Nara prov
Liburan kemarin aku merasakan hal yang aneh dengan kak Andra. Entah perasaanku kak Andra seperti mendekati dan memberikan perhatian seperti orang sedang PDKT. Agak deg-deg sich tapi aku nggak mau terlalu barharap. Aku masih bimbang untuk kembali menjalin kasih. Aku memang sudah melupakannya tapi entah lah jika aku bertatap muka lagi,apa getaran itu masih ada seperti dulu saat dia belum mengkhianatiku. Tapi uang jelas aku tak mau larut dalam jeratannya, aku mencoba membuka hati dan percaya pada seseorang ya kak Andra lah yang ku pilih untuk masuk menggantikan posisi dia di hatiku. Aku tidak buta dengan semua perlakuannya padaku. Dan aku merasagan getaran di hatiku saat bersamanya,mungkin tak seperti sebelumnya. Tapi ku yakin seiring berjalannya waktu gataran itu akan sepenuhnya aku rasakan untuk kak Andra seorang.
Ini hari pertama masuk sekolah setelah study tour ke Jogja. Rancananya aku ingin mengatakan tawaran om Faisal tentang kepindahan sekolahku pada sahabatku. Aku ingin mendengar pendapat mereka, karna jujur saja aku dalam posisi yang sulit.
Seperti biasa aku berangkat bersama Gia,slesai memarkirkan motor kami baik ke lantai 2 menuju kelas kami yang memang searah,namun selama berjalan sepertinya banyak yang melirik,malihat,bahkan sambil bisik-bisik. Aku agak risih,tapi ku coba cuek,mungkin juga mereka membicarakan tentang aku dan kak Andra selama liburan kemarin.
Aku masuk kelas,sepi hanya ada beberapa temanku saja di kelas,ku lirik bangku pojok belakang favoritku ada Lina dan Rara,aku menghampiri mereka yang seperti nya sedang mode singa.
"Hey kanapa muka kok gitu amat?"
Mereka memandangku marah kemudian memalingkan muka.
Aku heran kenapa mereka begitu. Kulihat teman di kelasku keluar dan hanya tersisa kami bertiga.
"Wajah polos,tapi pagar makan tanaman" ucap Lina sambil tersenyum miring ke arahku.
Aku mengernyit kedua alisku saling bertautan.
Rara berdiri tepat di depanku memandangku dengan kilat amarah dan kecewa.
"Gue gak nyangka selama ini gue nyimpen ular,dan sayangnya gue nggak sadar udah di patok ular itu"
"Kalian kenapa sih? Aku nggak ngerti maksud kalian ngomong gini ke aku itu apa?"
Tiba-tiba Lina menggebrak meja dan berdiri di sebah Rara,Aku terpekik kaget.
"Selama ini pernakah kita menyisihkanmu? Pernakah kita membedakanmu? Saat kamu jatuh terpuruk pernakah kamu meninggalkanmu? Kami ada saat kamu butuh, kami ada saat kamu berada di bawah,kami mendukungmu, tak pernah mengucilkanmu, hatimu hancur saat mas Rizal meninggalkanmu bukan?
Kamu tau gimana sakirnya di khianati kan, tapi kenapa kamu melakukan hal itu pada kami yang selalu ada untukmu?
Kenapa kamu menusuk kami dari belakang hah?"
Ungkap Lina dengan suara keras dan air mata yang sudah membasahi pipinya.
Rara mengelus punggung Lina,air matanya juga menwtes sedari tadi.Aku?aku tercengang dengan pernyataan Lina, aku bukan siswa telmi yang tak mengerti apa maksud dari ucapan Lina. Aku tau, hanya saja aku tak tau atas dasar apa mereka menuduhku seperti itu. Aku meremas dadaku,sakit sekali rasanya di sayat dan di hujam seribu panah. Tetesan air mata tak bisa aku bendung.
"Aku tak tau atas dasar apa kalian menuduhku melakukan hal rendah itu, tapi yang perlu kalian tau, aku tidak ada sedikitpun melakukan hal yang kalian tuduhkan, niat pun aku tak ada, tidak bahkan terlintas di fikiranku pun itu tidak pernah."Rara membuka tas nya dan mengambil beberapa lembar foto.
"Dasar rubah berbulu domba,simpan air mata palsu itu, gue nggak akan percara sedikit pun". Rara melempar foto-foto itu di wajahku,dan keluar sambil menarik Lina keluar kelas.Aku memungut lembar demi lembarfoto yang terjatuh di lantai saat ku lihat maraku melebar tak percaya. Foto pertama Doni seolah mencium pipi kiriku,lembar berikutnya aku menerima bunga mawar merah dari Doni, tapi sebenarnya tidak, itu kejadian saat class meeting saat Doni memberiku tantangan. Foto berikutnya saat kak Tomi solah olah akam mencium pipiku, dengan bunga mawar di tangan ku. Itu saat kak Tomi meyakinkanku untuk memberikan bunga itu untuk Kak Andra. Foto saat aku dan kak Tomi saling memandang dengan sebuah senyuman di wajah kak Tomi. Dan aku tah mau melihat foto yang lain lagi.
Oh tidak, ini salah faham. Aku harus meluruskan masalah ini. Aku berlari menuruni anak tangga dan menyusuri setiap koridor sekolah, mataku terus mencari kedua sahabatku namun tak kunjung aku temukan, sampai di sinilah aku di taman belakan sekolah aku duduk dibangku kayu, ku tutup wajahku dengan kedua telapak tanganku,aku tumpahkan air mataku dan menangis sejadi-jadinya. Ku rasakan usapan di punggung dan pundakku. Perlahan aku turunkan kedua tanganku agan aku bisa melihat siapa yang memberikan kekuatan untukku. Dialah Sasa dan Gia mereka memelukku dari samping kanan dan kiriku yang membuat tangisku semakin kencang.
Sudah 2 hari sejak kejadian itu aku berusaha menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Lina dan Rara, namun selalu gagal. Meraka mengkindariku, bahkan aku sydah datang ke rumah meraka, namun hasilnya nihil. Waktuku juga tidak banyak, aku harus mempersiapkan kepindahanku seminggu lagi. Ya aku memutuskan untuk menerima tawaran om Faisal,bukan ingin lari, tapi aku mempertimbangkan masa depanku,dan juga ingin meringankan beban mamaku.
Setelah pengambilan rapot oleh orang tua,Osis mengadakan rapat di hari terakhir masuk sekolah. Aku meminta waktu di akhir rapan untuk berpamitan pada rekan ku di Osis. Mereka menyalami dan sebagian dari rekan perempuan yang memberikan pelukan perpisahan. Yang tak terduga lagi mereka memberikan kado dan kenang kenangan. Sampai aku harus meminta tas plastik jumbo pada ibu kantin untuk membawa pulang.
Untung ada pacar sahabat sehidup sematiku yang mau jadi kurir,Siapa lagi kalau bukan Dimas.Aku berjalan menuju parkiran, ada Gia dan Dimas disana,eh tidak ada seseorang lagi dia Kak Andra?
"Aku pengen ngomong sama kamu"
Ucapnya dengan nada dingin.
"Dim,pulang sama Gia duluan aja, nanti Kinara aku antar pulang"
Dimas dan Gia mengangguk
"slesaikan sebisanya sebelum kamu pergi" ucap Gia kemudian pergi menyusul Dimas, ku Lihat Dimas menyerahkan kinci motor pada temannya, bisa ku pastikan Dimas akan mengantar pulang Gia, padahal rumah mereka berbeda arah namun kalau sudah Cinta mau bilang apa."ehemm" aku menoleh ke arah sumber suara.
"kita bicara di taman kota saja,cepat naik"
Aku naik ke motor kak Andra sambil berpegangan pada pundahnya, perlakuannya tidak berubah, hanya bicaranya berubah irit dan dingin. 20 menit kami sampai di taman kota. Kami duduk di bangku beton yang menghadap kolam ikan,dimana ditengahnya ada air mancur yang menjulang indah."Aku kecewa" suara kak Andra memecahkan keheningan. Dia menarik nafas dalam dan melanjutkan perkataannya.
"Butuh waktu lama untukku meyakinkan diriku sendiri bagaimana perasaanku padamu. Dan di saat aku sudah yakin pil pahit harus ku telan mentah mentah"
"aku jatuh hati padamu Kinara, namun aku harus kecewa"Mataku memanas dan berkaca-kaca, aku bahagia dengan ungkapannya tapi aku jg sakit saat dia melontarkan kata kecewa, tidakkah dia ingin mendengar penjelasanku lebih dulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Hitam
Non-FictionKinara Khanza Azzahra Anak yang terlahir sempurna secara fisik dan mental,tapi kehadirannya seakan tak di harapkan,tak di anggap oleh sebegian pihak. Ayah nya meninggal saat usianya 8 tahun menambah derita batin bagi dia,ibu dan adiknya. Di usia yan...