Permission✓

7.6K 662 11
                                    

Cklek

Fano memasuki Rumahnya didalam sangat sepi bahkan bi Imah juga tidak ada dimana semua orang??

"DOR!!" seseorang mengagetkan Fano membuat Fano terjingkat karena kaget.

Fano membalikan badannya mendapati orang yang beberapa jam lalu ia hindari itu sedang terkekeh pelan didepannya.

"Papa! apaan sih?!" kesal Fano.

"Papa kangen sama kamu nak." Adam mengusap rambut Fano pelan.

"Apaan sih baru juga 1 hari."

"Tetep aja kan? Fano Papa mau ngomong penting." nada bicara Adam menjadi berubah.

"Kalau masalah perusahaan Fano gak tertarik pa."

"Dengerin dulu! Papa udah buat keputusan untuk bebasin kamu."

"Bebasin Fano?? maksud Papa??"

"Papa udah mikir tadi malam. Kalau cara Papa salah jadi Papa mau kamu raih cita cita kamu."

"Be..beneran Pa?!! Papa gak bohong?!"

"Nggak. Kamu yang terpenting buat Papa jadi Papa ingin kamu selalu bahagia."

"Makasih Pa." Fano memeluk Adam rasa dongkol nya selama ini hilang begitu saja.

"Kalau gitu nanti malam mau makan malam sama Papa?"

"Iya!!" Jawab Fano semangat.

"Pa! kalau gitu Fano pamit pergi ya?"

"Pergi? kamu kan baru datang masa pergi lagi?"

"Ini penting Pah! Fano pasti langsung pulang nanti."

Adam hanya terkekeh melihat tingkah Fano yang sedang sangat bahagia itu.

"Gue harus kasih tau Radit" batin Fano.

.....

Fano sudah sampai dirumah sakit ia sangat semangat ia ingin langsung mengatakan nya pada Radit karena berkat dia Fano berani pulang ke Rumah.

Hoek....uhuk..uhuk....

"Suara Radit?!" kata Fano saat dia didepan kamar tempat Radit dirawat.

Cklekk

"Radit?!" Fano segera berlari kearah Radit yang sedang membelakangi nya dikamar mandi.

"kakak? ngapain kesini lagi?" Radit terlihat sangat terkejut pemuda itu segera melap membersihkan mulutnya.

"Lo gak apa apa?"

"Nggak kok tadi makanan diRumah Sakit nggak enak jadi saya muntahin hehe." Radit berbohong padahal sebenarnya perutnya merasa sakit daritadi.

"Gue kira lo kenapa napa." Jawab Fano lega.

"Keluar yuk?? lo suntuk kan dikamar terus? ayo!" ajak Fano.

"Kayaknya nggak bisa."

"Kenapa?"

"Gak papa lemas aja." sekali lagi pemuda itu berbohong karena kakinya tidak bisa digerakkan. Ia saja menyeret badannya untuk bisa sampai kekamar mandi.

"Ayo!" Fano menawarkan punggungnya.

"Deja vu." kata Radit.

"Udah ayo cepetan!"

"Ada kursi roda kak." jawab Radit sambil menunjuk kursi roda dipojok kamar.

"Gak usah!! sama gue aja!! cepetan!"

im hurt (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang