HAPPY READING
...
Terlihat seorang pelajar yang tengah membuang sampah dari restoran tempat ia bekerja. Namanya Banyu Radit Alvian atau yang kerap dipanggil Radit. Setiap pulang sekolah ia harus mampir ke restoran tempat ia bekerja untuk membuang sampah atau mencuci piring.
Ia memang anak dari keluarga yang berada. Namun pekerjaan ini harus selalu ia lakukan karena sang Ayah hanya membayar uang sekolah tidak untuk keperluan yang lain.
"Radit kmu dipanggil Pak Barra ke ruangannya." sapaan salah satu teman 1 kerjanya membuat aktivitas Radit terhenti ia hanya membalas dengan senyuman dan segera berjalan ke ruangan sang Manajer.
Tok
Tok
Tok
"Masuk." jawab orang didalam.
"Pak Barra memanggil saya?"
"Iya Radit, ini upah kamu selama 1 bulan ini. Kamu termasuk yang paling rajin tingkatkan lagi ya." lelaki yang berumur sekitar 50 tahun lebih itu memberikan amplop putih berisi uang.
"Terimakasih banyak Pak! kalau begitu saya permisi..." Ucapnya dengan senyum mengembang.
Barra hanya menganggukan kepala dan tersenyum.
"Mau pulang Dit?" tanya senior ditempat ia bekerja.
"Iya kak kalau begitu saya duluan ya."
"Iya hati hati."
Radit hanya menjawab dengan cengiran lebarnya dan segera keluar lewat pintu belakang restoran. Hari ini ia sangat bahagia karena kerja kerasnya selama ini telah membuahkan hasil ia melangkahkan kakinya menuju halte.
Disana ia memilih duduk dan sedikit memijit kakinya sungguh ia sangat lelah hari ini karena banyaknya pelanggan ia jadi harus mondar mandir.Bus datang membuat atensi Radit teralihkan ia segera masuk. Didalam sangat sesak syukurlah ia mendapatkan kursi ia bisa mengsitirahatkan dirinya sejenak.
Baru saja ia duduk dengan nyaman ia melihat seorang Nenek yang berdiri tanpa ada yang peduli untuk memberi tempat duduk atau sekedar memberi jalan.
Nenek itu sungguh kepayahan hanya untuk sekedar berdiri.
Radit membuang rasa lelahnya ia berdiri dan membantu sang Nenek untuk duduk dikursinya.
"Kamu nggak capek nak?"
"Enggak nek rumah saya deket kok." Anak itu tersenyum agar sang nenek tak khawatir padahal sedari tadi kakinya sudah bergetar karena ia sangat lelah.
Selang beberapa menit bus yang Radit tumpangi sudah sampai dihalte berikutnya.
"Nek saya duluan ya."
"Iya hati hati ya nak." Jawab wanita paruh baya itu dengan senyum yang mengembang.
"Iya." Radit membalas senyum Nenek tersebut dan segera turun.
Hari ini ia harus cepat cepat sampai dirumah ia sudah sangat terlambat. Jangan sampai papanya pulang terlebih dahulu.
Namun sepertinya keadaan sedang tidak berpihak padanya ia melihat mobil sang Ayah sudah didepan garasi sungguh ia sangat takut namun ia harus tetap masuk.
"Darimana kamu anak sial?!"suara berat itu membuat langkah Radit terhenti ia melihat sang Ayah tengah duduk membelakanginya. Radit tak mungkin menjawab jika ia baru saja bekerja.
"I..tu.."
"Saya sekolahkan kamu untuk belajar bukannya keluyuran!! kamu pikir bayar uang sekolahmu menggunakan daun?! darimana saja kamu?!!" entah sejak kapan sang Ayah sudah berada didepan Radit.
Adam menampar Radit dengan sangat keras.
Tak sampai disitu ia bahkan memukul Radit dengan sapu yg sudah ia bawa. Tanpa rasa belas kasihan Adam terus memukuli Radit. Hingga anak malang itu tersungkur dibawah lantai,satu satunya yang ia bisa lakukan adalah menutupi kepalannya agar tak terkena pukulan.
"A..am..ampunn pah..Ra..dit minta maaf."
"Berdiri!!" dengan sisa kekuatannya Radit mencoba berdiri.
Kini Adam memukuli kaki Radit. Jika sudah begini ia hanya bisa menggigit bibirnya menahan tangis dan sakit.
"Gara gara kamu Istri saya meninggal!tapi kamu bales ke saya seperti ini?!"
"Papa sakit." batin Radit.
"Udahlah Pah anak kaya gitu gk mungkin kenal budi." kini yang bersuara adalah Kakak Radit Fano Adam Yuangga ia hanya selisih 1 bulan dengan Radit.
Ctar!!
Ctar!!
Tak puas dengan lebam yg sudah Adam buat. Ia mencambuk Radit dengan sabuk menimbulkan bekas merah bahkan sampai berdarah.
Keseimbangan Radit sudah goyah kakinya bergetar dan kulitnya terasa sangat panas dan sakit. Radit terjatuh untuk yang kedua kalinya.
Mencoba agar tidak mengeluarkan satu tetes air mata pun Radit kembali berdiri.
"Masuk kekamar mu!! tidak ada makan malam untuk anak sial kaya kamu."
"Iya Pah." Radit berjalan pincang untuk menaiki tangga saja ia sangat kesusahan.
Perih dan sakit yg kini ia rasakan benar benar menyusahkannya.Anak itu membuka pintu kamarnya dan segera terduduk lemas didepan kamar. Tangisnya langsung pecah sungguh sangat sesak dan sakit.
"Mama...sakit...Radit capek."
Hi...
Pasti kalian bingung sama chapter ini ya?? Apalagi tentang masalah selisih umur Hehehe. Rahasia dari chapter ini ada di chapter² selanjutnya. Stay tune ya~Nb: Cerita ini sudah author revisi jadi ada beberapa part yang author hapus agar nyaman dibaca. Sekali lagi author berterimakasih kepada pembaca yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini terimakasih~
KAMU SEDANG MEMBACA
im hurt (COMPLETED)
Fiksi Remaja[Sudah Revisi] Yg penasaran langsung baca aja! # 1 pengorbanan -19032021 # 1 happiness -13052021 # 1 pelajaran hidup-11082021 # 1 die. -10092021