🌿 6 | Pulang bareng Vino 🌿

363 96 34
                                    

Prookk.. prokk.. prokk... prok..

Suasana kelas ramai oleh tepuk tangan, karena hasil presentasi yang mengagumkan. Presentasi itu adalah hasil kerja keras Rafa dan Keisya.

Pembawaannya yang jelas, juga tidak bertele-tele. Masing-masing sudah membagi giliran dan bagian yang akan dibaca. Ralat, bukan dibaca. Jadi, ketika slide berganti, langsung tau siapa yang menjelaskannya. Tidak kaku, dan audience tidak terkantuk-kantuk.

Biasanya, kalau melihat layar proyektor yang isi tulisannya banyak dan juga kecil-kecil, pasti akan malas lebih dulu. Jangankan mendengarkan, melihatnya saja sudah seperti tersihir untuk memejamkan mata. Ataupun mengalihkan perhatian keteman sebelah.

Seperti Bima. Biasanya, dia selalu diam. Tapi kali ini, dia berbeda. Menjadi antusias dengan presentasi yang tampil diurutan kedua tersebut. Diam bukan berarti dia duduk manis mendengarkan, namun karena dia sedang menjelajah kedunia mimpinya.

"Kei, coba buka slide yang kedua deh" Bima langsung bertanya disaat sesi tanya jawab dimulai.

Keisya menggantinya menjadi slide kedua.

"Ya! nah yang itu. Ehem, ehem..." ujar Bima

"Apa yang ingin ditanya? langsung to the point aja" sahut Rafa yang mulai jengah dengan gayanya Bima. Jika tidak ada guru yang memperhatikan, mungkin Rafa akan langsung menolaknya. Karena dia tidak suka buang-buang waktu.

"Sabar Mr. Rafaro, sesungguhnya orang sabar itu-"

"Maaf Bima, sebaiknya langsung kepertanyaannya aja ya, soalnya masih ada yang mau nanya." Keisya memotong ucapannya, khawatir orang disebelahnya ini yang akan bicara.

"Hehe, Oke-oke. Pertanyaannya coba jelaskan maksud dari bagan yang dicantumkan itu. Kenapa harus pake bagan? kenapa ngga yang lain? silahkan dijawab." Bima menyudahi pertanyaannya dan kembali duduk.

Hampir masing-masing kelompok memberikan pertanyaan. Walaupun tadi ada perdebatan dengan jawabannya, keduanya berhasil menjawab dengan baik.

"Mungkin cukup sekian materi yang dapat kami presentasikan, kurang lebihnya mohon dimaafkan, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabbarakatuh." Ucap keduanya dengan kompak. Mereka berhasil untuk tugas kelompok yang pertama.

•••

Saat bel istirahat berbunyi, semua siswa menghambur keluar kelas. Sebagian besar sudah pasti kekantin. Kantin selalu ramai oleh lautan siswa yang membutuhkan asupan.

Baik asupan makanan, ataupun asupan mencari hiburan yang diciptakan oleh anak badboys. Tidak, mereka bukan badboys. Hanya sedikit nakal dan suka membuat keramaian.

Hanya tersisa dua bangku dipojok kantin, pas untuk Keisya dan Aisyah. Jika waktu itu Aisyah yang pesan, sekarang giliran Keisya.

"Ais, kamu mau pesen apa?" tanya Keisya yang sudah berdiri disamping mejanya.

"Hmm-apa aja deh Kei" Aisyah menjawab sambil melihat kederetan para penjual seisi kantin.

"Bener ya, apa aja. Kalo gitu aku mangkokin sambel mie ayamnya bang Tejo aja" Keisya langsung pergi dari tempat sebelum Aisyah berucap.

"Ish, Keisya! yakali seorang Aisyah gadoin sambel"

Semuanya tidak ada yang sepi, jadi pesanannya nanti diantarkan kemeja masing-masing. Termasuk pesanan Mie ayam untuk Aisyah dan Bakso untuk Keisya.

KEISYA STORY (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang