#28 Dari Acha : Selalu Sama

951 153 16
                                    

"Ayo kita main! Aku jadi bosnya kalian jadi anak buah,"

Riyan kecil selalu saja menjadi yang paling suka mengatur di antara Acha dan Bara saat masih kecil dulu.

"Kok kita anak buah lagi sih, Yan? Aku juga mau jadi bosnya!" protes Acha dengan wajah tak suka.

"Bos itu harus cowok, Cha. Kamu kan cewek."

"Emang kenapa kalau cewek?! Pokoknya aku juga mau jadi bosnya!"

"Emang kamu tahu jadi bos itu ngapain?!"

"Tahu! Bisa suruh-suruh kayak kamu suka suruh-suruh aku sama Babas!"

Bara kecil waktu itu, selalu saja menyaksikan Kakaknya dan juga Riyan bertengkar hanya karna hal kecil. Bara belum terlalu lancar bicara saat itu, tapi setiap Riyan dan Acha pergi bermain, mereka tidak pernah melupakan Bara.

"Aw! Babas! Kok bos dipukul?!" gerutu Riyan saat Bara tiba-tiba memukulnya.

"Babas udah enggak mau main lagi," ujar Bara pelan lalu tiba-tiba berlari ke arah jalanan.

"Eh, Babas jangan pulang sendiri!" teriak Riyan. "BABAS!"

Sejak kejadian itu, Riyan merasa ia gagal dalam menjaga Bara saat bermain. Walau tidak begitu parah, tapi Bara tetap saja terserempet motor dan menyebabkan kepalanya harus dijahit.

Beberapa hari setelah itu, Acha kecil datang lagi ke rumah Riyan bersama Bara. Tapi Riyan malah menolak untuk bertemu mereka. Saat itu malah Marsha, mamanya Riyan yang menyambut kakak beradik itu.

"Tante, Riyan kenapa sih? Kok enggak mau lagi ketemu sama Acha sama Babas?"

Marsha tersenyum sambil mengusap pelan rambut Acha, "Riyan nya lagi sedih, Cha. Karena kata Riyan, dia gagal jadi abang yang baik buat Babas. Soalnya waktu main sama Riyan, Babas jadi terluka kan?"

Acha dan Babas saling pandang. Dengan wajah yang memerah, Bara menatap Marsha. "Ta-tapi, Tante... Babas yang salah. Babas nakal enggak dengerin kata Bang Iyan sama Mbak Acha... Bang Iyan jadi benci sama Babas ya?"

"Bukan! Aku enggak benci!" teriak Riyan tiba-tiba saat keluar dari kamarnya. "Nanti kalau main sama aku lagi, Babas luka lagi... atau malah Acha yang luka..."

"Kan kita bisa hati-hati!" seru Acha dengan air mata yang sudah menggenang lalu ikut menangis bersama Bara. "Iyan jangan benci sama kita... kita bakalan dengerin Iyan lagi..."

"Bang Iyan, maafin Babas... Bang Iyan boleh jadi bos lagi, Babas dengerin... tapi harus tetep main sama Babas..."

Marsha kala itu hanya tertawa kecil melihat anak-anak itu tiba-tiba menangis bersama. Di rumah, Riyan adalah anak satu-satunya. Tapi dengan kehadiran Acha dan Bara sebagai tetangganya, membuat Riyan belajar bagaimana rasanya memiliki saudara. Menjadi seorang kakak dan memiliki seorang adik.

"Cha, jangan nangis lagi."

Ada 2 hal yang membuat Acha menangis sejadinya di depan Riyan hingga matanya bengkak. Pertama, ketika papanya meninggalkan dunia ini. Dan yang kedua, ketika Acha diselingkuhi oleh mantannya.

"Papa udah enggak ada, Yan. Sekarang aku gimana? Aku enggak bisa nguatin Mama dan juga Babas..."

"Aku yang bakalan lindungin kamu, Tante Lina dan juga Bara sebelum ada cowok yang bisa ngelakuin itu."

Makanya Riyan paling anti sekali kalau melihat wajah menangis Acha. Riyan tidak suka dan benci. Dulu sebelum Acha bertemu dengan Wira, Acha sempat berpacaran dengan seseorang yang nyatanya malah suka menyakiti perasaan perempuan. Riyan juga hampir menghajar lelaki itu saking emosinya.

From Us To UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang