Part 6

237 5 0
                                    

Sudah 7 tahun ayahku meninggl sekarang aku duduk kelas 1 SMA favorit ke dua di kotaku, aku selalu memegang pesan ayah untuk tetep menjadi putri kebanggannya. Waktu SMP aku masuk di sekolah paling favorit di kotaku, meski prestasiku tak menonjol tapi nilaiku tetap bertahan apik. Sekarang bukannya aku tak mampu masuk SMA faforit pertama di kotaku, hanya saja biayanya sangat mahal, aku tidak mau mama gila kerja lupa istirahat untuk bisa membiayai sekolahku. Aku tau mama sangat berat menanggung beban finansial, sekolahku dan Juan, belum lagi kesehatan nenek Rosa yang sering menurun serta kebutuhan sehari-hari.

Setiap hari aku membawa bekal ke sekolah, aku jarang sekali jajan. Berangkat sekolah aku nebeng Gia, dia bawa motor dia temanku sejak SD, saat SMP kami bedah sekolah sekarang SMA kita satu sekolah lagi. Kami patungan beli bensin maklum kita sama-sama pas-pasan. Sisa uang sakuku untuk bayar kas dan kebutuhan lainnya seperti pulsa.

Aku dan Gia masuk dalam anggota OSIS kita lumayan familiar di kalangan siswa dan guru di tambah aku dan Gia sering menjajakan dagangan entah itu makanan atau barang barang lainnya seperti jilbab, bros,parfum, pokoknya barang yang pas untuk anak sekolah. Sebenernya itu daganganku, tapi Gia ikut membantu jualan, yah di banding aku, Gia lebih menarik, dia periang dan percaya diri, sedangkan aku hanya banyak bicara dengan orang yang aku kenal. Kebanyakan orang kenal Gia lebih dulu baru kenal aku, aku seperti bayangan Gia, tapi aku tidak pernah merasa kerdil, aku sangat berterima kasih malah karna dia daganganku laris manis. Tak jarang aku dapat pesanan seragam dari beberapa anak genk di sekolah, itu sangat membantu keuangan mama yang pasti. Gia juga sudah di anggap seperti anak mama sendiri orang tua Gia merantau dia di sini dengan kakek dan neneknya.

Gia sudah punya pacar namanya Dimas teman kita di Osis, tapi banyak juga yang mendekatinya. Sedangkan aku punya mas Rizal, di sudah bekerja usia kita terpaut 7 tahun. Aku kenal dia karena teman bandku adalah kekasih Sepupunya. Pas iven aku ketemu dia yang juga hadir bersama teman-teman nya. Aku pegang vocal kadang juga gitar jika aku sudah hafal kinci nya. Tidak banyak yang tau tentang hal ini, aku sangat berbeda jika di atas panggung, jika biasanya aku hanya menguncir kuda dan tarlihat cupu saat di sekolah, di atas panggung aku tampil moderen meski kesan tomboy masih melekat. Itu berkat Megan sepupu mas Rizal dan juga kekasih temanku itu.

Hubunganku bisa di bilang harmonis, mas Rizal terlihat serius dengan hubungan kami, aku sudah kenal dengan keluarganya. Ibu mas Rizal bahkan ingin kami bertunangan saat aku kelas sebelas, dan setelah lulus langsung menikah. Aku bahagia sudah jelas, aku bisa meringankan beban mama setelah menikah aku juga akan bekerja membantu mama menyekolahkan Juan. Tak apalah aku berkorban tidak kuliah, biarkan Juan saja yang sekolah tinggi.

Aku punya genk juga di kelas Rara, Sasa, dan Lina. Gia dan aku beda kelas dia juga punya gank sendiri di kelasnya,tapi jika di luar kelas genk ku dan genk Gia biasanya kumpul jadi satu karena mereka pada pesan bekal makan siang sama mama, belum lagi kalau pacar mereka pada dateng di tambah siswa lain yang mau ambil makan siang haduh kayak arisan saja. Di sini hanya aku dan Sasa yang nggak punya pacar satu sekolah. Maka setiap jam istirahat aku dan Sasa akan keliling mengantarkan pesanan yang belum di ambil dengan imbalan makan siang gratis.

Jangan tanya kenapa keadaan keluargaku jadi seperti ini. Semua sudah tak sama lagi. Oh ya tentang mama Risa dia sudah menikah sekarang ikut suaminya. Hubungan kami membaik sama seperti saat pertama dulu. Hanya saja sekarang jarang berkomunikasi. Mungkin karena beliau sedang fokus dengan keluarga barunya. Fikram adikku sudah meninggal setahun setelah ayah. Rumah peninggalan ayah terbengkalai dan sekarang menjadi gudang penyimpanan dari bisnis Om Faisal. Aku jarang kesana setahun mungkin cuma 3-4kali, aku kurang nyaman istri om Faisal sepertinya kurang suka, saat aku menghampiri dia di teras dia ke dalam lihat tv, saat aku duduk di sebelahnya, dia ke dapur,menghindariku, nampak sekali dia tak suka padaku jangankan padaku sama mama saja bicaranya ketus. Mamaku tak pernah di anggap dan di hargai. Padahal dulu ketika ayahku masih hidup sikapnya baik, jangankan ketus manyun saja tak pernah,selalau pasang wajah senyum dan menyenangkan. Huft dasar penjilat, bermuka dua.

Inilah kehidupanku setelah ayahku berpulang, dulu yang serba kecukupan sekarang banting tulang. Dulu tenang hanya belajar sekarang harus berfikir mendapatkan uang.
Dulu di sanjung sekarang tersungkur.
Tapi ini sudah garis jalanku yang harus aku lalui, aku tidak sendiri ada mama,Juan dan nenek Rosa, tak lupa aku punya teman-teman yang mendukungku aku bersyukur memiliki mereka dalam hidupku.

Mawar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang