#11 Dari Fares & Calista : Waktu SMA - Bagian 2

945 161 12
                                    

Suara derasnya hujan terdengar begitu jelas di genteng sekolah. Beberapa siswa terlihat begitu antusias karena hujan. Entah kenapa, membuat mereka sedikit bahagia karena hujan turun hari ini.

Kecuali Calista.

Sambil bersandar di tembok yang ada di koridor, Calista memandang dengan sedih pada lapangan yang sudah dibasahi oleh hujan. Tentu saja, tidak ada orang di sana. Disaat yang lain saling bercanda dengan hujan, hanya Calista yang kerap menghelakan napasnya.

"Udah dong, Cal." tegur Risa yang baru saja datang sambil memakan cemilan.

Calista tidak merespon sahabatnya itu. Malah, Calista semakin menghela napasnya.

"Kayak enggak setahun lihat Kak Fares," komentar Amel sambil tertawa.

"Bodo amat kalian mau bilang apa," ujar Calista dengan pelan lalu duduk di salah satu kursi panjang kosong yang ada di koridor.

"Jatuh cinta itu memang bikin kita agak enggak waras ya?" tanya Risa yang segera menghampiri Calista dan duduk di sebelahnya.

"Emangnya salah kalau gue pengen lihat Kak Fares? Seharian ini karena hujan, gue belum ada ketemu Kak Fares tahu..." balas Calista.

"Enggak salah kok, Cal." sahut Amel. "Tapi lo agak lebay aja."

Wajah Calista segera berubah cemberut. Sementara dua sahabatnya dengan kompak menertawainya.

"Kalau lo berdua jatuh cinta, lo bakalan tahu gimana rasanya!" tukas Calista.

"Udah pernah dan enggak kayak lo," ujar Risa sambil menjulurkan lidahnya.

"Ih, Risa!"

Risa kemudian membuat muka-muka yang menyebalkan sehingga membuat Calista semakin sebal dan berakhir mengejarnya. Sedangkan Amel hanya tertawa kecil melihat kelakukan dua sahabatnya itu.

"Risaaa!" teriak Calista karena Risa tak kunjung berhenti menggodanya.

Risa dan Amel itu benar-benar berbeda sekali bagi Calista. Yang satu, lebih pendiam dan lebih lembut dan yang satu lagi lebih ekspresif. Sementara Calista sendiri, adalah anak yang kadang lemot dan canggung. Karena itu, Calista betah sekali berteman dengan mereka.

Calista langsung menghentikan langkahnya ketika ia melihat siapa orang yang akan datang ke arahnya. Karena melihat wajah canggung Calista, Risa pun langsung menolehkan kepalanya, dan malah menubruk salah satu teman Fares yang sedang berjalan.

"Aduh!" ujar Risa sambil mengangkat wajahnya. "Eh, sori, Kak."

"Hati-hati lho. Licin kok lari-lari sih?" tegur teman Fares itu dan membuat Risa menyengirkan senyuman.

"Hai, Cal." sapa Fares segera saat ia menyadari kehadiran Calista.

"H-H-Hai, Kak Fares." ujar Calista sambil melambaikan tangannya dengan pelan.

"Udah makan siang belum?" tanya Fares tiba-tiba.

"Hah? Be-belum, Kak." jawab Calista sambil melirik Risa yang sekarang sedang menganggukkan kepalanya. Entah memberi kode apa.

"Kok belum sih? Ntar lagi masuk lho, Cal. Yuk makan!"

Hah?

Calista hanya mematung untuk beberapa saat. Ia yakin ia tidak salah dengar. Fares baru saja mengajaknya makan siang bersama. Tapi, Calista tidak tahu bahwa ajakan itu serius atau hanya sekedar basa basi karena mereka tak sengaja bertemu di koridor.

"Lo kenal, Res?" tanya Caraka, satu dari empat teman Fares yang ada di sana.

"Baru kenal kemarin. Iya kan, Cal?" balas Fares sembari menatap Calista lagi.

Calista langsung menganggukkan kepalanya berkali-kali membuat Fares tiba-tiba tertawa.

"Lucu ya kalau punya adik," ujar Fares dengan suara beratnya dan refleks mengacak rambut Calista. Calista bergeming dan jantungnya berdegup dengan tidak karuan.

Yang lucu itu Kak Fares, tahu...

Ingin rasanya Calista menyampaikan isi hatinya. Bahkan melihat Fares tertawa saja, sudah membuat Calista gemas.

"Yuk, Cal?" ajak Fares sekali lagi.

"Hah? E-eh, duluan aja, Kak. Aku bentar lagi ke kantinnya." balas Calista sambil menyengir.

"Oh, Oke. Duluan ya, Cal! Dadah, temen-temennya Cal." sahut Fares sambil melambaikan tangannya lalu berlalu pergi bersama teman-temannya.

"Uuuugh, gemes gemes gemes!" seru Calista lalu menatap kepergian Fares dengan wajah yang riang.

"Ya Allah," ucap Amel sambil menggelengkan kepalanya.

"Gue dibilang lucu lho!" ujar Calista lagi.

"Iya, iya, Cal. Kita denger lho." timpal Risa.

"Ayo kita makan!" teriak Calista. Tanpa menunggu teman-temannya, ia langsung berjalan dengan cepat menuju kantin.

Amel dan Risa saling pandang sambil tersenyum dengan penuh arti.

-US-

Calista sedang berdiri tepat di depan pagar Sekolah sembari melihat-lihat angkutan kota yang akan ia naiki. Sambil menunggu, Calista jadi teringat waktu makan siang di Kantin tadi. Entah mungkin karena semesta berpihak kepada Calista, kondisi Kantin yang ramai siang tadi membuatnya harus duduk semejak dengan Fares dan teman-temannya.

Selain senang bukan main, Calista jadi benar-benar bersyukur dengan hujan siang tadi. Bahkan Risa dan Amel sampai harus mengingatkan Calista untuk makan agar tidak lupa bahwa ia ada di sana untuk makan dan bukan untuk memandangi Fares.

"Cal!"

Calista langsung menoleh saat suara berat Fares kembali meneriaki namanya. Terima kasih, datang bulan. Sejak pertemuannya dengan Fares yang menurutnya agak sedikit memalukan, Calista dan Fares jadi lumayan sering bertemu. Bahkan, Fares duluanlah yang lebih g serinmenyapanya.

"Eh, Kak Fares." sapa Calista berusaha tenang. Ia tidak mau lagi terlihat gugup di depan Fares.

"Kok sendirian? Lagi nungguin jemputan?" tanya Fares setelah mematikan mesin motor bebeknya.

Calista mengangguk, "Amel ada les, Risa tadi udah di jemput. Kalau aku nungguin angkot." ujarnya cengengesan.

"Bareng aku aja yuk?"

"Hah?"

Calista yakin ia tidak salah dengar. Fares-kakak tingkat yang ia taksir itu, sedang mengajaknya pulang bersama.

"Rumah kamu di mana?" tanya Fares lagi sekaligus terlihat sedang meyakinkan Calista bahwa ia tidak sedang salah dengar.

"Deket banget kok, Kak. Aku bisa naik angkot."

"Enggak apa-apa, rumah aku juga deket banget dari sini." kata Fares lagi sambil memindahkan ranselnya ke depan. "Yuk, Cal?"

Calista yang tadinya masih ragu-ragu lalu perlahan menyunggingkan senyuman. Tanpa berpikir panjang lagi, Calista langsung menaiki motor milik Fares. Siapa sih yang ingin menyia-nyiakan kesempatan ini?

"Udah belum?"

"Udaaaah!"

Fares tersenyum mendengar suara girangnya Calista. Lalu ia mulai menghidupkan kembali mesin motornya dan meninggalkan area Sekolah.

"Makasih, Kak Fareeees!" teriak Calista di jalan.

"Apaaaa??"

Calista terkekeh, "Makasiiiih!"

"Sama-samaaa!"

Calista tertawa lagi. Tanpa Calista tahu, Fares juga ikut tersenyum karena memperhatikannya lewat spion motor.

Calista bilang, ia ingin berterima kasih dengan hujan hari ini. Dan juga teman-temannya yang mendadak meninggalkannya sendirian di depan pagar Sekolah.


-US-


Note : Besok udah senin lagi, gaes. Semangat ya buat yang kerja, sekolah, dan kuliah!<3

From Us To UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang