20

3.7K 368 31
                                    

Sana dan Tzuyu masih berada di ruang musik sekolah mereka padahal jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Seharusnya mereka sudah pulang sedaritadi namun hujan turun dan mau tak mau mereka menunda kepulangan mereka karna Tzuyu membawa motor.

Tzuyu melihat Sana yang mengusap lengannya karna udara dingin di ruangan musik. Dia melepaskan hoodienya lalu memakaikan pada Sana. Sana menolehkan kepalanya lalu tersenyum.

"Thanks Chewy." Tzuyu tersenyum mendengar nama panggilan yang akhir-akhir ini ia suka. Nama panggilan khusus dari Sana.

"Maaf ya karna gue cuman ada motor jadinya kita kejebak di sini." Ucap Tzuyu.

"Ga apa-apa kok. Oh iya gue kok ga per---"

DUAR!

"AAAA!!"

Tzuyu terkejut saat tiba-tiba saja Sana berteriak dan langsung memeluknya saat mendengar suara petir yang sangat besar dari luar.

"Sana? Lo kenapa?" Tanya Tzuyu khawatir saat merasakan tubuh Sana yang bergetar hebat dan juga tangan Sana yang menutup rapat kedua telinganya.

"Lo takut petir?" Tanya Tzuyu lagi sambil memeluk Sana. Sana menganggukkan kepalanya perlahan dan terisak dalam pelukan Tzuyu. Tzuyu yang melihat itu mengusap rambut Sana dan menenangkan Sana.

"Ada gue, lo ga perlu takut." Ucap Tzuyu dengan lembut.

Setelah beberapa menit akhirnya Sana mulai tenang dan sudah berhenti menangis.

"Sorry ya lo liat gue kaya tadi. Gue takut petir dari kecil, makanya gue benci hujan. Gue bener-bener ga bisa denger suara petir, kalau denger pasti reaksinya kaya tadi." Ucap Sana menjelaskan kenapa dia bersikap seperti itu.

"Ga apa. Gue jadi tau juga apa yang lo takutin. Lo tenang aja sekarang setiap hujan dan ada petir gue bakal selalu jagain lo dan meluk lo buat nenangin lo." Ucap Tzuyu mengusap lembut kepala Sana.

Sana yang mendengar ucapan Tzuyu merasa sangat tersentuh. Dia tak pernah melihat orang setulus dan sesayang ini padanya selain keluarga dan kedua sahabatnya. Dan membuat dia semakin jatuh cinta pada Tzuyu.

"Pas ada hujan sama petir doang?" Tanya Sana menggoda Tzuyu untuk menyembunyikan rasa tersipunya karna ucapan Tzuyu.

"Ya nggalah, gue bakal jagain lo dari apapun di dunia ini walaupun gue harus kehilangan nyawa gue." Ucap Tzuyu dengan nada yang serius.

"Apa sih mainannya kehilangan nyawa. Ga suka." Ucap Sana cemberut karna ucapan Tzuyu membuatnya merasa takut. Tzuyu tertawa melihat Sana cemberut lalu mencubit pipi Sana.

"Iya maaf deh ngomong kaya gitu. Tapi gue serius ya, ga bercanda soal apa yang gue omongin tadi." Ucap Tzuyu.

"Iyaa gue percaya. Oh iya tadi kan gue mau nanya sesuatu." Ucap Sana mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Apa?"

"Gue ga pernah liat lo make mobil, lo lebih sering pake motor. Lo lebih suka pake motor kemana-mana?" Tanya Sana menanyakan hal yang sudah lama ia ingin tanyakan.

"Oh itu, gue ga pernah pake mobil lagi sejak kecelakaan. Rasa bersalah dan takut gue selalu muncul ketika gue coba buat nyetir lagi mobil." Jawab Tzuyu yang membuat Sana merasa tak enak sudah menanyakan hal yang mengingatkan Tzuyu pada masa lalunya.

"Maaf, lo jadi keinget masa lalu lo lagi." Ucap Sana.

Tzuyu tersenyum melihat wajah Sana yang terlihat seperti anak kecil itu. Dia menepuk-nepuk kepala Sana dengan lembut.

"Lucu deh, ga apa kok. Ga usah minta maaf gitu." Ucap Tzuyu tersenyum yang membuat Sana lega.

"Oh iya hujan udah reda tuh. Yuk pulang, lo juga harus kerja kan bentar lagi?" Ucap Tzuyu sambil berdiri dari duduknya. Sana melihat keluar jendela lalu melihat jam di tangannya.

Be Your SelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang