🌿 3 | Kesiangan 🌿

509 134 87
                                    

Karena rasa coklatnya sudah tidak ada lagi, Keisya langsung mengantri di kasir.

Kini sudah tiba giliran Keisya. Setelah selesai semua dan menerima struk pembayaran, kakak kasirnya memberikan sebuah plastik lagi yang berisi sesuatu.

"Ini kak satu lagi."

"Es krim? saya nggak jadi beli itu kak."

"Ini dari mas-mas yang tadi, katanya takut kakak nggak berhenti nangis." jika antrian setelahnya tidak banyak orang, Keisya ingin mempertanyakan maksud dari ucapan kakak itu. Pasti mas-mas yang dimaksud adalah Jaya, atau Rafaro Putra Wijaya.

"Yaudah deh kak, makasih ya. Mas-masnya emang suka becanda," jawab Keisya.

Antara malu sama ingin marah. Keisya langsung melangkah keluar dimana pinky berada. Orang itu udah pergi. Niat Keisya yang ingin mengembalikan es krim itu pun tidak jadi.

Sesampainya di rumah, Keisya langsung meletakkan belanjaannya didapur, tak terkecuali dengan es krim coklat yang disimpan di lemari pendingin. Dia akan memakannya setelah selesai bersih-bersih.

Keisya pergi ke kamar atas. Tepatnya lantai dua. Rumah yang Keisya tempati tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil. Minimalis.

Bersyukur masih diberi kesempatan tinggal di rumah yang layak, juga ekonomi yang cukup, untuk memenuhi kebutuhan.

Ayahnya Keisya adalah karyawan di salah satu perusahaan ternama. Sedangkan ibunya, hanyalah seorang ibu rumah tangga. Walaupun begitu, Keisya sayang dengan apa yang telah menjadi bagian dihidupnya. Terutama keluarga. Dia selalu berdoa, agar keluarga ini selalu bahagia dan utuh.

Pintu kamar warna putih dengan sedikit corak diatasnya, dengan di dalamnya ada jendela yang langsung menghadap kearah timur, terbitnya matahari. Di sudut kamar ada rak kecil yang dibuat ayah untuk menyimpan buku pelajaran juga koleksi buku yang Keisya punya. Seketika dia teringat percakapan dengan ayah saat rak itu baru selesai dibuat.

"Biar rapi, makanya ayah buatin. Kamu suka?"

"Suka yah, Kekei suka banget. Makasih ayah."

"Haha, iya dong pasti suka. Kan ayah yang buat. Kalau Kekei udah besar, pasti rak ini makin penuh."

"Iya yah, nanti buku Kekei lebih banyak dari bukunya kak Yas."

Gadis itu rindu ayah. Ayah selalu berangkat kerja mulai dari hari masih gelap dan pulang juga gelap. Hanya weekend yang bisa Keisya habiskan waktu bersama ayahnya. Bahkan, ayahnya itu selalu pergi ke luar kota. Jadi, jarang sekali ada di rumah.

Di dalam rak itu ada satu buku, isinya desain baju yang sudah lama Keisya buat. Menggambar, adalah hobinya selain membaca. Namun untuk buku itu, hanya dia yang tau.

"Kei, itu yang di kulkas es krim siapa?" tanya kak Yas menyembulkan kepalanya di depan pintu.

"Es krim Kekei lah kak, jangan dimakan," ujarnya mengingatkan kak Yas.

"Ooh, kirain untuk kakak. Untung nggak jadi dimakan. Haha, bisa nangis semalaman nanti."

"Ih kak Yas! itu kan, dulu." Tidak ada bedanya. Memangnya Keisya secengeng itu?

KEISYA STORY (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang