Where are you?✓

8.7K 710 6
                                    

"Fano!"

Seorang lelaki menghentikan langkah Fano. Namanya Rian salah satu anggota klub basket disekolahan mereka.

"Lo jangan lupa ya! sore ini kita ada latihan basket bentar lagi kan kita lomba, lo gak lupa kan?"

"Ah! iya sorry gue lupa, belakangan ini gue lagi gak fokus." jawab Fano sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaudah gak apa apa yang penting nanti dateng lo kan kapten tim."

"Iya iya gue kekelas dulu bentar lagi bel nih."

"Yaudah sono." Rian menepuk pundak Fano lalu berlalu pergi.

"Sore ini? apa nggak papa? nanti bakal dimarahi papah nggak ya? bodoamat lah."

....


"Baik anak anak siapa yang bisa menyelesaikan soal didepan ini?"

Seketika seluruh murid dikelas Radit terdiam sekarang sedang berlangsung pelajaran yang paling dibenci seluruh siswa "MATEMATIKA"

"Siapa? kalo nggak ada bapak acak loh."

Wajah mereka tambah tegang jantung mereka berdetak lebih cepat dari biasanya apakah ini yang di namakan cinta?

"Ya sudah lah bapak mau tanya sampek 100 kali juga gak bakal ada yang mau maju. Nomer urut 5 Banyu Radit Alvian silahkan maju."

Untung saja Radit sudah menemukan jawabannya jadi ia bisa lebih santai toh nanti jika salah yang penting ia sudah maju.

Namun saat mencoba bangun kaki Radit tiba tiba terasa mati rasa kakinya tak bisa digerakkan ia merasa lumpuh sesaat. Pandangannya juga menjadi buram Radit tidak bisa bergerak.

"Dit? lo dipanggil tuh." bisik Zean disamping Radit.

"Lo bisa gantiin gue gak? ini jawabannya lo bisa ngeliat dari sini."

"Lo gak salah? nanti yang dapet nilai gue Dit."

"Gak papa yang penting lo tolongin gue ya?"

"oke, Pak!!"

Seluruh murid terkejut termasuk putra yang bangun  terpaksa dari mimpinya.

"Saya aja yang ngerjain pak!"

"Lo kesurupan apa Ze?" Bisik putra pada zean

"Sstt orang goblog diem aja."

"Anjing!"

"Ya sudah Zean silahkan maju."

"Siap."

Istirahat

"Woy kekantin kuy." Putra yang sedari pelajaran tadi loyo sekarang lebih semangat.

"Dit ayo kekantin! karena tadi lo udah bikin gue dapet nilai gue traktir deh apapun."

"Gue?" Putra menengahi.

"Bayar sendiri lah!"

"Gue nggak kekantin." tentu saja Radit akan menolak, kakinya masih sulit digerakkan ia takut jika ia nanti akan membuat khawatir temannya.

"Dit gue nggak bohong gue pasti traktir kok sumpah. Pakai uang gue sendiri bukan hutang."

"Nggak, gue nggak laper kalo lo emang pengen traktir gue beliin gue air sama roti aja."

"Setiap hari lo makan roti terus Dit makan yang enak kenapa."

"Roti juga enak! udah sana!"

"Iya iya! Putra! cepet anterin."

"Kaya ciwi ciwi aja lo!"

"Ngaca dong! kemarin udah gue anterin ke wc juga."

"Kemarin gue ke wc sendiri ya nyet!!"

Radit hanya menggelengkan kepala dengan tingkah absurd dua temannya ini. Bahkan keluar kelas mereka masih dorong dorongan seperti anak TK.

Kepala Radit pusing ia ingin ke kamar mandi ia takut jika ia tiba tiba mimisan tapi kakinya sulit digerakkan.

Apa ini gejala dari penyakitnya? Radit ingin berobat tapi darimana ia mendapat uang sedangkan ia yakin jika ia akan dipecat direstaurant tempat ia bekerja karena telah bolos 2 hari.


.....

"Den."

Fano terkejut karena ada seorang laki laki berjas menunggu Fano didepan lapangan basket.

"Siapa ya?"

"Saya orang suruhan pak Adam. Pak Adam menyuruh saya untuk menjemput Den Fano."

"Menjemput? tapi saya ada acara, permisi." Fano tetap melanjutkan arah tujuannya.

"Pak Adam sakit."

Langkah Fano tercekat pemuda itu segera berjalan kearah laki laki berjas dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.

"Papa?!"

"Iya makanya Den Fano disuruh menemui Pak Adam."

"Ya sudah cepet pak tolong anterin saya!!"

Orang tersebut tersenyum lalu berjalan mendahului Fano.

Hampir 10 menit mobil terus melaju hingga Fano menyadari bahwa jalan yang sedang dilalui nya melenceng dari tujuan yang Fano kira.

"Pak! kok nggak ke rumah sakit?"

"Nanti Den Fano juga tau"


....

"Rumah?"

"Kok kerumah pak?"

"Nanti biar tuan yang jelaskan."

Fano memasuki rumahnya ia terkejut karena didalam sudah banyak orang orang, ia yakin jika ini para rekan kerja ayahnya.

Adam yang menyadari kedatangan putra sulungnya segera menghampiri Fano lalu merangkul pundak anak itu.

"Oh! Fano akhirnya kamu datang, jadi semuanya saya mau kenalin ini penerus peru—"

Fano mendorong badan Adam membuat rangkulannya lepas.

"Papa bohongin Fano?! kenapa Papa bilang kalo Papa sakit?!"

"Diem Fano jangan bikin Papa malu! kalo Papa nggak ngomong begitu emangnya kamu mau pulang?"

"KENAPA PAPA SELALU EGOIS GINI SIH?! KAPAN PAPA NGERTIIN FANO?! TOLONG NGERTIIN PERASAAN FANO JUGA!!"

"Fano!!"

Fano segera berlari keluar rumah meninggalkan ayahnya yang menatap dirinya dengan kesal.

"Fano!! tolong Pak! Kejar anak itu."

"Baik tuan." orang yang tadi menjemput Fano segera berlari untuk mengejar Fano. Sedangkan Adam mengusap wajahnya dengan gusar.

im hurt (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang