Part 44

206 41 23
                                    

--------------------
Rindu itu bertemu, bukan mengadu.
Tidak hanya sebatas kata yang menjadi angin lalu.

@hychay_
--------------------

Janji harus ditepati. Terlebih lagi ucapannya sudah dianggap serius oleh sang papa. Setelah bel pulang berbunyi, tanpa pikir panjang menunggu Aisyah di depan ruangannya yang berada di lantai satu. Ia berjalan cepat agar gadis itu tidak lebih dulu hilang.

Dapat. Aisyah tengah berbicara dengan temannya membahas soal yang tadi diujikan. Sudah menjadi hal yang biasa, setiap selesai ulangan atau ujian, pasti saling bertanya untuk memastikan telah menjawab dengan benar. Yang jawabannya banyak yang sama, langsung memekik senang. Padahal belum tentu juga. Ada pula yang menyesal telah mengganti jawaban yang seharusnya benar.

Gadis itu melihat kedatangan Rafa, dan pamit pada temannya untuk duluan. Aisyah tidak bisa langsung percaya diri, kalau laki-laki yang menatapnya kini akan mengantarnya pulang.

"Rafa nyari siapa? Kei, ya?" Rafa menggeleng. "Terus?"

Belum dijawab, si pemakai hoodie abu-abu langsung berbalik dan berjalan lebih dulu. Aisyah berusaha menyamai langkahnya.

"Jawab, Raf. Kan Ais nanti salah paham."

"Maaf, gue emang mau ngajak lo bareng. Yuk," ajak Rafa seraya menggandeng lengan Aisyah yang langsung merasakan ada rasa aneh lagi.

Apa rasa aneh ini udah buktiin kalau Aisyah udah tertarik sama dia? batin Aisyah.

Tanpa ragu, Rafa terus memegang lengan gadis itu hingga parkiran. Selagi Aisyah tidak menolak, itu tandanya tidak masalah.

Setelah meninggalkan parkiran dan mulai membelah ibukota dengan mobil miliknya sendiri, Aisyah menginterupsi untuk berhenti di depan seseorang yang mereka kenal. Terlihat Keisya sedang duduk di halte, dengan matanya terus memerhatikan sekitarnya.

"Raf, kayanya Kei lagi nunggu bis deh. Boleh ngajak bareng juga?"

Rafa sama sekali tidak keberatan. Ia justru senang karena dapat melihat gadis itu. Apa karena sekolahnya yang terlalu luas? sampai-sampai orang yang ia cari dari pagi baru ketemu sekarang.

Perasaannya sedikit tidak karuan, ketika pertanyaannya sekaligus tawarannya ditolak dengan alasan ada orang lain. Keisya pulang bersama laki-laki itu lagi. Tidak ada gunanya ia melarang. Lagipula juga bukan siapa-siapa.

"Lo cemburu ya, Raf?" Aisyah memberanikan diri menyentuh pundak Rafa. "Rafa harusnya jujur sama perasaan sendiri, dan terutama sama papa. Apa Om Kusuma nggak mau denger pendapat lo?" Rafa hanya menggeleng, matanya masih fokus ke depan.

Kecepatan mobilnya langsung diperlambat, seiring dengan memikirkan perkataan Aisyah. Gadis itu benar. Sekarang, ia harus benar-benar memastikan hatinya untuk siapa. Kalau karena kebersamaan bisa menciptakan rasa lain pada Keisya. Tidak ada kemungkinan ia akan merasakan hal yang sama pada Aisyah, karena lebih sering bersamanya.

"Masih mau nyari kejelasan dulu," ucap Rafa sebelum pergi meninggalkan pekarangan rumah Aisyah.

•••

KEISYA STORY (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang