Part 8

167 4 0
                                    

Dua hanya hari lagi pelaksanaan class meeting aku semakin sibuk di sekolah, sudah sebelas hari ini mas Rizal tidak bisa di hubungi,aku jadi tidak tenang. Aku tau aku salah karena kurang perhatian, tapi mas Rizal tidak perlu menghilang seperti ini jika marah padaku. Di rumah aku juga sibuk bantu mama karena pesanan dari sekolahku untuk konsumsi selama acara berlangsung. Aku tidak mungkin bertanya pada Megan,dia sedang fokus persiapan ujian, aku tak mau mengganggu nya.

Pukul 9 malam aku coba menghubungi mas Rizal, tersambung tapi belum di angkat saat aku ingin mematikan sambungan telfon ternyata di sebrang sana ada yang menjawab.
"Hallo"
Deg suara perempuan
Aku mencoba tenang tak mau berburuk sangka.
"hallo apa ada orang di sana" suara itu menyadarkanku.
"ah iya Hallo apa ini benar nomor Mas Rizal?"
"Iya benar, ini siapa?"
Kenapa dia tanya aku siapa, apakah tidak tertera namaku disana?
"Aku Nara kak."
"Nara? Kinara temannya Megan bukan?" aku mengernyit dia tau dari mana.
"Iya kak, aku teman Megan. Kakak tau dari mana?"
"Panggil mbk Dewi saja, ya jelas aku tau kamu, bukan dari Megan tapi Rizal yang cerita sering nganter kamu kalau ada job."
"owh mas Rizal yang cerita"
"iya tunanganku itu selalu cerita kalau nganter kamu"
Deg apa tunangan?
Aku tak mampu mendengar kata kata selanjutnya. Hp ku jatuh membentur pinggiran meja, baterai dan cassing nya berhamburan. Aku lemas, aku remuk, aku hancur, aku jatuh sejatuh jatuhnya. Otak ku blank aku duduk menekuk lututku, aku menutup wajahku dengan telapak tangan dan menangis sejadi jadinya. Dadaku sesak sekali, apa ini jawaban dari maksud Megan waktu itu?

Apa tadi dia bilang mas Rizal selalu cerita katika mengantarku kalau ada job,itu berarti hubungan mereka sudah lama, sejak kapan mereka tunangan?
Lalu siapa sebenarnya orang ketiga disini?
Aku atau Mbak Dewi?
Ya Allah kenapa aku do hadapkan pada situasi seperti ini?
Apa aku yang terlalu menanggapi serius hubungan kami?
Apa aku terlalu berharap padanya?
Aku bodoh sekali, mas Rizal pria dewasa yang berharap memilik istri yang dewasa pula, bukan momong bocah sepertiku. Walaupun aku berfikir dewasa tapi naluriku masih bocah. Aku merutuki sendiri kebodohanku. Aku kembali menangis entah sudah berapa lama sampai akhirnya mata ku terasa berat dan tertidur dengan isakan.

⛅⛅🌞🌞

Pagi ini aku berangkat sekolah dengan mata sembab kantung mata nampak jelas di wajahku. Hari ini upacara pembukaan di lanjut bazar intern sekolah besok baru pelaksanaan lomba yang berlangsung 3 hari dan di tutup dengan pensi dimana hadiah juga akan di bagikan pada para pemenang.

Aku ikut tim pensi,jadi aku ada sedikit waktu luang,aku lebih banyak diam dari biasanya tapi aku masih profesional kerja, setelah upacara pembukaan aku menuju taman belakang sekolah, aku duduk di bawah pohon keres yang rindang, ketika angin datang daunnya yang menguning akan jatuh berguguran. Aku menyandarkan punggungku pada pohon tersebut, dadaku sesak ingin menangis tapi rasanya air mataku habis. Aku mengeluarkan earphone dalam tas,aku sambungkan pada hp ku, ah untung hp ku tak ada yang rusak, hanya lecet sedikit. Aku membuka mp3 memutar lagu dari Nano Sebatas Mimpi aku aktifkan mode ulang kemudian aku memejamkan mata, nenikmati lagu ini di temani semilir angin.

Gia tau betul juka aku seperti ini aku tidak ingin di ganggu aku butuh ketenangan aku selalu menyendiri jika hatiku kacau. Dia hanya mengawasiku dari jauh seperti saat ini,aku tau dari tadi Gia,Sasa, Lina dan Rara mengikutiku tapi mereka hanya menggikuti sampai batas kuridor saja. Aku sudah berjanji pada mereka untuk cerita di rumah Lina setelah pulang sekolah. Sekarang mereka membiarkan aku tenang lebih dahulu.

Entah sudah berapa kali lahu ini mengulang kurasakan tepukan di pundakku,aku membuka mata sambil mengerjab karna silau dengan pancaran matahari. Samar samar ku lihat cowok yang berjongkok di sebelah kiriku sambil membawa gitar di pangkuannya. Aku berkedip beberapa kali aku tidak asing dengan wajahnya tapi siapa? Kulirik dada kirinya ada name tag Andra K. Ah aku ingat dia kakak kelasku yang pernah pesan makan siang untik satu kelasnya.
Selain itu gosip tentangnya yang habis putus dengan Andini yang terkenal judes juga menyebar luas akhir-akhir ini.
"Hey kok bengong, udah bel nggak mau pulang?" dia berdiri aku pun ikut berdiri sambil menepuk bokongku membersihkan rok ku yang kotor.
"Udah bel dari tadi, kamu nggak denger?"
Aku hanya menggeleng sebagai jawaban, entah aku ketiduran atau terlalu menikmati lagu sehingga tak mendengar bel pulang.
"sekolah sudah sepi, tinggal 4 motor di parkiran satu motorku yang 3 motor temanku, kamu pulang sama siapa?"
Hah aku mbelalakkan mata, bagaimana bisa mereka tega meninggalkanku? Dasar sahabat durhaka.
"Emmmmm aku biasanya nebeng temenku kak, tapi sepertinya dia sudah pulang."
"Rumahmu di mana?"
"Deket rumah sakit Anwar Medika kak." jawabku agak memelas.
"Lumayan jauh juga ya, Yaudah aku anter pulang."
"Eh ndak usah kak sampek halte saja aku naik bus" bisa di labrak kalau Andini tau.
"Hey dari pemberhentian bus ke arah rumah sakit jauh aku tau di situ nggak ada ojek apalagi jalanan sepi, itu lewat belakang kan?"
Aku hanya mengangguk.
"Yaudah aku anter,mau nanti di begal orang?" Dengan cepat aku menggeleng, aku ngeri amit-amit jangan sampek deh.
Kak Andra berjalan mendahuluiku aku mengikutinya berjalan menuju parkiran aku menunggunya di banggu depan parkiran, kurasakan hpku bergetar kulihat nama Rara muncul di layar, ini dia sahabat lucknut ku.
"Hey kampret lupa punya temen yang lagi tapa ya. Main tinggal aja untung nggak ada yang nyulik."
"hahahahaha sorry dory stowbery hunny. Udah slesai bertapanya? Ada yang kasih nomer nggak?"
"yeeeee sembarangan kalau aku di kasih nomer  nggak bakal aku bagi."
"jangan ngambek dong hunny,lagi di rumah Lina ini habis beli cemilan, aku OTW dech jemput kamu tunggu di gerbang ya."
"Nggak usah aku mintak anterin kak Andra ke rumah Lina." jawabku ketus
"Apa? Bag-" telfon aku matikan,motor kak Andra berhenti di depanku kemudian dia membuka kaca helm nya.
"kak aku di antar ke rumah Lina saja deket rel situ nggak jauh dari sini."
"Lina kelas X-4?"
"Iya, kok kakak tau? Naksirya sama Lina?" ucapku sambil memicingkan mata penuh selidik.
"Sembarangan dia pacaran sama Tomi kan,dia teman sekelasku. Ayo cepet naik."
Aku nyengir "motornya tinggi kak susah"
"ya udah sini pegang pundah dasar pendek"
Aku memanyunkan bibirku.
Aku tau aku pendek tapi nggak usah di perjelas kali, kwsel dech.
Dia menjalankan motornya ke arah rumah Lina.

Sesampainya di rumah Lina aku langsung di seret Rara masuk ke halaman belakang kak Andra langsung pulang, di belakang sana ada sungai,di sebrang sungai ada ladang tebu bisa di bilang ini bestcame kami tempatnya nyaman sekali. Ternyata di sini juga ada Dimas,kak Tomi, Doni pacar Rara dan Yuda pacar Sasa.
Aku duduk mencelupkan kaki ku ke sungai setelah di introgasi kak Tomi kenapa aku bisa diantar kak Andra. Aku menerawang jauh ke arah ladang tebu, ku ingat kembali kemarin kata-kata mbak Dewi,dadaku mulai sesak, derai air mata ku tak sanggup lagi ku bendung, kenapa mendadak aku serapuh ini. Gia memelukku dari samping, tangisku pecah, ambyar sudah perhanananku. Setelah tangisku reda, dia membawaku duduk di gazebo bergabung dengan yang lain. Ku tumpahkan semua kesedihanku  pada mereka aku sudah tak kuat lagi berpura pura tegar, aku lelah. Bukan hanya lelah dengan kenyataan mas Rizal, tapi juga kenyataan di mana aku di lupakan tak di anggap ada oleh keluarga ayahku. Aku tak punya tempat berlabu saat lelah berlayar aku tak punya tempat bersandar saat aku akan tumbang dan Aku tak punya tempat untuk pulang.

Mawar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang