Rensa pun pulang bersama Devan selepas acara ‘penembakan’ di Alghaz cafe tadi. Sesampainya di rumah, ia disambut hangat oleh pak Anton seperti biasanya. Rensa pun membalasnya dengan senyuman manis yang jarang ia tampilkan.
“Wah, non Rere ada apa nih? Berbunga-bunga ya hatinya habis dianter sama pacar?”
Entah setan mana yang merasukinya, ia pun tiba-tiba blushing dan kata demi kata yang biasanya mudah ia ucapkan pun akhirnya tak ada yang keluar. Pak Anton yang melihat itupun akhirnya cepat-cepat mengambilkan air putih dari pos satpam, lantas memberikannya pada Rensa.
Rensa pun segera menerimanya, lantas meneguknya hingga tandas. Ia pun kembali memberikan gelas tersebut kepada pak Anton, tak lupa mengatur napasnya.
“Udah dibilangin berapa kali sih, pak? Jangan panggil nona oke? Kok pak Anton tau yang nganter saya tadi itu pacar saya?” tanya Rensa dengan sedikit curiga.
“Kan itu mas-mas yang kemarin nganter Rere ke sini. Kalo dihitung-hitung nih ya, berarti kenalnya udah lama dong? Pasti udah jadian!”
Rensa pun lega mendengar penuturan pak Anton. Berarti mama dan papanya pasti belum tahu. Ia pun hanya mengangguk, lantas memasuki rumahnya. Dilihatnya motor kakaknya yang sudah terparkir rapi di sana.
Berarti kak Shaquille udah sampai. Batinnya.
Ia pun dengan mantap melangkah memasuki rumah, dan telah didapatinya Shaquille yang tengah berdebat dengan David dan Chaca.
“Chaca itu boong pa! Mentang-mentang Chaca anak kandung papa, sementara Rensa enggak, terus papa pilih kasih gitu? Nggak adil dong pa!”
Sementara itu, Chaca menangis di pelukan Linda. Dilihatnya David yang masih mengepalkan tangannya. Ia tahu bahwa David sedang menahan emosinya.
“Kamu ini, udah kehasut omongannya Rensa apa gimana sih?!”
Rensa sedikit terkejut dengan perkataan David barusan. Ia pun memberanikan diri mendekat, lantas ditatapnya David dengan tajam.
“Jangan marahin kak Shaquille. Kak Shaquille nggak salah, tapi dia yang salah!” ucapnya sambil menunjuk Chaca yang kian mengeraskan suara tangisnya.
Cih, ratu drama. Batinnya.
“Apa maksud kamu nyalahin anak saya?!”
Deg.
Berarti selama ini gue dianggep apa anjir? Nggak guna dong gue tinggal di sini! Batinnya.
Rensa pun turut mengepalkan tangannya. Ia maju selangkah mendekat ke arah David.
“Tanyakan sendiri sama anak lo! Gue aja nggak tau dia fitnah gue apa di depan lo! Dan kemarin dia tiba-tiba dateng ke kamar gue dan nyuruh gue seenak jidatnya buat ngerjain PR nya. Padahal jelas-jelas kita beda jurusan! Dia bilang mau lapor ke lo kalo gue nggak ngerjain!
“Gue kira adanya mama nikah sama lo, hidup gue nggak gini! Semua ini bagai neraka buat gue! Lo, mama sama Chaca itu kayak setan! Dan Chaca itu setan dari setan!
“Kalian selalu nyalahin gue atas fitnah Chaca! Gue udah sabar hadepin semuanya sendirian! Dan kalo nggak ada kak Shaquille, mungkin gue udah pergi dari sini!”
Rensa menggelengkan kepalanya dengan senyum smirk-nya. Jika sudah begini, dapat dipastikan jika sisi buruknya akan muncul. Ia jika sudah marah, tak kenal orang dan tempat. Bisa dibilang ia memiliki jiwa psikopat jika amarahnya benar-benar sudah memuncak seperti saat ini.
Chaca pun bangkit, lantas berjalan cepat ke arah Rensa dan hendak menamparnya. Namun Rensa dengan sigap memegang tangan Chaca dan memelintirnya. David yang melihat putrinya diperlakukan seperti itupun dengan segera menampar Rensa, lantas mendorong putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGINNING OF THE STORY [END]
Dla nastolatków# 1 - rintiksendu (14/02/2021) # 1 - voment (15/02/2021) # 1 - beginning (22/02/2021) Florentesa Keyline Farren-gadis berdarah Indonesia-China yang kebahagiaannya terenggut tatkala mamanya-Allinda Rossa Farren menikah dengan seorang duda beranak dua...