#17 Dari Calista : Sedikit Berharap

987 158 11
                                    

"Kamu udah lama enggak ke sini lho, Res."

Calista perlahan membuka matanya saat samar-samar, mendengar suara mamanya dari arah luar kamar seperti sedang berbincang dengan seseorang. Setiap Calista sakit, ia memang selalu tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Tok, tok.

"Kakak," suara mamanya terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu kamar Calista. "Masih tidur kayaknya, Res." kata mamanya lagi.

Calista tidak bergerak. Menatap Fares yang akhirnya masuk ke kamarnya pun, Calista tidak berselera. Padahal, Fares memang sudah lama tidak main ke rumahnya karena jadwal manggung sweetchaos yang lumayan sibuk. Saking sibuknya, tugas akhir Fares pun agak sedikit terlupakan dan membuat dirinya harus mengundur waktu lulus.

"Enggak apa, Tante. Aku lihatin Cal aja."

Mamanya Calista sekilas melirik anaknya yang masih memejamkan mata lalu menatap Fares lagi sambil tersenyum. "Makasih ya, Res. Ntar Tante bikinin minuman."

"Enggak usah repot-repot, Tante." balas Fares sembari memamerkan gigi putihnya yang rapi dan bersih.

"Ah, enggak dong. Kamu jarang-jarang lho main ke sini. Santai aja ya, Res." Mamanya Calista lalu merapatkan sedikit pintu kamar Calista dan tidak benar-benar menutupnya.

Suara langkah mamanya kian menjauh. Calista lalu membuka matanya dan menatap Fares tanpa dengan datar. Fares tidak terkejut melihat Calista yang sedang menatapnya sekarang. Seolah ia tahu bahwa sejak tadi, Calista hanya pura-pura tidur di depan mamanya.

Untuk beberapa saat, Fares dan Calista hanya saling memandangi. Seolah-olah mereka sedang bertanding siapa yang akan menang dalam pertandingan menatap itu.

"Aku tahu dari Amel kalau Cal sakit," kata Fares akhirnya membuka suara. "Katanya Cal kecapekan karena ngurusin skripsi."

Calista belum merespon perkataan Fares. Setelah sejenak berdiam diri, Calista bangkit dari tidurnya dan duduk untuk bersandar ke tempat tidur. Fares bergerak untuk membantunya dan Calista sama sekali tidak mempermasalahkan itu.

"Kamu pucat banget, Cal. Kamu lupa minum vitamin ya?" tanya Fares setelah memperhatikan wajah pucat Calista. Bibirnya pucat dan pecah-pecah. Bahkan Calista terlihat lebih kurus saat terakhir mereka bertemu.

Calista masih belum bersuara. Setiap Fares berkata lembut padanya dan bersikap baik, membuat Calista ingin menangis. Membuat Calista bertanya-tanya apa yang sedang Fares pikirkan. Rasanya, Calista ingin menjadi Fares sehari saja agar ia tahu bagaimana perasaan Fares saat ini terhadap dirinya.

"Cal?" panggil Fares dengan suara yang lembut. Tangannya terangkat, bermaksud untuk menyapu peluh yang ada di dahi gadis itu. Tapi tangan Calista bergerak lebih cepat untuk segera menepisnya, membuat Fares menurunkan kembali tangannya.

Calista perlahan mengangkat pandangannya untuk saling bertemu dengan Fares dan menatap Fares nanar, dengan ekspresi yang sedih dan juga marah. Fares terhenyak, menatap Calista tepat pada matanya yang berwarna hitam legam.

"Maafin aku." Fares menundukkan kepalanya, menyesal dengan apa pun yang sudah ia katakan hari itu kepada Calista.

Air mata Calista yang sejak tadi tertahan pun akhirnya menetes. "Buat apa?" tanya Calista dengan suara yang tercekat. "Buat apa Fares minta maaf?"

"Cal..." Fares mengangkat tangannya untuk mengusap butiran air mata yang jatuh pada pipi gadis itu. Kali ini, Calista tidak menepisnya. "Jangan nangis, Cal. Aku salah, aku minta maaf. Aku mohon Cal jangan nangis lagi."

"Sakit, Res." balas Calista dengan suara yang serak sambil memukul dadanya. "Sakit Fares ngomong kayak gitu. Aku enggak lupa. Fares suruh aku ketemu cowok lain. Aku enggak lupa..."

From Us To UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang