Part 17

178 41 15
                                    

Kamu hanya ingin menjadi teman
Bukan lebih dari teman yang sempat aku pikirkan

-ruang kata-

Melihat beberapa waktu belakangan ini seperti banyak hal yang telah terjadi. Mulai dari adanya teman baru yang bernama Rafa, sosok yang terlihat dingin dan kaku itu semakin ke sini semakin berbeda. Lalu hingga kejadian Keisya yang terkunci di gudang sekolah, tanpa sebab yang jelas.

Laki-laki itu masih setia memandang langit malam yang banyak ditemani bintang. Seolah itu sebagai layar yang menampilkan peristiwa beberapa waktu lalu. Bagaimana sikapnya kepada orang yang dia sayang.

Dirinya berandai, jika tidak ada sesuatu yang membuatnya harus berbuat seperti ini, pasti akan lebih banyak tawa yang terjadi pada hari-harinya.

"Kenapa sih, harus sahabat Vino sendiri yang Vino suka". Laki-laki itu menghembuskan napasnya kasar, seraya mengusap wajahnya.

Vino melakukan ini semua bukan tanpa sebab. Melainkan mencoba untuk menjaga jarak dengan Keisya, agar rasa yang diam-diam tumbuh itu tidak semakin besar. Namun, nyatanya malah sebaliknya. Dengan bersikap seperti itu, seperti menyiksa dirinya. Tanpa disengaja, ada janji yang sudah teringkari.

"Mama? mama belum tidur?," tanya Vino saat tangan wanita yang dia cinta mengusap pundaknya. Dia khawatir, mamanya mendengar ucapan sebelumnya yang terlontar tak disengaja.

"Seharusnya mama yang tanya sama kamu, kenapa masih di balkon? Padahal kan besok sekolah? Mikirin apa hayo?" Vino diam telah diserang oleh beberapa pertanyaan yang bingung harus dijawab apa.

Vino memandang wajah mamanya yang terlihat khawatir, "Gak kok ma, Vino cuma lagi nyari angin aja," jawabnya singkat dengan menampilkan senyum lebar.

"Mulai nyembunyiin sesuatu ya dari mama? Cerita aja sini, biar udah tua begini kan, mamanya Vino masih berjiwa anak muda." Vino tertawa melihat respon mamanya yang semangat ingin tahu masalahnya.

Vino mengajak mamanya duduk di bangku panjang yang tersedia. Mamanya senang, akhirnya anaknya ingin bercerita. Paling tidak, dirinya harus selalu ada disaat darah dagingnya sendiri membutuhkan rangkulan.

"Ma, menurut mama, Keisya itu gimana?," tanya Vino membuat mamanya mengerutkan keningnya.

"Oh, jadi Kekei yang udah ganggu pikiran anak mama?" mendengar itu, Vino menjadi salah tingkah.

"Menurut mama, dia anaknya baik. Ceria gitu, pinter masak juga, terus anaknya manis kok, dan peduli sama sesama. Kenapa? Kamu mau minta restu sama mama?"

"Salah gak sih ma, kalo aku suka sama Kekei? selama ini kan, Keisya dari dulu sahabat Vino".

Mendengar kisah anaknya, mengingatkan kembali ke masa-masa Selin saat masih muda.

"Kamu gak salah, itu wajar. Siapa yang ngelarang? kamu jadi ngingetin pas mama sama papa masih sahabatan," jawab mamanya sambil terkekeh.

Vino langsung menoleh, "papa sama mama dulu sahabatan? Serius ma? kok bisa? wow". Tak henti-hentinya Vino bertanya mengenai hal itu. Vino merasa terkejut, apa yang dia alami, ternyata orangtuanya juga pernah mengalaminya. Bahkan hingga terjalin ikatan suci pernikahan.

KEISYA STORY (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang