuat kak Andra percaya padaku.

"Aku kecewa dengan diriku sendiri Kinara" ucap kak Andra sambil memegang tanganku. Aku melongo tak percaya,jadi dia percaya padaku. Dan kenapa dia kecewa pada dirinya sendiri?

"Aku tau yang sebenarnya, aku juga tau foto-foto itu sebelumnya, tapi aku tak bisa mencegah untuk tidak tersebar,dan yang membuat aku kecewa adalah foto itu tersebar karena aku"

Aku mengernyit kan dahi, tak paham kenapa bisa karena kak Andra?

Seolah tau kebingunganku dia menjelaskan kembali.
"Andini,itu ulah Andini. Sebelumnya dia selalu memperingati untuk tidak berhubungan denganmu, tapi aku tidak bisa membohongi hati ku terus menerus. Kuyakinkan hatiku tentang perasaanku padamu, dan kembali ku yakinkan untuk tidak memperdulikan ancaman Andini. Tapi keinginanku bersatu denganmu malah merusak hubungan persahabatanmu. Akulah yang salah di sini, aku terlalu egois ingin bahagia bersamamu"

Aku lihat sorot mata terluka, kecewa, entahlah dia terlihat rapuh. Aku memeluk dan menautkan jari tangan kirinya dengan jari tangan kananku, ku sandarkan kepala ku di pundak kirinya. Siang ini, aku merasa sedikit lega,kak Andra masih percaya padaku.

"Satu minggu lagi, aku akan meninggalkan kota ini, aku pindah sekolah dan ikut bersama om ku"
Dia mengeratkan denggaman.

"Apa kau keberatan untuk LDR?
Atau Jadilah kekasihku selama sisa waktumu di sini. Aku memang gagal mencegah foto itu beredar, tapi paling tidak aku tidak gagal untuk bersamamu. Terdengar egois ya? Tapi aku tidak memaksa jika kamu memang ti-....."

"Seminggu" aku langsung memotong ucapannya.
"kita jadian selama seminggu kak."
"kenapa kamu hanya memilih seminggu Kinara?"
"Banyak kemungkinan yang terjadi saat kita di tempat yang berbeda. Aku tak mau mengikat kak Andra, hati bisa berubah tanpa kita sadari. Singkatnya aku tidak ingin ada penghianatan di kemudian hari".
"Baiklah itu lebih dari cukup untukku. Eeeemmmhh apa aku bisa membantu memperbaiki hubunganmu dan kedua temanmu itu?"
"entahlah aku sendiri tidak yakin."
"bagaimana kalau kita menemui Tomi dan Doni?"
"ide bagus kak"
"hey kita sekarang menjadi sepasang kekasih, panggil aku dengan panggilan kesayangan! Paling tidak panggilan yang romantis lah."
"aku harus panggil kakak apa?"
"hahhhh. Panggil sayang, bebs, cinta, atau papa jg boleh".
" papa? Kalau aku panggil kakak papa itu berarti kakak pacaran sama mama ku."
"haduh terserah kamu saja lah sayang"
"sepertinya itu tidak buruk."
Dia memandangku dengan senyum mengembang di bibirnya, menggandeng tanganku kemudian berdiri.
"baiklah sayang, selama satu minggu misi kita adalah memperbaiki hubunganmu dengan kedua temanmu sambil menikmati masa pacaran kita yang singkat ini"

Aku berdiri membalas senyumannya
"baiklah sayang, kita jalankan mulai besok"
"ok. Sebagai kencan pertama, kita makan dulu, sudah sore setelah itu kita pulang"
"bakso tikungan ya. Kita jadikan itu tempat bersejarah.
"apapun untukmu Sayang"
Kami menuju "bakso tikungan" untuk mengisi perut kemudian kak Andra mengantarkan aku pulang.

Sesampainya di rumah sudah ada Gia dan Dimas di ruang tamu. Ah aku sampai lupa dengan kedua sahabatku yang jadi tukang antar barang dadakan.
"Assalamu'alaikum" ucapku saat masuk ke rumah di ikuti kak Andra di belakangku.
"Wa'alaikum salam" jewab mereka berdua.
Kulihat raut kebosanan di muka Dimas.
Dan seperti biasa aku tak peduli, aku sudah punya senjata untuk mengembalikan mood nya, ku sodorkan padanya kantong kresek yang ku bawa.
"bakso tikungan jumbo" ku lirik Dimas mulai senyum menyambut kantong kresek pemberianku.
"wah nggak sia sia nunggu kalau dapet yang jumbo,bebs ambilin mangkuk dong. 2 ya bebs sama kamu juga" ucap nya pada Gia sambil membuka kantong kresek pemberianku.

Aku persilahkan kak Andra untuk duduk kemudian aku masuk kedalam untuk mandi dan berganti pakaian. Tinggal Dimas dan kak Andra di ruang tamu karna Gia ke dapur untuk mengambil mangkuk.

Selesai aku kembali ke ruang tamu,aku duduk di sebelah kak Andra kulihat mangkuk di atas meja sudah kosong tersisa kuahnya saja, sedangkan Dimas menikmati bakso yang masih tinggal separuh. Ada yang aneh batinku.
"Gi tumben cepat sakali makannya?
Biasanya nunggu dingin dulu baru makan"
"Aku makan setengah tapi sudah kenyang, sepertinya Dimas masih kurang jadi dia yang ngabisin"
Oh aku paham mangkuk kosong ini muluk Dimas yang sekarang dimakan punya Gia.
"beda tipis ya antara laper sama doyan" sindirku pada Dimas.
Dia hanya nyengir kuda dan melanjutkan makan.

"Aku pulang dulu belum sholat asar, aku sudah bilang sama Dimas besok kita temui Tomi dan Doni dulu" ucap kak Andra sambil memegang tanganku.
"nggak sholat di sini saja?"
"aku belum mandi, bau acem sayang"
"uhuk uhuk uhuk" Dimas tersedak buru buru Gia mengambilkan minum untuknya.
"ya sudah, aku antar sampai depan. Mama sudah berangkat arisan, nggak ada di rumah" kami berjalan menuju teras sambil ku peluk mesra lengan pacarku (ahai punya pacar gue)
"aku pulang dulu ya besok aku jemput jam 9"
Kak Andra memakai helm kemudian menyalakan motornya.
"hati hati ya Sayang, sampai rumah kabari aku"
Dia mengangguk kemudian menjalankan motornya menjauh dari rumahku.

Aku kembali ke ruang tamu, menyalakan tv kemudian duduk santai.
"heh kenapa kalian jadi panggil sayang-sayang gitu? Tanya Dimas dengan ketus.
"Terus loe sama Gia kenapa panggil bebebs gitu?"
"ya itu panggilan kesayangan kami Ra, lagian aku dan Dimas kan pacaran. Tunggu apa kalian berdua..."
"sudah jadian" aku memotong ucapan Gia.
"wah bebs kita dapat traktiran bentar lagi" wajah Dimas berbinar
"kan udah tadi porsi jumbo lagi" jawabku
"hey, itu ongkos untuk bawain kado, yang jadian belum" ucap Dimas tak terima.
"nolongin nggak ikhlas banget sih. Nggak mau tau bakso tadi traktiran ku titik nggak ada traktiran lagi"
Aku tak meladeni omelan Dimas lagi,aku fokus melihat tayangan favoridku apa lagi kalau bukan mahluk kuning yang berbentuk kotak dan temannya yang berbentuk bintang.

Alhamdulillah bisa updat lagi. Maaf ya Author belum bisa ngebut publish part selanjutnya, tapi di usahakan secepatnya.

Typo bertebaran
Jangan lupa vote dan comen ya...

Mawar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang