#38 Dari Riyan & Kira : The Ugly Truth

905 146 20
                                    

"Kir? Bukan kan?"

Kira masih tetap bergeming, otak dan hati Kira seakan sedang bertengkar hebat untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Riyan.

Padahal Kira bisa saja mengatakan yang sebenarnya kepada Riyan. Kira yakin, Riyan tidak akan marah. Kira tahu bagaimana Riyan. Tapi, entah kenapa, kalimat untuk mengatakan yang sejujurnya kepada Riyan, tidak bisa keluar dari mulutnya. Lidahnya kelu.

Kira perlahan membalikkan tubuhnya dan menatap Riyan sambil tersenyum kecil. "Bukan,"

"Beneran?"

"Beneran, Riyan. Kamu enggak percaya?"

Riyan tidak menjawab, netranya menatap Kira lekat, seolah sedang mencari jawaban lewat mata perempuan yang ia sayangi itu.

Kira kemudian tersenyum dengan lemah dan memegang lengan Riyan. "Masuk yuk?"

Tanpa menunggu jawaban Riyan, Kira menarik dan menuntun pria itu untuk masuk ke dalam unitnya.

"Tadi di rumah Kak Arga ngapain aja?" tanya Kira.

"Kita mau istirahat sebentar, Kir." balas Riyan yang berjalan ke arah dapur dan meletakkan 3 kaleng susu beruang yang tadi dibeli oleh Handaru untuk Kira.

Melihat 3 kaleng susu tersebut, membuat Riyan kembali merasakan keraguan. Ada banyak keanehan yang ditunjukkan oleh Handaru pun Kira tadi. Wajahnya terangkat untuk melihat Kira yang sekarang sedang duduk di sofa setelah menghidupkan teve dan termenung.

"Handaru," ujar Riyan tiba-tiba dan membuat Kira langsung menoleh ke arahnya. "Kamu enggak penasaran gimana aku bisa kenal dia?"

Ada jeda sejenak setelah Riyan melontarkan pertanyaan itu. Kira lalu tersenyum, "Kok bisa kenal?"

Riyan mengambil 1 dari 3 kaleng susu beruang, membawanya dan menghampiri Kira yang duduk di sofa lalu memberikan minuman itu kepadanya. "Waktu di kampus kamu, dia dan Wuren yang kasih tahu kamu di mana. Ternyata, kamu sama Dion. Lagi nangis."

Kira tidak merespon. Matanya justru menatap pada sekaleng susu beruang yang ada di hadapannya.

Biasanya, Kira akan senang sekali meminum minuman tersebut apalagi disaat ia sedang sakit atau tidak enak badan. Tapi sore ini, Kira hanya menatap minuman itu enggan. Berat sekali baginya untuk mengambil minuman yang dibelikan oleh Handaru.

"Kenapa enggak kamu minum, Kirana?"

Kira kali ini memberanikan diri untuk menatap mata Riyan. Mata yang seolah sedang menuntut kejujuran sekaligus sedang menahan amarah.

"Yan..."

"Handaru, orang itu kan?" tanya Riyan sekali lagi.

Kira menggigit bibirnya, ragu dan takut. Dan kali ini menurunkan pandangannya, tak berani untuk menatap Riyan lagi.

"Jawab aku, Kirana."

Kira masih menutup mulutnya rapat-rapat. Sekali lihat, Riyan tahu, apa yang ia pikirkan itu benar dan Kira jelas sedang berbohong kepadanya.

"Kamu mau bohongin aku sampai kapan, Kir?" ujar Riyan sambil meletakkan minuman tadi di atas meja. "Kamu pikir aku sebodoh itu?"

"Bukan gitu, Yan." sanggah Kira dengan cepat. "Aku enggak bermaksud buat-"

"But, you did. You lied." gumam Riyan pelan. "Kenapa kamu mesti bohong sih, Kir? Kenapa?"

"Yan..." panggil Kira dengan suara yang serak.

"Crying won't help, Kir." ujar Riyan lagi. "Kamu yang paling tahu, aku enggak suka dibohongin."

Setelah mengatakan itu, Riyan berjalan keluar unit Kira dan membanting pintunya hingga membuat Kira terkejut. Suara bantingan pintu itu membuat Kira menangis. Ia mendadak pusing.

From Us To UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang