18

3.6K 387 38
                                    

Pagi ini seperti biasa Tzuyu sudah berada di depan gerbang kosan Sana. Mereka berdua memang akhir-akhir ini selalu berangkat dan pulang bersama. Namun hari ini tidak seperti biasanya Sana terlambat. Sudah hampir 15 menit Tzuyu menunggu namun Sana tak kunjung keluar. Saat tadi bangun tidur pun dia tak menerima pesan dari Sana.

Tzuyu melirik jam di tangannya lalu mengambil hpnya dalam sakunya. Belum ada tanda baca dari pesan yang di kirimnya pada Sana bahkan Sana tidak aktif sama sekali. Tzuyu pun memutuskan untuk menelfon Sana. Dia mengerutkan keningnya saat tak ada jawaban dari Sana. Dia pun kembali menelfon Sana.

"Sana!" Ucap Tzuyu saat akhirnya telfon itu di angkat walau harus menunggu lama.

"Hallo? Tzuyu?" Tzuyu mengerutkan keningnya mendengar suara Sana yang serak.

"Sorry kayanya gue ga masuk hari ini."

"Lo kenapa?" Tanya Tzuyu merasa ada yang tak beres dengan Sana.

"Badan gue demam dan menggigil. Kepala gue pun berat banget."

Tzuyu yang mendengar itu langsung memasukan motornya ke dalam dan langsung menaiki tangga menuju kamar Sana.

"Lo bisa bukain pintu depan? Kalau lo ga kuat, biar gue minta tolong bu kos." Tanya Tzuyu yang baru ingat kosan Sana memakai finger print sebelum masuk ke lantai 2.

"Kuat, Sebentar."

"Oke," Tzuyu menganggukan kepalanya lalu menunggu Sana di depan pintu.

Tak berapa lama kemudian terlihat Sana yang berjalan lemas memakai selimut pada badannya. Dia pun membukakan pintu untuk Tzuyu.

Setelah masuk Tzuyu langsung mengecek suhu badan Sana.

"Panas banget." ucap Tzuyu yang khawatir dengan suhu badan Sana yang sangat panas. Tzuyu pun membantu Sana kembali ke kamarnya.

"Lo udah minum obat?" Tanya Tzuyu yang di jawab gelengan oleh Sana.

"Tadi malem masih baik-baik aja. Tapi setelah kita beres telefonan badan gue mulai ga enak dan gue langsung tidur." Jawab Sana.

"Gue panggilin dokter ya? Biar ga makin parah." Ucap Tzuyu sambil mengambil hpnya dari sakunya.

"Tzu ga usah. Lo men--"

"Gue ga terima penolakan." Potong Tzuyu lalu menelfon dokter keluarganya. Sana yang melihat itu hanya pasrah dan tidak ada tenaga juga untuk berdebat.

Setelah menelfon dokter keluarganya, dia pun menelfon Jihyo untuk mengabarkan bahwa Sana tidak akan masuk karna sakit.

"Hallo?"

"Sana ga bisa masuk sekolah. Dia sakit." Ucap Tzuyu langsung saat Jihyo mengangkat telfonnya.

"Sana sakit? Sakit apa? Dia udah ke dokter? Udah minum obat?" Tzuyu memutar bola matanya mendengar pertanyaan beruntun dari Jihyi.

"Bawel ya lo. Gue udah panggil dokter Aldo dan dia lagi ke sini." Ucap Tzuyu.

"Syukur deh kalau gitu. Lo ga akan masuk juga?"

"Ga. Ga mungkin gue ninggalin Sana sendiri."

"Ya udah kalau gitu nanti gue izinin lo ke wali kelas. Nanti pulang sekolah gue ke kosan Sana."

"Hm.."

"Udah bel masuk. Gue tutup ya? Kalau ada apa-apa lo telfon gue aja."

"Ya."

Tzuyu menutup telfonnya lalu duduk di pinggiran kasur Sana. Dia membenarkan selimut Sana lalu mengusap dahi Sana yang berkeringat.

"Mau gue telfonin nyokap lo?" Tanya Tzuyu. Sana menggelengkan kepalanya.

Be Your SelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang