16 - Interogasi

737 50 29
                                    

Satu demi satu jam pelajaran mulai terlewatkan dengan cepat. Rata-rata hanya membahas mengenai perkenalan, baik perkenalan antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, serta perkenalan pelajaran yang belum membahas secara keseluruhan. Atau bisa dibilang hanya poin-poin dasarnya saja. Pelajaran sebagai awal pertemuan adalah Ekonomi, dimana bagi Rensa ia harus menghabiskan banyak uang untuk membeli peralatan mencatat. Karena tanpa mencatat, Rensa tidak bisa menguasai materi. Namun sebulan ini ia tidak diberi jatah uang jajan oleh David, sementara ia hanya mengandalkan uang tabungannya dan uang yang diberikan Shaquille kemarin lusa.

Sudah beberapa kali terbesit dipikirannya untuk bekerja saja, namun ia juga bingung dengan pekerjaan yang akan ia ambil nantinya. Dan apakah ada tempat yang mau menerimanya bekerja dengan status yang masih pelajar? Ditambah lagi akhir-akhir ini Rensa jarang makan. Sengaja ia tidak memakan makanan rumah dan memilih untuk membelinya di luar. Dan itupun ia lakukan tak menentu.

Terkadang sehari sekali, atau sehari dua kali. Ia juga sedikit takut jikalau tiba-tiba maag nya kambuh akibat pola makan yang tidak teratur. Dan semua masalah ini ia simpan sendiri, bahkan ia tak menceritakannya pada orang yang sekiranya cukup dipercayainya. Abinaya dan Oceana.

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, namun Rensa tak kunjung pergi meninggalkan kelasnya. Sementara itu, Oceana bergabung dengan yang lain untuk berkenalan dan berceloteh ria dengan mereka. Rensa masih sibuk dengan pemikirannya, dan hitung-hitung untuk menghemat uang.

Klunting!

Bertepatan dengan suara itu, layar ponsel Rensa pun menyala dengan tulisan '1 pesan baru' dengan logo WhatsApp di sisi kirinya. Ia pun segera menggeser layarnya, dan masuk ke aplikasi WhatsApp dengan mengetikkan sandi sebelumnya.

From : Abinayaaa
Hai Ren!
Gue ramal, lu lagi jam istirahat

Rensa membaca pesan itu sekilas, lantas menekan huruf-huruf keyboardnya dengan kedua jempolnya.

To : Abinayaaa
Iya, tau aja lu. Napa?

Baru saja ponselnya diletakkan, tiba-tiba terdapat notifikasi pesan dari WhatsApp lagi. Dan siapa lagi kalau bukan seorang Abinaya Ignorious?

From : Abinayaaa
Gapapa
Gabut nih

Rensa menggelengkan kepala pelan, lantas kembali mengetikkan sesuatu sebagai jawaban dari chat yang dikirim oleh Abinaya kepadanya.

To : Abinayaaa
Oh, yaudah

From : Abinayaaa
Yaudah?
Apanya?

To : Abinayaaa
Yaudah
Sama

From : Abinayaaa
Ciee sama..

Lantas Rensa mematikan ponselnya. Ia malas untuk menanggapi Abinaya yang kecepatan membalas pesannya bisa dibilang sangat cepat alias fast respon.

Kalo lagi chatan, apa dia bisa nebak gue juga?

Segera ia mengenyahkan segala pemikiran aneh yang tiba-tiba melintas di otaknya. Ia pun mengalihkan perhatiannya dengan mengetukkan jari telunjuknya pada meja.

Tiba-tiba, ia merasa bahwa pundaknya dicekal seseorang. Namun ia berusaha untuk tidak menghiraukannya karena ia sudah tahu betul siapa pelakunya.

"Kok kamu nggak kaget, sih?"

Tepat seperti dugaan Rensa. Itu Oceana. Ia duduk di samping Rensa sambil membawa dua buah roti yang masih terbungkus rapat.

"Ngapain kaget?"

BEGINNING OF THE STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang