Pagi yang cerah di akhir liburan. Nara sudah siap dengan baju yang di belinya kemarin bersama dengan Andra. Kemeja kotak merah dengan garis hitam,menggunakan topi fedora warna crem dan tas warna hitam sebagai pelengkap.
Sudah 2 jam Nara mengelilingi moll namun belum ada tanda-tanda kedatangan Andra, bahkan pesannya hanya dibaca oleh Andra, tanpa ada balasan.
Kini dia duduk di salah satu restoran cepat saji untuk makan siang. Matanya tak lepas dari layar hp,menanti notifikasi masuk dari orang yang dinanti namun nihil, tidak ada kabar dari Andra. Pikirannya mulai kacau, ingatannya kembali saat malam dia telfon dengan Andra. Mungkinkah Andra tidak akan datang?
Itu artinya?oh tidak,Andra tidak akan melakukan hal itu.Hingga selesai makan siang pun tidak ada kepastian dari Andra.
"Tante Nara ke toilet dulu ya"
"Kamu ke toilet sama siapa? Nanti nyasar malah repot tante"
"Nara bisa baca tante, resto nya juga gampang di liat dari tiap sisinya kok"
"Ya udah jangan lama-lama ya. Keburu sore nanti tante mau kumpul arisan"
"Ya"
Aku berdiri di depan cermin yang luas, ku basuh wajahku,dadaku terasa sakit, aku ingin menangis,tapi entahlah apa yang harus aku tangisi.
Ini seharusnya tidak terjadi andai saja waktu itu aku tidak membuat kesepakatan konyol dengan Andra, tidak kak Andra. Nyatanya itu semua hanya membuat luka yang lama kembali mengangah.Aku mengambil handphone dari dalam tas aku keluarkan sim card dan aku buang ke tempat sampah. Cukup sudah kini aku bukanlah Nara yang dulu, tapi aku Kinara, sosok yang baru di tempat yang baru.
Aku keluar menuju resto dimana kami makan siang, namun ada 2 orang perempuan asing yang tak ku kenal duduk dang ngobrol sama om dan tante. Kelihatannya mereka ibu dan anak.
"Nah ini dia Nara keponakanku, Nara ini tante Ana dan ini anaknya Meta" tante Vivi memperkenalkan aku pada mereka.
"Saya Kinara" aku memperkenalkan diri dengan sopan
"Mereka masih kerabat sama tante, oh ya Meta nanti juga satu sekolah sama kamu juga loh"
"Tapi Meta sendirian yang paling tua, seharusnya kan keta kelas dua" ucapnya dengan nada kesal
"Kita sama,aku mengulang. Seharusnya aku juga kelas dua" ucapku menenangkan Meta
"Iya Meta dia juga ngulang sama kayak kamu,jadi kamu nggak sendirian"
Meta menatapku seolah meminta kepastian,aku mengangguk sebagai jawabannya.
"Oh ya Ana maaf kami harus pulang sekarang aku mau arisan nggak enak kalau yang lain nunggu" pamit tante Vivi
"Iya aku juga mau balik Vi, udah janjian mau ambil barang di gudang.
"Tapi ma, aku belum dapet tas" rengek Meta
"Kamu sih dari tadi cemberut terus,ngomel terus. Keluar masuk toko sampek capek mama"
"Aku lagi galau ma tadi, aku takut tua sendiri nanti di sekolah yang baru"
"Tante Vivi Kinara boleh ya nemenin saya, nanti Meta anter pulang dech"Tante Vivi mengangguk sebagai jawabannya.
"Yes, makasih tante,oh ya mama pulang bawa mobil aja,nanti Meta sama Kinara naik taxi"
"Ya sudah om Faisal titip Kinara ya, dia baru di kota ini"
"Siap om, Kinara saya jamin pulang dengan selamat"
Sebelum pulang om Faisal memberikankan 5 lembar uang seratus ribu untukku.
"Ayo Ki, aku mau bayar tas, tadi sebenarnya aku sudah dapet yang cocok, cuma gengsi aja kan lagi ngambek sama mama"
"Kamu aneh-aneh saja"
"Ki, bahasanya yang santai donk, pakek loe gue,jangan kaku kayak gitu"
"It's Ok gue coba"
"Nah gitu donk,setelah gue dapet tas, loe gue ajak nongkrong gue kenalin sama temen-temen gue"
"Ngikut aja deh gue"
"Ok let's go"
Maaf ya semuanya lama banget gak update. Doain ya setelah ini bisa rutin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Hitam
Non-FictionKinara Khanza Azzahra Anak yang terlahir sempurna secara fisik dan mental,tapi kehadirannya seakan tak di harapkan,tak di anggap oleh sebegian pihak. Ayah nya meninggal saat usianya 8 tahun menambah derita batin bagi dia,ibu dan adiknya. Di usia yan...