Tak disangka malam ini turun hujan, rintik rintik gerimis tergantikan dengan tetesan air hujan yang lebih deras. Fano dan Radit basah kuyup membuat badan mereka yang terluka kedinginan.
Karena sudah malam dan ditambah lagi hujan membuat penglihatan Radit menjadi sedikit kabur.
"Dik? kamu gak papa dik?" salah satu pengendara motor berhenti tepat disebelah mereka.
Wajah pucat Radit tersenyum sumringah, anak itu mendekati laki laki yang menanyakan keadaan mereka.
"Pak!! tolong kakak saya! Tolong bawa ke Rumah Sakit pak."
"Iya tolong tenang dulu karena saya bawa belanjaan jadi cuman bisa membawa 1 orang." jelas bapak pengendara motor itu.
"Bawa kakak saya saja pak! kakak saya udah pingsan."
"Tapi kamu kan—" perkataan bapak itu terpotong karena Radit sudah meletakan Fano dimotornya.
"Terimakasih pak nanti saya janji saya pasti nyusul." Radit sangat bahagia melebihi apapun Tuhan sepertinya mendengarkan doanya disepanjang jalan tadi.
"Nanti bapak pasti panggilin ambulance, kamu jangan kemana mana ya?"
"Saya nggak apa apa pak."
"Tunggu disini. Saya bakal panggil ambulance."
Radit hanya mengangguk lemah, menatap motor yang berjalan semakin jauh.
Anak itu segera terduduk lemas di aspal, ia membaringkan badannya dengan pelan. Membiarkan air hujan yang terus turun mengenai badan dan wajahnya. Menatap gelapnya langit yang terus menurunkan butir butir air.
"Sakit..." Lirih Radit, ia memegangi perutnya erat, merasa bahwa bekas tusukan pada perutnya itu terasa semakin menyakitkan. Ia sudah tak kuat berjalan karena luka yang ia miliki terasa semakin lebar.
Namun Radit terus menguatkan dirinya untuk tidak pingsan.
"Fano udah baik baik aja kan?...kalau gitu gue bisa istirahat sebentar..."
Bibir pucat itu mengatup rapat, diikuti dengan mata yang perlahan tertutup membuat pandangannya semakin gelap.
****
Fano bangun dari pingsannya, sekarang ini ia berada di ruangan putih dengan beberapa bangsal disekitarnya.
"Ini dimana?" kata Fano pada dirinnya sendiri, kepalanya masih sangat pening.
"Allhamdulilah kamu sudah bangun. Tadi kamu pingsan."
"Pingsan??" Fano mengingat ingat kejadian yang menimpannya beberapa saat lalu.
lalu ia mengingat Adiknya.
"Ngomong ngomong bapak siapa ya? bapak liat orang yang bersama saya nggak pak?"
"Saya Wijaya, kebetulan tadi saat saya lagi naik motor saya liat kamu sama cowok satunya lagi."
"Terus sekarang cowok itu dimana pak?" Fano bertanya dengan nada khawatir jantung anak itu berdetak sangat cepat, merapalkan segala doa dalam hati agar jawaban yang ia dapat adalah kabar baik.
"Ah dia..." ucapan Wijaya terpotong karena ambulance datang membuat suasana di UGD menjadi sedikit riuh.
"Ayo cepat!! suster tolong pasangkan oksigen!"
"Baik Dokter."
"Pasien kekurangan banyak darah."
Ambulance itu membawa seorang remaja yang sudah pucat pasi dengan badan basah kuyup dan noda darah diseragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
im hurt (COMPLETED)
Teen Fiction[Sudah Revisi] Yg penasaran langsung baca aja! # 1 pengorbanan -19032021 # 1 happiness -13052021 # 1 pelajaran hidup-11082021 # 1 die. -10092021