10 : Anger

3.1K 408 151
                                    

Yang pertama memang selalu menjadi prioritas. Tetapi yang kedua selalu menjadi istimewa.

▫️▫️▫️

"Karena lo udah bantuin gue berkali-kali, gue traktir lo makan sepuasnya hari ini. Gimana?" tawar Sana dengan senang hati.

"Yaelah, gak usah."

"Ih, gak apa-apa. Kita makan dulu sekarang sebelum pulang ya? Gue yang traktir. Ayo!" ajak Sana seraya menarik lengan Seokjin untuk ikut bersamanya ke sebuah tempat makan di salah satu pusat perbelanjaan.

Mereka berdua duduk di salah satu tempat yang belum terisi, menerima menu dari pelayan dan mulai memilih pesanan. Namun Seokjin tampaknya masih ragu karena tawaran traktir Sana. Bukan apa-apa, masa cewek yang bayarin cowok sih? Rasanya aneh aja karena Seokjin belum pernah di bayarin cewek, kecuali kakaknya.

Sana yang menyadari hal itu tertawa. Disaat orang-orang senang di traktir, Seokjin malah bingung. "Jin, santai aja kali. Gue ikhlas traktir lo sumpah, gak akan gue tagih."

"Bukan itu tapi--"

"Udahlah gak usah banyak mikir, tinggal pesen. Kali-kali doang gue traktir lo," potong Sana. "Kita harus cepet, keburu sore juga kan?"

Seokjin akhirnya mengangguk dan memilih makanan dan minuman yang di inginkan. Pelayan yang sejak tadi menunggu itu pergi setelah mencatat semua pesanan mereka tanpa kurang sedikitpun.

Sementara menunggu makanan mereka selesai di buatkan, keduanya sibuk masing-masing. Sana yang sibuk membaca serangkaian materi untuk projectnya, dan Seokjin yang sibuk dengan ponselnya. Membalas beberapa pesan masuk dari kawannya yang menanyakan keberadaan dirinya dan pamit pulang dari rumahnya.

Seokjin sedikit menggulir layar ponselnya menggunakan jempol hingga sampai pada sebuah nama yang sejak kemarin tidak menghubunginya. Jisoo sama sekali tidak menghubunginya selepas perdebatan kemarin dan Seokjin sampai saat ini belum tahu bagaimana kabar pacarnya. Sedang apa dia sekarang dan dimana? Apakah Jisoo baik-baik saja atau sedang mengurung diri di kamar sendirian sambil menangis?

Jisoo pasti kesepian dirumahnya. Mengingat keadaan keluarganya yang tidak menyenangkan sama sekali. Jisoo seakan terasingkan oleh keluarganya sendiri.

Secuek apapun Seokjin, sebenarnya ia terkadang selalu memikirkan bagaimana keadaan Jisoo. Buktinya setelah perdebatan itu, Seokjin tidak bisa berhenti memikirkan bagaiamana keadaan Jisoo walau dirinya berkali-kali berusaha untuk tidak peduli. Dan itu mengganggunya. Sangat mengganggunya karena Seokjin tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.

Pesanan makan mereka berdua akhirnya tiba di antar oleh pelayan, namun Seokjin tidak menyadari hal itu.

"Jin, woi."

Seokjin mengerjap, lamunannya buyar. "Kenapa?"

Sana terkekeh. "Makan cepet tuh. Lo kenapa sih bengong? Ada yang lo pikirin?"

"Enggak, cuma ngantuk." jawab Seokjin tidak sepenuhnya berbohong. Karena pada nyatanya, memikirkan permasalahannya dengan Jisoo membuatnya mengantuk.

"Yaelah, dasar tukang tidur," canda Sana. "Lo mirip cowok gue dulu sumpah, suka banget tidur. Apa-apa ngantuk, kayak lo nih."

"Cowok yang bikin lo gagal move on sampe sekarang?" Seokjin menaikan sebelah alisnya dan tersenyum usil.

Sana mendengus. "Apaan sih lo. Bukan kok."

"Cowok yang mana lagi coba? Mantan lo cuma satu, Na. Siapa lagi selain dia?"

Sana menghela nafas. "Jin, lo pastinya punya cinta pertama kan?"

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang