Part 28

169 45 25
                                    


------

Lebih baik mengaguminya saja, jika memang belum sanggup untuk menerima luka.

@hychay_

------

Sesampainya di kelas, Keisya langsung menundukkan kepalanya di atas meja. Dia terbayang sikapnya tadi yang tidak sopan. Apalagi, main berjalan saja tanpa mau mendengar penjelasan.

Keisya tidak terlalu menyalahkan Aisyah dan Rafa. Hanya saja, dia ingin waktu diputar mundur. Jika waktu itu, dirinya tidak selalu berhubungan, berdebat atau menanggapi Rafa, pasti rasanya tidak akan seperti ini. Keisya masih remaja, dan dia adalah orang yang mudah ragu. Wajar kalau sampai saat ini, dia masih berusaha mencari jati diri. Serta masih ingin berusaha mencari tahu, siapa yang hatinya pilih untuk dia singgahi.

Kepala Keisya kembali mendongak, mengetahui ada yang memanggil namanya. "Kenapa?"

"Minum lo, masih ada? Bagi dong." Renal sudah biasa meminta minum Keisya. Karena hanya gadis itu yang botol minumnya masih ada airnya.

Keisya mengangguk, dan langsung memberikan ke Renal. Laki-laki itu memang paling malas jika disuruh untuk membawa air dari rumah. Teman-temannya sudah hafal dengan alasan yang diberikan. Katanya nanti kalo dia bawa, minumnya akan habis dimintain.

Setelah rasa seretnya hilang karena makan nasi padang pake sambel rendang, dia langsung mengembalikkan ke Keisya. "Nih, Kei. Emang deh, lo doang yang menyelamatkan hidup gue. Gue enggak jadi mati gara-gara keseretan. Uhuukk.. uhukk.."

Yang melihatnya langsung pada tertawa melihat Renal yang terbatuk-batuk. Termasuk Keisya, sedikit terkekeh.

"Awas keselek Nal."

"Telat Kei, gue udah keselek."

Tiba-tiba Intan ikut menimpali. "Rasain lo! kebanyakan makan nasi padang sih."

"Syirik aja lo, bowling." Intan tidak terima dirinya dikatakan bowling oleh Renal. Mengingat bola bowling yang bentuknya bulat, lalu berat. Intan langsung membalas perkataan laki-laki yang suka tidur di kelas itu.

"Kurang ajar lo, curut! Gue kan ngga gendut, kenapa lo sama-samain sama bowling sih. Enggak terima gue!"

Renal menjulurkan lidahnya ke Intan. Malas mendengar percekcokan yang selalu terjadi antara dua manusia itu, Keisya kembali menundukkan kepalanya seperti tadi. Membiarkan Intan dan Renal berhenti dengan sendirinya.

Jangan lupakan manusia di sebelah Keisya yang sejak tadi fokus dengan laptopnya. Keisya sempat melirik sekilas, di layar persegi itu menampilkan barisan grafik yang terlihat cukup rumit. Sejak tadi juga, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Yang ngerti mah, beda. Batin Keisya.

Guru pelajaran terakhir masuk ke kelas, untuk mengajarkan kimia. Awal tahun ajaran baru, hampir keseluruhan siswa menolak pelajaran kimia ada di jam terakhir. Karena di jam terakhir, banyak siswa yang merasa ngantuk dan bermalas-malasan. Ditambah lagi, pelajaran kimia membutuhkan tenaga ekstra untuk berpikir.

Jangankan di jam terakhir, saat masih pagi pun, sudah ada beberapa siswa yang tidur saat guru menjelaskan. Katanya, tergantung gurunya.

Pelajaran kimia akhirnya sudah berakhir. Vino langsung memimpin untuk berdo'a sebelum pulang dan memberi salam.

Tepat saat bel berbunyi, semuanya langsung ke luar kelas. Menyisakan beberapa siswa yang piket hari ini. Saat Keisya sudah beranjak dari kursinya, Vino mengajaknya pulang bareng.

KEISYA STORY (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang