Hari ini adalah hari terakhir diselenggarakannya ospek di SMA Regantara. Tentunya hal ini membuat mayoritas peserta ospek merasa senang, lantaran akan memulai kegiatan belajar mengajar untuk yang pertama kalinya di bangku SMA. Hal itupun juga berlaku dengan dua orang siswi yang tampak akrab selepas acara sarapan pagi tadi. Mereka tetap saja bercanda walaupun sudah berada di lapangan indoor untuk melaksanakan apel pagi.
“Selamat pagi adik-adik!” sapa ketua OSIS SMA Regantara yang kehadirannya selalu dinanti dengan karismanya yang mampu menawan hati setiap gadis yang melihatnya—Devan Argadinata.
Sementara itu, Rensa dan Oceana tetap saja bergurau di barisan paling belakang. Mungkin mereka mengira bahwa keberadaan mereka tak akan diketahui oleh para OSIS. Namun semua itu salah besar.
“Dek, tolong perhatikan pengarahan dari kak Devan,” tegur salah satu OSIS yang sudah Rensa kenal sejak hari pertama masuk sekolah—Aninda Elvara.
“I-iya kak,” sahut Oceana dengan sedikit gugup, sedang Rensa kembali memasang wajah datar dan tidak sekalipun berniat membalas teguran Elvara.
“Lo ada dendam sama gue ya, dek?” tanya Elvara sambil memegang pundak Rensa.
Mau tak mau Rensa pun menanggapinya dengan malas. Pandangannya masih sama seperti tadi—datar dan dingin. Dan hal itu kian membuat Elvara merasa geram karena wajah Rensa yang ia kira menampilkan raut tak suka.
“Gue ada salah sama lo ya, dek?” tanya Elvara lagi.
Rensa hanya diam. Ia tak berniat untuk membalasnya. Ia sengaja melakukan hal itu agar Elvara kian geram dan mungkin bisa merembet menjadi sebuah pertengkaran.
Buat orang sebel ampe marah dan ternyata dugaan dia salah asik juga tuh. Batinnya jail.
“Heh, lo nyari ribut ya, dek? Kurang baik apa gue ngasih tanda tangan ke lo waktu kemarin lusa, hm?”
Elvara mulai mendorong Rensa hingga membuat gadis itu sedikit terhuyung dan kehilangan keseimbangan. Untunglah Oceana yang berada di dekatnya langsung sigap dan tanggap untuk tidak membiarkan Rensa jatuh dengan cara tak terhormat. Nada bicara Elvara pun sudah naik dari nada bicara sebelumnya—sungguh menyiratkan kemarahannya saat ini kepada gadis berdarah blasteran itu.
“Kak Elvara, jangan kasar sama Rensa,” ucap Oceana menengahi.
“Lo siapa?! Lo nggak berhak ngatur urusan kita, ya!” seru Elvara sedikit membentak kepada Oceana.
Dan kini mereka sukses menjadi tontonan. Bahkan Devan pun sudah turun dari mimbar dan mendekat ke arah mereka—berniat untuk melerai.
“Kalo ada dendam sama gue bilang! Biasa aja kali tatapannya! Sok iya lu. Cih.” Lagi-lagi Elvara memaki gadis berambut hitam legam itu sambil tangannya bersedekap dan memandang remeh ke arah Rensa.
Sementara itu, Rensa yang ditatap demikian sedikit merasa tak terima. Namun ia harus berusa mengendalikan dirinya agar tidak terpancing emosi. Karena ia tahu, ia tak boleh mencari masalah di SMA Regantara.
“Kenapa lu diem? Lu—”
“Elvara, cukup!”
Suara itu. Batinnya.
Rensa mengalihkan pandangannya ke arah sang empu. Dan benar saja. Dugaannya lagi-lagi benar. Itu adalah Devan Argadinata—ketua OSIS SMA Regantara.
“Kita bisa selesaikan masalah ini dengan kepala dingin tanpa memicu keributan. Beri contoh yang baik kepada adik kelas bisa, kan?”
Sementara itu, gadis yang diajak berbicara hanya melengos dan melenggang pergi entah kemana. Devan hanya bisa menggelengkan kepalanya, lantas pandangannya beralih ke arah Rensa yang tengah menatapnya dengan tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGINNING OF THE STORY [END]
Fiksi Remaja# 1 - rintiksendu (14/02/2021) # 1 - voment (15/02/2021) # 1 - beginning (22/02/2021) Florentesa Keyline Farren-gadis berdarah Indonesia-China yang kebahagiaannya terenggut tatkala mamanya-Allinda Rossa Farren menikah dengan seorang duda beranak dua...