Di belakang kafe bernuansa modern ini terdapat halaman yang luas dengan bangku yang mungkin tadinya tersusun rapi sebelum para pengunjung yang tak ada akhlaq membuat nya berantakan. Bagian out dor ini sepertinya sudah di booking, terlihat tidak ada pengunjung lain selain teman-teman Meta.
Aku mengedarkan pandangan mencari sosok teman baruku, nampaknya dia sedang asik berbincang dengan salah satu temannya. Ku amati setiap sudut aku tertarik dengan panggung kecil terdapat gitar dan keyboard serta pemainnya,panggung kecil itu bisa di lihat dari sisi out dor maupun in dor . Sejenak aku teringat dia,ah tidak, tidak seharusnya aku mengingat dia lagi. Semuanya sudah berakhir,tidak ada apapun antara aku dan dia.
Kini fokus pada pendidikan saja sudah cukup, pengorbanan ku bukanlah hal yang sepele. Meninggalkan Mama,Nenek dan Adikku bukanlah hal yang mudah. Dan aku tak mau menyia-nyiakan hal ini. Ini kesempatan untuk ku mengubah nasib dan pandangan rendah orang terhadap keluarga ku.
Kuat,ikhlas dan mandiri itu yang aku pegang teguh saat ini. Menguatkan diri menghadapi hari esok, mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, dan mandiri kerena aku tau disini aku jauh dari mama. Dan disini aku cukup tau diri untuk tidak mempermalukan dan tidak bergantung seutuhnya dengan om Faisal.
Aku melangkah menuju panggung dengan kepercayaan diri,aku yakin aku mampu,dan aku bisa, tidak akan ada lagi bayangan dia.
"Mau perform?" Tanya pemain keyboard
"Boleh?"
"Tentu boleh, lagu apa?" Tanya pemain gitar
"Geisha Selalu salah"
Mereka berdua mengangguk sebagai jawaban.Selesai perform aku kembali ke tempat duduk dan di sambut binar oleh Meta. Dia tidak sendirian,ada beberapa temannya juga,mereka memperkenalkan diri padaku. Tak sedikit dari mereka yang meminta nomor handphone ku. Dan dengan senang hati aku memberikan nya. Rasanya menyenangkan tinggal di tempat baru,teman baru,kehidupan baru dan diri yang baru.
Sudah menjelang magrib Meta mengajak aku pulang. Ya, mengingat besok hari pertama masuk sekolah jadi kami undur diri terlebih dahulu.
"Nggak mampir dulu?" Tawarku pada Meta
"Nggak deh kapan-kapan aja"
"Ok hati-hati ya"
Meta mengangguk sebagai jawabanTaxi sudah bergerak menjauh, aku masuk rumah dengan kunci cadangan yang di berikan tante Vivi waktu sarapan tadi, mempermudah kalau pergi katanya. Om Faisal dan tante Vivi sepertinya akan pulang malam. Aku memutuskan untuk mandi sebelum sholat.
Buku dan alat tulis sudah ku masukkan dalam tas. Tinggal atribut seragam saja yang belum. Aku ambil setelan seragam SMP yang terakhir ku pakai satu tahun lalu. Mungkin akan sedikit kekecilan dari ketentuan sekolah,jangan tanyakan topi, entahlah mereka raib kemana kerena yang ku temukan hanya dasinya saja. Itu wajar kan secara satu tahun tak terpakai, masih untung seragamnya masih ada. Kalau tidak entahlah harus ku pinjam pada siapa, sekolah mewajibkan memakai seragam SMP terlebih dahulu selama orientasi.
Aku gantung di hanger agar tidak kusut,merebahkan diri di atas kasur. Hari pertama di kota baru cukup melelahkan, entahlah apakah besok hari pertama masuk sekolah akan lebih melelahkan. Terkadang aku takut untuk menghadapi hari esok. Apakah besok akan mendapatkan luka baru,atau sebaliknya. Haah,,, kurasa aku butuh istirahat, mungkin dengan begitu ketakutanku akan menghilang,ya mungkin aku terlalu lelah dengan kejadian hari ini. Bukan, bukan terlalu lelah tapi terlalu terluka. Air di pelupuk mata sudah tak bisa di bendung, dengan sendirinya dia mengalir tanpa bisa ku cegah. Aku memejamkan mata, air mata ini mengantarkan ku terlelap dalam mimpi yang terkadang aku pun tak ingin bangun dari mimpi itu.
Hai readers penasaran nggak sih Andra kemana dan kenapa menghilang?
Simpan rasa penasaran dulu ya...
Tahan,tahan,tahan

KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Hitam
Non-FictionKinara Khanza Azzahra Anak yang terlahir sempurna secara fisik dan mental,tapi kehadirannya seakan tak di harapkan,tak di anggap oleh sebegian pihak. Ayah nya meninggal saat usianya 8 tahun menambah derita batin bagi dia,ibu dan adiknya. Di usia yan...