Part 18

183 38 9
                                    

Tadi Rafa memberi sebungkus roti abon untuk Keisya. Namun, Keisya menolak secara halus. Gadis itu baru ingat jika ibunya membawakan bekal roti juga. Maka dari itu, Keisya lebih memilih untuk memakan bekalnya saja, sambil teringat Rafa yang berbicara cukup singkat.

"Buat kamu"

"Enggak, makasih Raf," jawab Keisya sambil  menggeleng.

"Kenapa?," tanya Rafa dengan ekspresi datar.

"Aku juga bawa bekel roti" Keisya mengeluarkan bekal makannya ke atas meja.

"Kenapa?," tanya Rafa kembali, membuat Keisya mengerutkan dahi.

"Apanya?"

"Sakit"

"Aku baik-baik aja." Keisya menjawab lalu menunjukkan senyumnya tipis.

"Ok." Kemudian Rafa kembali melanjutkan aktifitasnya, yaitu makan roti yang sebelumnya dia tawarkan ke gadis yang terlihat tidak enak badan.

Sepuluh menit kemudian, barulah guru yang mengisi pelajaran jam pertama datang dengan membawa buku dan laptopnya. Dia langsung menyuruh salah satu siswa untuk menyalakan layar proyektor sebagai media penyampaian materi yang diberikan.

Semuanya tampak serius dan tenang memperhatikan materi. Sesekali ada sesi tanya jawab dan diskusi bersama. Hingga jam pelajaran telah selesai, ditutup dengan tugas serta informasi dari guru hari ini.

"Pengumuman sebentar, nanti satu jam terakhir akan ada tes yang diadakan guna menyeleksi ke tingkat perwakilan sekolah. Tesnya itu dari beberapa pelajaran saja, tidak semua. Dan hanya dipilih tiga orang dengan nilai tertinggi paralel," ucap wanita paruh baya dengan membenarkan letak kacamatanya.

Ada yang menyimak dengan semangat, dan ada yang malas-malasan. Beliau berpesan, agar semuanya menjawab tes dengan sebaik mungkin. Karena yang berhasil lolos ke tahap berikutnya akan mendapat sertifikat. Terlebih lagi jika menang, katanya akan ada beasiswa dari universitas ternama.

Semuanya sontak menjawab, "Baik bu ..."

Bel pelajarannya telah selesai. Hampir seluruh siswa mengeluarkan ponsel masing-masing untuk sekedar mengecek notifikasi, ataupun digunakan untuk bermain game menghilangkan bosan.

Beberapa orang menarik kursinya ke satu tempat agar lebih leluasa diskusi mengenai informasi apapun. Bahkan lebih banyak tertawa, karena tingkah yang dibuat oleh salah satu dari mereka.

Ketua kelas dan sekertaris tiba-tiba maju ke depan. Sekertaris menulis sesuatu di papan tulis, sedangkan ketua kelas, menginstruksi perintah dan amanat dari guru bersangkutan.

Guru agama tidak masuk, karena harus mendatangi pelatihan di luar sekolah. Dan tugas yang diberikan adalah tugas individu, mengerjakan soal yang ada di buku paket.

"Nih, ini tugas dari Pak Iwan. Katanya langsung kerjain. Kalau enggak tahu, boleh diskusi sama temannya," ujar ketua kelas dengan menunjuk tulisan yang baru saja selesai ditulis oleh sekertaris.

KEISYA STORY (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang