#27 Dari Wira : Mencoba Memahami

1K 167 15
                                    

Acha :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acha :

Hei

Gimana gigs kamu tadi?

Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Wira menatap layar ponselnya dalam waktu yang lama sampai akhirnya ia meletakkan benda itu ke atas meja lalu termenung.

Sejujurnya hari ini Wira merasa bodoh dan menyesal sudah melampiaskan amarahnya kepada Riyan. Wira sadar, sebenarnya Riyan tidak salah apa pun. Yang salah di sini adalah dirinya sendiri yang tiba-tiba memikirkan hal yang bukan-bukan. Ia tiba-tiba berubah menjadi posesif.

Tadi setelah acara selesai dan saat mereka sedang beres-beres, Arga menghampirinya dan berusaha untuk mengajaknya bicara.

"Wir, gue enggak tahu lo ada masalah apa. Tapi apa lo lupa sama janji kita dulu waktu sweetchaos kebentuk?"

Wira lalu memutar tubuhnya dan menatap Arga yang sedang duduk di atas kursi sambil memasukkan gitar kesayangannya. Tanpa menoleh kepada Wira, Arga kembali melanjutkan kata-katanya, "Kita janji kalau kita enggak boleh bawa perasaan pribadi ke dalam band. Apa pun itu. Dan kita juga janji kalau kita bakalan saling cerita. Lo inget?"

Wira terdiam untuk beberapa saat sambil tak mengalihkan pandangannya dari Arga. Tentu saja dia masih mengingat masa-masa sweetchaos baru terbentuk dan belum dikenal oleh siapa-siapa. Saat itu, mereka masih berstatus sebagai mahasiswa yang baru lulus dan mahasiswa yang sibuk dengan tugas akhir mereka.

"Bang," panggil Wira pelan. "menurut lo... apa salah kalau gue cemburu sama Bang Riyan?"

Entah apa yang membuat Wira sore itu mau bercerita kepada Arga. Pertanyaan itu justru membuat Arga tersenyum sekaligus lega. Bagi Arga, sweetchaos sudah menjadi keluarganya. Sebisa mungkin, Arga ingin menjadi kakak yang baik untuk adik-adiknya seperti Wira dan juga Fares. Dan pendengar yang baik untuk Juan dan Riyan.

"Wira, enggak salah kalau lo punya perasaan seperti itu. Itu hak lo karena lo yang tahu gimana perasaan lo sendiri. Tapi yang salah itu, ketika lo tanpa sadar nuduh orang yang lo maksud. Gimana kalau kenyataannya sama sekali enggak seperti yang lo pikir? Lo secara enggak langsung nyakitin perasaan dia kan?"

Wira terdiam setelah mendengarkan perkataan Arga. Ia menunduk dan merasa kalau ia memang salah sudah menuduh Riyan seperti itu.

"Lo bisa selesaikan ini baik-baik, Wir. Riyan pasti ngerti kalau lo takut kehilangan Acha. Jangan sampai Riyan bener-bener nyesel udah ngijinin lo buat jadi pacar Acha, Wir." ucap Arga sambil menepuk pundak Wira lalu kembali bergabung bersama Fares dan juga Juan.

Wira kembali memandangi chat whatsapp dari Acha yang masih belum ia balas. Padahal, chat itu sudah ia baca setengah jam yang lalu. Ia kembali termenung seolah sedang bertengkar hebat dengan pikiran dan hatinya.

Beberapa menit kemudian, Wira langsung bangkit berdiri, mengambil hoodienya dan juga kunci motor lalu melesat pergi ke rumah Acha.

-US-

From Us To UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang