Part 29

188 39 18
                                    

Aku harap, kenangan hari ini bisa terukir di ceritaku dan juga ceritamu.

hychay_

***

- Selamat datang di Kedai Pak Kumis -

- Apa Aja Ada -

"Gimana? enak enggak cendolnya?", tanya Vino yang benar-benar mengajak Keisya ke kedai es pinggir jalan. Bukan pertama kalinya Vino ke tempat ini. Saat kehausan di jalan, mamanya tiba-tiba meminta untuk dibelikan sesuatu.

Kalau saja mamanya tidak meminta yang macam-macam, dapat dipastikan dia tidak mengetahui tempat unik seperti ini. Karena mamanya hanya mau sesuatu yang berwarna hijau. Hanya di hari itu. Seperti orang ngidam, tapi nyatanya tidak. Dan kebetulan, mobilnya berhenti di tempat yang tepat. Kedainya unik, karena ada bangunan yang didesain tema tradisional dan ada juga yang tema modern. 

"Enak banget. Biasanya kalo aku beli di tempat lain suka kemanisan. Kalo enggak kemanisan, eh malah kurang manis. Kamu kok baru ngasih tau sih, kalo ada tempat unik kayak gini." Keisya sangat menikmati es cendol di depannya. Pandangannya sesekali menyapu ke sekitar, memerhatikan pengunjung yang mengantri, para pelayan yang berlalu lalang sambil membawa pesanan ke setiap meja. 

"Ya gimana ya, aku juga baru tahu beberapa minggu yang lalu karena mama. Lagian kita kan enggak pernah lewat jalan ini. Emang kapan-kapan mau ke sini lagi?"

Sadar perkataannya tidak ditanggapi, Vino langsung membuyarkan lamunan Keisya. Gadis itu terdiam menatap salah satu keluarga yang sedang berkumpul di satu meja. Seketika Keisya rindu kebersaman bersama ayah, ibu, dan kakak perempuan satu-satunya.

"Kei, jahat banget dikacangin. Kamu kenapa? Ada masalah?" Vino bertanya dengan khawatir. Dia mulai panik saat mata  Keisya berkaca-kaca.

Yang dikhawatirkan, hanya menjawab dengan gelengan lalu anggukan. Keisya bingung harus menceritakan bagaimana. Dia lebih memilih diam saja dan menyudahi makan cendolnya.

"Ih, ditanya malah geleng-geleng, sama ngangguk-ngangguk. Aku kan orangnya enggak bisa nebak, Kei. Sama kaya nebak perasaan aku untuk dia." Vino masih sempat-sempatnya tertawa.

Lima menit kemudian, Keisya baru membuka suara. "Aku cengeng ya Vin. Ngeliat mereka aja terharu. Oh iya, aku lupa nanya."

Vino langsung meletakkan ponselnya saat Keisya mulai bicara. "Iya banget. Kan emang kamu orangnya cengeng. Mau nanya apa?"

"Gimana rasa dawetnya?"

Jika dilihat sekilas, es cendol dan es dawet hampir sama. Sama-sama berwarna hijau, panjang, dan disajikan dengan kuah santan juga gula jawa yang manis legit. Tapi yang membedakannya adalah asal muasal, bahan utama, proses pembuatannya dan juga teksturnya. Cendol terbuat dari tepung hunkwe, sedangkan dawet terbuat dari tepung beras.

"Ha? Ya ampun Kei, kirain mau nanya apa. Enak lah, makanya aku pesennya ini. Biar kayak lagu yang tadi di mobil. Cendol sama Dawet. Kamu cendol, aku dawet."

Keduanya sama-sama larut dalam obrolan. Mulai dari yang tidak jelas, hingga pembahasan yang serius.

Keisya penasaran dengan keluarga Vino yang terlihat selalu harmonis. Padahal, itu dulu. Jauh sebelum kejayaan yang berhasil dicapai bisnis papanya.

KEISYA STORY (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang