Fact✓

12.3K 928 15
                                    

"Jangan...sakit Pah...Radit minta maaf..."

Cambukan itu tetap dilayangkan disekujur tubuh anak berusia 9 tahun itu. Bahkan setelah terlihat luka ia akan menyiramnya dengan air sehingga sangat perih.

"ANAK SIAL!!"

....

"Maaf!!" Radit terbangun terpaksa membuat kepalanya sedikit nyeri.

"Ah mimpi itu lagi."

Radit baru menyadari bahwa ruangan yang ia tempati sekarang bukan seperti UKS disekolahnya.

Cklek

"Radit? kamu sudah bangun? Bagaimana? Masih sakit?" Seorang lelaki paruh baya bertanya dengan khawatir, pria itu lalu duduk di sebelah Radit menatap anak itu dengan pandangan cemas.

Itu adalah Damar wali kelas Radit.

"Sudah pak, saya sudah mendingan... saya dimana ya?"

"Kamu sekarang di Rumah Sakit."

"Rumah sakit?! Kenapa saya nggak di UKS aja pak? saya kan jadi merepotkan bapak."

"Kamu ini ngomong apa, tentu saja nggak merepotkan buat bapak. Ibu UKS yang menyarankan kamu ke sini dia khawatir banget tadi selain itu kesehatan anak kelas bapak itu yang paling utama!" Damar terkekeh pelan, membuat Radit ikut tertawa kecil.

"Terimakasih pak, karena sudah mengurus saya. Lain kali saya traktir soto di kantin ya? Hehe."

"Boleh! Nambah 5 porsi boleh gak?" Sekali lagi Radit tertawa kecil, anak itu mengangguk pelan. Membuat pria berusia 30 tahun itu tertawa.

"Bercanda, bapak ikhlas kok. Kamu jangan terlalu merasa terbebani ya? Semua anak kelas bapak adalah anak bapak."

Radit menatap damar dengan teduh, laki laki di depannya ini memang selalu memancarkan aura positif membuat semua orang yang dekat dengannya merasa nyaman.


"Ngomong ngomong, sekarang jam berapa pak?"

"Sekarang masih jam 11.00, kamu pingsannya lama banget tadi."

"syukurlah belum telat."

"Tenang aja bapak udah ijin sama guru mata pelajaran di kelas."

Drrt Drrt

"Bapak terima telepon dulu ya."

"Iya pak."

Radit menatap punggung damar yang semakin menjauh hingga hilang dibalik pintu.

Anak itu menatap ke sekeliling ruangan nuansa putih tersebut, ruangan putih berbau obat yang sangat Radit hindari seumur hidupnya. Entah mengapa berada di ruangan berbau obat sendirian seperti ini membuat dia takut, seolah ada sesuatu di balik ingatannya yang membuat dia membenci tempat ini.

"Akh!" Anak itu memegangi kepalanya saat rasa sakit tiba tiba menusuk membuat kepalanya pusing. Terasa lebih sakit dari biasanya.

im hurt (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang