Operasi✓

8.9K 616 20
                                    

Beberapa menit kemudian Pria itu keluar dari kamarnya ia bahkan sampai menggebrak pintu, ponsel masih bertengger ditelinganya ia terlihat sangat buru buru dia keluar dari rumah mengendarai mobilnya dan pergi entah kemana.

2 jam berlalu tiba tiba banyak orang yang masuk kerumah,Fano dan Dimas sangat terkejut lalu keluarlah Bi Imah yang datang dari dapur sambil menangis,disusul dengan Fano yang berlari kearah orang orang itu setelahnya terdengar suara teriakan kalau Fano menangis.

Dimas sangat bingung saat ia beranjak untuk melihat keadaan seorang pria yang ia yakini Papa nya itu menariknya paksa dia membawa Dimas kekamar mandi.

Kaki Dimas gemetaran hebat dia sangat ketakutan baru beberapa jam dia masuk kerumah ini ia mendapat tamparan yang sangat keras.

"Anak pembawa sial!! mati kamu!!!"

Adam melepaskan sabuk dari celananya lalu mencambukan sabuk itu badan mungil Dimas.Dimas tidak bisa melawan dia takut.

"Jangan...sakit Pah...Radit minta maaf..."

Cambukan itu tetap dilayangkan disekujur tubuh anak berusia 9 tahun itu.Bahkan setelah terlihat luka ia akan menyiramnya dengan air sehingga sangat perih.

"ANAK SIAL" setelah kejadian ini Fano berubah kepada Dimas.

*****.

"Maaf." cicit Bayu setelah menceritakan semuanya.

Wijaya beranjak dari duduknya dia berlari mencari orang yang sudah ia cari bertahun tahun diikuti Arva dibelakang dia melihat Dimasnya sedang berjalan memasuki Rumah Sakit dengan Fano disebelahnya.

"Dimas!!!" Radit tercekat dia berhenti Radit membalikan badannya kearah sumber suara disana terlihat Wijaya dan Arva yang berlari kearahnya mereka langsung memeluk tubuh kurus Radit.

"Anak..ku.." Wijaya menangis dia sangat bahagia.

"Dek..." begitupun dengan Arva. Radit tersenyum sangat bahagia kebahagian itu tidak berlangsung lama karena setelah itu Radit berteriak dia memegangi kepalanya kesakitan.

"Radit kamu kenapa nak?!" tanya Wijaya.

"Radit!!"

"Dek!!"

******

"Dia harus segera dioperasi." ucap Dokter yang menangani Radit.

"Operasi?" lirih Wijaya dia memandang Radit yang masih pingsan dibangsal nya.

"Hanya itu satu satunya cara saya akan menunggu jawaban anda." jelas Dokter tersebut.

"Baik terimakasih." Dokter tersebut mengangguk lalu berlalu keluar Kini diruangan tersebut hanya ada Wijaya dan Radit.

"Kenapa setelah Papa ketemu kamu Papa harus menerima kenyataan ini nak?" Wijaya menatap sendu anak yang sangat ia sayangi itu tetesan air mata keluar dari pelupuk matanya Wijaya mengelus rambut Radit sayang meneliti wajah pucat Radit.

"Ternyata kamu lebih mirip Mama ya?" tangisan Wijaya semakin deras dia menggenggam tangan Radit.

"Bagaimana bisa Papa gak sadar kalo selama ini kita udah bersama maaf ya nak? "

im hurt (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang